Untuk Memenuhi Tugas Belajar Mata Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja Yang Diampu Oleh
Dosen Wilis Sukmaningtyas, SST., S.Kep, Ns., M.Kes, Tarkijo, S.Kep., Ns, dan Reni Dwi
Setyaningsih, SKM., MPH
Disusun Oleh:
Ulul Ismi
(190106153)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang
diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan
pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan
dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik
jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja,
proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja
dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang
terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan
adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di
luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan
individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Berdasarkan
hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?
2. Apa yang menjadi dasar pemberlakuan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) di
Indonesia?
3. Apa fokus dan tujuan dari program kesehatan dan keselamatan kerja?
4. Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?
5. Apa saja usaha untuk mencapai keselamatan kerja?
6. Apa saja yang menjadi masalah kesehatan karyawan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hazard Indentification
a. Tujuan
Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengendalikan bahaya serta risiko
dari setiap kegiatan operational dan produksi perusahaan, baik kegiatan
rutin maupun non rutin.
Menetapkan target dan program peningkatan kinerja K 3 berdasarkan hasil
identifikasi bahaya dan penilaian Risiko.
b. Definisi
Bahaya
Adalah Sumber atau Keadaan yg berpo -tensi terhadap terjadinya kerugian
dlm bentuk cedera; atau penyakit.
Resiko
Adalah Kombinasi antara kemungkinan suatu keja- dian dlm setiap
peristiwa dgn keparahan akibat yg dinyatakan dalam kerugian.
Identifikasi Bahaya
Adalah proses mengembelikan adanya suatu bahaya dan menetapkan
karateristiknya.
Penilaian Resiko
Adalah keseluruhan proses dalam mengestimasi besarnya suatu risiko
Likelihood ( Lh )
Adalah kemungkinan terjadi suatu bahaya dari suatu aktivitas.
Severity ( Sv )
Adalah tingkat bahaya atau keseriusan yang ditimbulkan dari suatu
aktivitas.
c. Tanggungjawab
Management Representatives bertanggung jawab untuk :
Menyusun Program Manajemen K3 berdasarkan Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko.
Mengkomunikasikan Program Manejemen K3 yg telah ditetapkan kepada
seluruh karyawan.
d. Identifikasi Bahaya
Tiga pertanyaan dasar untuk identifikasi bahaya :
Apakah ada suatu sumber celaka / bahaya ?
Siapa / Apa yang dapat celaka ?
Bagaimana dapat terjadi ?
Unsur kegiatan, produksi, jasa sebuah organisasi yang dapat berinteraksi dengan
lingkungan.
Contoh Aspek K3 :
Ceceran Oli
Limbah Padat
Debu
Bau
Thiner
Bising
Getaran, dll
Contoh Dampak K3 :
Terpeleset
Kontaminasi tanah
Pencemaran Air
Pencemaran Udara
Kebakaran
Penurunan pendengaran
Tersengat listrik
Ledakan, dll
B. Safety Sign
Biru Muda
Dalam area yang memiliki safety sign dengan warna Biru muda kita
diwajibkan untuk menggunakan alat pelindung diri kontras dari warna biru
biasanya dibarengi dengan warna putih sebagai simbolnya.
Kuning
Untuk area kerja ini satu tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan warna
biru muda, disini pekerja bukan hanya perlu untuk menggunakan Alat
Pelindung Diri, melainkan juga harus berhat – hati dengan berbagai
macam resiko yang ada pada area kerja, kontras dari warna kuning
dibarengi dengan warna hitam sebagai simbolnya.
Hijau
Untuk area kerja dengan Safety Sign berwarna hijau ini menandakan
bahwa tempat tersebut merupakan area aman, biasanya Safety Sign
berwarna hijau digunakan untuk menandakan arah seperti jalur evakuasi,
emergency Lamp, Daerah Bebas Rokok dan semacamnya.
