Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH : KESEHATAN KERJA

SUMMARY KELOMPOK 5
PENILAIAN DAN PENGELOLAAN RESIKO K3 (HYPERKES)

Oleh
MILKA WATI MANOPPO
NIM: 7175230117

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT PASCASARJANA UNIVERSITAS


NEGERI GORONTALO
2023
PEMBAHASAN

Penilaian dan pengelolaan risiko K3 (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan


Kerja), atau dalam konteks tertentu disebut hyperkes (hiperkes), merupakan praktik
yang penting dalam dunia industri dan bisnis. Penilaian risiko K3, atau dalam bahasa
Indonesia dikenal sebagai Hiperkes (Higiene Perusahaan Kesehatan Keselamatan
Kerja), merujuk pada proses sistematik untuk mengidentifikasi, menilai, dan
memahami berbagai risiko yang terkait dengan Kesehatan, Keselamatan, dan
Keamanan Kerja di lingkungan kerja. Tujuan utama penilaian risiko K3 adalah
mengidentifikasi bahaya yang mungkin mengancam kesehatan dan keselamatan
pekerja, menilai tingkat risiko terkait, dan mengembangkan strategi pengelolaan risiko
yang efektif.
Proses penilaian risiko K3 melibatkan langkah-langkah seperti identifikasi
bahaya, penilaian tingkat risiko, dan penentuan tindakan pengelolaan risiko yang
diperlukan. Hal ini dapat mencakup risiko fisik (seperti kecelakaan, cedera), kimia
(paparan bahan berbahaya), biologi (penyebaran penyakit), ergonomis
(ketidaknyamanan postur tubuh), dan faktor psikososial (stres, tekanan kerja).

Pengelolaan risiko K3 merupakan serangkaian tindakan yang diambil untuk


mengendalikan dan mengurangi risiko yang telah diidentifikasi dalam penilaian risiko.
Proses pengelolaan risiko K3 mencakup penerapan strategi pencegahan, mitigasi, dan
respons terhadap risiko untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan pekerja.
Manajemen risiko K3 (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja) adalah
pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi, menghasilkan, dan mengelola risiko yang
terkait dengan aspek kesehatan, keselamatan, dan keamanan dalam lingkungan kerja.
Tujuan utama manajemen risiko K3 adalah menciptakan dan mempertahankan kondisi
kerja yang aman dan sehat bagi semua pekerja serta mencegah atau mengurangi risiko
yang dapat menyebabkan cedera, penyakit, atau kerugian lainnya. Berikut adalah
beberapa aspek utama dari manajemen risiko K3.

Penilaian dan Pengelolaan Risiko K3 (Hiperkes), perlu diakui bahwa upaya ini
bukan hanya tanggung jawab satu individu atau satu bagian dalam suatu organisasi.
Penanganan risiko K3 melibatkan kolaborasi seluruh tim, penerapan proses yang
terstruktur, dan komitmen tinggi terhadap kesehatan, keselamatan, dan keamanan kerja.

1. Komprehensif dan Terus-Menerus:

Penilaian dan pengelolaan risiko K3 adalah suatu proses yang harus dilakukan
secara komprehensif dan terus menerus. Lingkungan kerja dan faktor risiko dapat
berubah, oleh karena itu, organisasi perlu secara rutin menyediakan dan memperbarui
pendekatan mereka.
2. Partisipasi Aktif Semua Pihak:

Keterlibatan dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk


manajemen, pekerja, dan mitra bisnis, merupakan kunci keberhasilan. Semua pihak
harus merasa memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Keterbukaan dan Komunikasi Efektif:

Komunikasi terbuka mengenai risiko, langkah-langkah mitigasi, dan perubahan


kebijakan atau prosedur perlu ditekankan. Ini membantu membangun budaya
keselamatan yang kuat di seluruh organisasi.
4. Komitmen Manajemen:

Komitmen dari puncak manajemen sangat penting. Manajemen harus


menunjukkan teladan dan komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman,
sehat, dan sesuai dengan regulasi.
5. Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan:

Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan terhadap risiko K3 perlu diberikan


kepada seluruh anggota organisasi. Ini melibatkan peningkatan kesadaran, keterampilan,
dan pemahaman mengenai praktik terbaik dalam kesehatan dankeselamatan kerja.
6. Adopsi Teknologi dan Inovasi:

Pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam penilaian dan pengelolaan risiko K3


dapat mempercepat dan meningkatkan efisiensi proses. Penggunaan teknologi dapat
mencakup pemantauan otomatis, sistem pelaporan kejadian online, dan analisis data
yang canggih.
7. Evaluasi Dampak Psikososial:

Risiko psikososial, seperti stres dan ketidakseimbangan pekerjaan dan


kehidupan, juga harus dievaluasi dan dielola. Faktor-faktor ini dapat berdampak serius
terhadap kesejahteraan mental dan fisik pekerja.
8. Audit dan Pemantauan Berkala:

Proses audit dan pemantauan berkala diperlukan untuk menunjukkan efektivitas


program K3. Hal ini memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi area yang
memerlukan perbaikan dan memastikan kepatuhan terhadap standar dan regulasi.
9. Fleksibilitas dalam Pengelolaan Perubahan:

Organisasi perlu memiliki rencana dalam pengelolaan perubahan, baik dalam


lingkungan kerja atau dalam metode kerja. Dengan merespons secara adaptif terhadap
perubahan, organisasi dapat meminimalkan risiko terkait.
10. Mengutamakan Kesejahteraan Individu:

Di atas segalanya, penilaian dan pengelolaan risiko K3 harus diarahkan pada


peningkatan kesejahteraan individu. Kesadaran akan hak asasi pekerja dan perhatian
terhadap kesejahteraan mereka adalah inti dari pendekatan ini.
Dengan menginternalisasi prinsip-prinsip ini, organisasi dapat menciptakan
lingkungan kerja yang aman, sehat, dan berkelanjutan. Kesadaran akan pentingnya
penilaian dan pengelolaan risiko K3 harus menjadi bagian integral dari budaya
perusahaan untuk menjaga keinginan dan produktivitas jangka Panjang.
Jurnal Pendukung penilaian dan pengelolaan K3 :

1. MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA HOTEL


WHIZ PRIME DALAM PARTISIPASI PENCEGAHAN COVID-19
Ada beberapa SOP yang dilakukan sangat minim, yaitu tidak membersihkan meja
receptionist segera setelah setiap kali usai melayani tamu, tidak memberi batas sesuai jarak
aman minimal satu meter pada tempat duduk di lobby dan receptionist hotel, serta tidak
memeriksa dan mencatat suhu tubuh tamu yang memasuki hotel.

2. MANAJEMEN RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) (STUDY KASUS


PADA PEMBANGUNAN GEDUNG SMA EBEN HAEZER)
Didapatkan 1 variabel yang dikategorikan memiliki level risiko yang sangat tinggi (Very
High Risk), yaitu variabel material terjatuh dari ketinggian dan menimpa pekerja
Pengendalian yang dapat dilakukan dari ketiga level risiko yang diketahui, yaitu dengan
cara mengurangi risiko dengan rekayasa teknik, administrative dan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD). Penangannya dengan mengurangi, mendanai, menanggulangi dan
mengalihkan risiko ke pihak lain seperti asuransi serta pihak lain yang berhubungan
langsung.

3. PENILAIAN RISIKO K3 PADA PROSES PEMBANGUNAN KAPAL BANTU RUMAH


SAKIT (BRS) MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS
(FMEA) DAN MATRIK RISIKO
Berdasarkan hasil identifkasi terhadap pembangunan kapal bantu rumah sakit (BRS), maka
didapatkan 7 sumber risiko yang terjadi selama kegiatan berlangsung. Terdapat 2 risiko
yang memiliki nilai RPN tertinggai antara lain pada proses pekerjaan Fit up pada Material
panas dari pemotongan/pengelasan dengan nilai RPN 0,9388 dengan melakukan mitigasi
berupa tindakan pencegahan dengan melakukan penggunaan apron dan sarung tangan las,
serta pada proses pekerjaan pengelasan (welding) yang mengakibatkan percikan api saat
pengelasan berlangsung dengan nilai RPN 0,9388 dengan melakukan mitigasi risiko yaitu
dengan melakukan penyediaan APAR, menggunakan pelindung fire blanket dan lokalisir
percikan las.