Merah
Untuk area dengan simbol safety Sign merah ini artinya tanda
bahaya, Berarti Larangan Melakukan sesuatu, misalnya tanda stop dan
sebagainya, Tetapi khusus untuk Pencegahan Kebakaran, baik berupa
petunjuk, perintah, peringatan maupun larangan, tetap dipakai warna
merah (kontrasnya warna merah adalah putih).
Safety sendiri memiliki berbagai macam rambu saat ini ada 3 macam Kategory
Safety Sign:
Rambu Simbol
Dalam pembuatan tanda, teks atau tulisan tidak boleh diikutkan dalam
gambar tersebut. Jika ingin menambahkan informasi tulisan, maka bisa
menambahkannya di luar gambar misalnya di samping gambar atau di bawah
gambar. Safety sign juga harus berisi satu pesan, tidak boleh digabungkan dengan
pesan lainnya. Dua pesan keselamatan harus digambarkan ke dalam dua safety
sign. Misalnya saja gambar tentang penggunaan alat pelindung diri helm dan
kacamata. Tanda penggunaan helm dan kacamata tersebut harus terpisah, dengan
menggunakan dua gambar yang berbeda.
Tanda bahaya juga harus dipisahkan dengan penjelasan pencegahan. Jadi jika
ada tanda bahaya maka teks yang ada di bawahnya juga harus berisi informasi
tentang tanda bahaya tersebut. Jika ingin memberikan informasi keselamatan
maka perlu ditambahakn tanda baru lagi.
Safey sign ini sangat dibutuhkan dalam lingkungan kerja karena bisa menjadi
penanda atau pengingat bagi para pekerja. Tanda gambar digunakan karena lebih
mudah cepat diterima walaupun tak semua orang kadang mengerti artinya. Oleh
karena itu perusahaan perlu melatih karyawannya mengenai arti dari safety sign
standar tersebut. Dalam kaitannya dengan safety sign, maka perusahaan harus:
Menyediakan safety sign atau health sign, atau keduanya di tempat kerja
yang berisiko atau berbahaya. Risiko bahaya yang ada tersebut tidak dapat
dihindarkan sehingga harus dikurangi dengan teknik perlindungan atau
pencegahan.
Meyakinkan bahwa safety sign tersebut berada di tempat yang
benar. Safety sign tidak boleh digeletakkan di tempat yang tidak
seharusnya karena dapat menimbulkan kesalahpahaman pada pekerja atau
orang yang melihat tanda tersebut.
Menggunakan tanda yang sesuai dalam lingkungan transportasi kerja.
Perusahaan yang menggunakan alat transportasi di tempat kerja juga harus
menyediakan tanda lalu lintas yang membantu mengatur alur transportasi
kerja.
Perusahaan perlu memberikan informasi yang jelas kepada para pekerja
mengenai safety sign yang ditempatkan agar pekerja dapat mengerti
maksud dan kegunaannya.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang memiliki fungsi mengisolasi
sebagian atau seluruh bagian tubuh untuk melindungi seseorang dari potensi bahaya di
tempat kerja. APD memiliki peran penting bagi kelancaran dan berlangsungnya proses
bekerja. Serta, menghindari terjadinya kecelakaan atau musibah yang dapat merugikan
pihak bersangkutan. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 bahwa pengurus
atau pimpinan tempat kerja berkewajiban menyediakan alat pelindung diri (APD/PPE)
untuk para pekerja dan para pekerja berkewajiban memakai APD/PPE dengan tepat dan
benar. Tujuannya adalah untuk melindungi kesehatan pekerja tersebut dari risiko bahaya
di tempat kerja.
Akibat masih rendahnya tingkat kesadaran para pekerja dan adanya perasaan tidak
nyaman saat menggunakan alat pelindung diri (APD) atau penyediaan alat pelindung diri
(APD) yang kurang memadai oleh pengurus tempat kerja, kecelakaan kerja atau musibah
seperti kebakaran masih sering kita jumpai. Dalam banyak kejadian, kita juga sering
menemukan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tidak tepat atau sesuai dengan
paparan bahaya yang dihadapi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau informasi
tentang APD dan jenis atau kondisi bahaya yang dihadapi. Oleh sebab itu, simulasi atau
pelatihan untuk para pekerja terkait masalah tersebut masih sangat diperlukan dan harus
diperhatikan.
Apabila penyedian APD telah memadai dan kesadaran para pekerja atas penggunaan
APD yang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, semakin membaik. Hal ini, akan
berdampak baik pula pada perusahaan atau tempat kerja. Bahkan, tingkat kecelakaan
akibat kerja dan musibah dapat dikurangi dan dihindari. Berdasarkan jenisnya, bahaya
dapat diklasifikasikan atas bahaya fisik misalnya berkaitan dengan peralatan, bahaya
kimia misalnya berkaitan dengan material/bahan, bahaya biologi misalnya berkaitan
dengan mahluk hidup, dan bahaya psikososial misalnya yang berkaitan dengan aspek
sosial psikologis maupun organisasi kemasyarakatan.
Pengendalian risiko akan sangat bergantung pada tingkat/ derajat risiko yang ada.
Pada umumnya pengendalian risiko dapat dibagi atas pengendalian engineering misalnya
dengan melakukan perubahan desain sistem kerja, pemasangan peralatan keamanan pada
mesin, dan lain sebagainya, dan pengendalian administratif seperti pembuatan standar
operasi prosedur (SOP), pengaturan waktu gilir kerja (shift work), rotasi, pelatihan, dan
penggunaan alat pelindung diri (APD). Pada umumnya program safety yang dilakukan di
perusahaan dapat digolongkan atas dua bagian besar yaitu sistem manajemen
keselamatan (safety) dan program teknis operasional. Sedangkan, definisi APD dalam
HSE regulasi adalah semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk
pakaian yang harus di pakai pada saat bekerja, pelindung kepala (helmet), sarung tangan
(gloves), pelindung mata (eye protection), pakaian yang bersifat reflektive, sepatu,
pelindung pendegaran (hearing protection) dan pelindung pernapasan (masker). [HSE,
1992]
Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment adalah alat-alat
atau perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan
pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya atau resiko kecelakaan
kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan harus sesuai dengan potensi
bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja sebagai
penggunanya. Di dalam Perusahaan Manufakturing terutama yang bergerak dalam
Produksi Perakitan Elektronika, beberapa resiko pekerjaan yang berpotensi
membahayakan keselamatan dan kesehatan serta berpotensi menimbulkan kecelakan
kerja antara lain proses menyolder, proses pemotongan kaki Komponen Elektronika,
proses penggunaan bahan-bahan kimia, suara-suara yang timbul akibat mesin produksi,
pembuangan limbah dan kegiatan pemindahan bahan-bahan produksi. Oleh karena itu,
pekerja-pekerja yang mengerjakan proses tersebut memerlukan perlengkapan atau alat
untuk melindungi dirinya sehingga mengurangi resiko bahaya dan kecelakaan kerja. Alat
Pelindung Diri atau APD ini merupakan salah satu syarat penting dalam penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3. Alat Pelindung Diri
(APD) dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
Alat Pelindung Kepala antara lain : Helmet (Topi Pengaman), Safety Glass
(Kacamata Pengaman), Masker, Respirator, Ear Plugs (Penutup Telinga).
Berikut ini adalah Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan dalam Produksi
Elektronika.
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang
dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan
yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
https://bpbd.jombangkab.go.id/2018/01/15/alat-pelindung-diri-personal-protective-equipment-
apd-ppe/
http://nusantaratraisser.co.id/responsiveweb/blog/2019/06/21/apa-itu-safety-sign/
https://produksielektronik.com/pengertian-alat-pelindung-diri-apd-k3-jenis-apd/
http://Referensi: http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/