4. ANALISIS PENGELOLAAN RISIKO KUALITAS PADA TAHAP PELAKSANAAN


KONSTRUKSI GEDUNG TINGGI (STUDI KASUS : APARTEMEN DI JAKARTA DAN
DEPOK)
Hasil analisis risiko variabel yang sangat berpengaruh pada kinerja kualitas pelaksanaan
proyek konstruksi bangunan gedung yaitu terjadinya kecelakaan kerja dan tidak berjalannya
prosedur K3 sebesar 64,1%, perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan
sebesar 12,3% serta perencanaan (gambar atau spesifikasi) yang salah/tidak lengkap 23,6%.
Jika terjadi terjadinya kecelakaan kerja dan tidak berjalannya prosedur K3 maka
pengaruhnya sebesar 64.1% terhadap penilaian kualitas kinerja/pelaksanaan pro-yek
konstruksi bangunan gedung.
5. MANAJEMEN RISIKO DALAM RANTAI PASOK INDUSTRI FARMASI DI TINGKAT
PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF)
Rekomendasi risk treatment untuk menangani/meminimalisir risiko yang menjadi prioritas
di PT XYZ Batam yaitu (1) melakukan kerja sama dengan PBF Kota Batam terkait
persediaan stok sediaan farmasi; (2) membuat jadwal maintenance untuk aset perusahaan
seperti mobil pengantaran dan komputer; (3) memberikan training/pelatihan mengenai
CDOB dan K3 secara berkala kepada karyawan yang terlibat dengan kegiatan distribusi dan
kemudian melakukan evaluasi; (4) meningkatkan komunikasi dan pengawasan terhadap
para karyawan; (5) membuat dokumen tambahan terkait cara penyimpanan obat yang baik
untuk pengiriman ke luar Kota Batam apabila diperlukan

6. IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI


FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN (STUDI KASUS DI PUSKESMAS KOTA
MALANG)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lokasi lab, KIA/KB, dan ruang gizi terdapat 10
risiko bahaya yang terdiri dari 2 risiko bahaya tinggi (high risk), 4 risiko bahaya sedang
(moderate risk), dan 4 risiko bahaya rendah (acceptable risk). Pengendalian risiko bahaya
tinggi yang paling banyak dilakukan oleh puskesmas kota malang adalah pengendalian yang
bertujuan untuk menurunkan nilai kemungkinan, yaitu pengendalian secara teknis dan
administrative.

Daftar Pertanyaan,Penanya dan Jawaban untuk Kelompok 5

1) Pertanyaan 1 (Putri Ayu Tomu):

Bagaimana perusahaan mengantisipasi perubahan teknologi atau perubahan dalam proses


kerja yang dapat memengaruhi risiko K3 (Hyperkes)?

a. Jawaban 1 (Nur Fadillah Babiyonggo):

Dengan melakukan beberapa strategi yaitu :

1. Pemantauan dan Evaluasi Kontinu:


Dimana perusahaan Menyelenggarakan sistem pemantauan yang terus-menerus terhadap
perkembangan teknologi dan proses kerja dan juga Melakukan evaluasi rutin terhadap
dampak potensial dari perubahan tersebut terhadap risiko K3.
2. Adanya Keterlibatan Karyawan:
Disini perusahaan Melibatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan terkait
teknologi baru atau perubahan proses kerja lalu Mendorong karyawanya untuk memberikan
masukan mengenai potensi risiko K3 yang mungkin akan muncul, sekaligus Memberikan
pelatihan kepada karyawan tentang penggunaan dan manajemen risiko terkait teknologi
baru atau perubahan dalam proses kerja.
3. Menjadwalkan Pemeriksaan Keselamatan:
untuk memastikan bahwa sistem dan prosedur keselamatan telah diupdate sesuai dengan
perubahan teknologi. Dan yang paling penting Melakukan pemeriksaan pada peralatan dan
fasilitas baru untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi risiko K3.
4. Sistem Umpan Balik:
Menerapkan sistem umpan balik dari karyawan terkait perubahan teknologi atau proses
kerja, dan mengambil tindakan korektif jika ditemukan masalah keselamatan. Dengan
menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat lebih siap menghadapi perubahan
teknologi atau perubahan proses kerja dengan memastikan bahwa aspek keselamatan dan
kesehatan kerja tetap menjadi prioritas utama.

b. Jawaban 2 (Priscillia Antou)

Yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan adalah:


 Mengambil Sikap berdsarkan pada Tujuan yang Jelas
 Mempertajam Value
 Menggunakan Budaya Perusahaan Sebagai resep rahasia
 Merampingkan struktur organisasi secara radikal
 Mempercepat pengambilan keputusan
 Terapkan polapikir talenta lebih berharga dari resource yang lain
 Mengadopsi pandangan ekosistem dalam berbisnis
 Menciptakan perusahaan yang akan data
 Memepercepat learning sebagai organisasi

2) Pertanyaan 2 (Rivaldo)

Dalam akreditasi faskes salah satu evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi K3, namun secara
umum pada bidang K3 di faskes dapat dikatakan pelaksanaannya kurang, namun peralatannya
memadai. Pertanyaan saya apakah ada penilaian atau manajemen risiko K3 yang bisa memantau
dan memastikan penerapan K3 di fasilitas kesehatan berjalan dengan baik atau tidak, karena
jika K3 tidak diterapkan dengan baik maka akan menimbulkan risiko juga?

a. Jawaban 1 (Filman Badu)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


yang selanjutnya disebut SMK3 di Fasyankes adalah bagian dari sistem manajemen
Fasilitas Pelayanan Kesehatan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan aktivitas proses kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan guna terciptanya
lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman.
SMK3 di Fasyankes meliputi:
 penetapan kebijakan K3 di Fasyankes;
 perencanaan K3 di Fasyankes;
 pelaksanaan rencana K3 di Fasyankes;
 pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Fasyankes; dan
 peninjauan dan peningkatan kinerja K3 di Fasyankes.
Standar K3 di Fasyankes meliputi:
 pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko
 K3 di Fasyankes; penerapan kewaspadaan standar,
 penerapan prinsip ergonomi;
 pemeriksaan kesehatan berkala;
 pemberian imunisasi;
 pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di Fasyankes;
 pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek keselamatan dan kesehatan
kerja;
 pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja;
 kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran;
 pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun;
 pengelolaan limbah domestik

b. Jawaban 2 (Milka Wati Manoppo)

Tugas tim K3 di Fasyankes antara lain sebagai berikut:

1) Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data terkait K3 di Fasyankes.

2) Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan kepada Pimpinan


yang berkaitan dengan K3 di Fasyankes.

3) Menyusun rencana program K3 di Fasyankes.

4) Merumuskan kebijakan, pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan standar prosedur


operasional.

5) Melaksanakan program K3 di Fasyankes.

6) Mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disampaikan kepada seluruh SDM
Fasyankes.

7) Membantu pimpinan Fasyankes dalam menyelenggarakan SMK3 di Fasyankes, promosi,


penelitian sederhana, dan pelatihan terkait K3 di Fasyankes.

8) Melakukan investigasi dalam setiap kejadian penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja.

9) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru dan pembangunan gedung,


serta pemeliharaannya.

10) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan K3 di Fasyankes.

11) Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan pelaksanaan kegiatan K3 di


Fasyankes.

Untuk penanggung jawab K3 di Fasyankes yang bukan dalam bentuk tim, antara lain
memiliki tugas sebagai berikut:

1) Menyusun rencana program K3 di Fasyankes.

2) Melaksanakan program K3 di Fasyankes.


3) Mengumpulkan, mengolah, menganalisis data terkait K3 di Fasyankes, dan
menginformasikan kepada seluruh SDM Fasyankes.

4) Menyusun dan memberikan rekomendasi untuk bahan pertimbangan kepada pimpinan


Fasyankes yang berkaitan dengan K3 di Fasyankes

5) Melakukan pencatatan dan pelaporan terkait dengan pelaksanaan kegiatan K3 di


Fasyankes.

Anda mungkin juga menyukai