Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

HAZARD IDENTIFICATION, SAFETY SIGNS, DAN PERSONAL PROTECTIVE


EQUIPMENT

Untuk Memenuhi Tugas Belajar Mata Kuliah Keselamatan Kesehatan Kerja Yang Diampu Oleh
Dosen Wilis Sukmaningtyas, SST., S.Kep, Ns., M.Kes, Tarkijo, S.Kep., Ns, dan Reni Dwi
Setyaningsih, SKM., MPH
                                                               

Disusun Oleh:
Ulul Ismi
(190106153)

PROGRAM STUDY D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur.
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang
diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya pengawasan terhadap
kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar mendeteksi sacera dini kesehatan
pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan
dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik
jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja,
proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja
dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang
terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan. Masalah kesehatan
adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di
luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan
individu maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Berdasarkan
hal tersebut, dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) itu?
2. Apa yang menjadi dasar pemberlakuan kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) di
Indonesia?
3. Apa fokus dan tujuan dari program kesehatan dan keselamatan kerja?
4. Apa saja yang menjadi penyebab kecelakaan?
5. Apa saja usaha untuk mencapai keselamatan kerja?
6. Apa saja yang menjadi masalah kesehatan karyawan?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hazard Indentification

Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko  merupakan


salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS
18001:2007 klausul 4.3.1. Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan
rencana penerapan K3 di lingkungan Perusahaan. Identifikasi bahaya termasuk di
dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan operasional Perusahaan
terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah Perusahaan menyangkut beberapa
elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya alam
lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan.

Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional Perusahaan


di tempat kerja meliputi :

 Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.


 Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor,
pemasok, pengunjung dan tamu.
 Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
 Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat
mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di
tempat kerja.
 Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang
disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan
Perusahaan.
 Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan.
 Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat
sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
 Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku.
 Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional,
struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.

Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya


sebagai berikut :

 Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).


 Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan,
dsb).
 Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
 Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang
serta ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
 Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian
manajemen, lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
 Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber
daya alam, flora dan fauna).

Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode  matriks resiko yang relatif


sederhana serta mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di
dalamnya. Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :

 Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).


 Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang
lebih aman).
 Perancangan (modifikasi/instalasi
sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area supaya menjadi aman).
 Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian
visual di tempat kerja).
 Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja
dengan paparan bahaya/resiko tinggi).

Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko


didokumentasikan dan diperbarui sebagai acuan rencana penerapan K3 di
lingkungan Perusahaan. Identifikasi bahaya dan pengendalian resiko meliputi

a. Tujuan
 Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengendalikan bahaya serta risiko
dari setiap kegiatan operational dan produksi perusahaan, baik kegiatan
rutin maupun non rutin.
 Menetapkan target dan program peningkatan kinerja K 3 berdasarkan hasil
identifikasi bahaya dan penilaian Risiko.
b. Definisi
 Bahaya
Adalah Sumber atau Keadaan yg berpo -tensi terhadap terjadinya kerugian
dlm bentuk cedera; atau penyakit.
 Resiko
Adalah Kombinasi antara kemungkinan suatu keja- dian dlm setiap
peristiwa dgn keparahan akibat yg dinyatakan dalam kerugian.
 Identifikasi Bahaya
Adalah proses mengembelikan adanya suatu bahaya dan menetapkan
karateristiknya.
 Penilaian Resiko
Adalah keseluruhan proses dalam mengestimasi besarnya suatu risiko
 Likelihood ( Lh )
Adalah kemungkinan terjadi suatu bahaya dari suatu aktivitas.
 Severity ( Sv )
Adalah tingkat bahaya atau keseriusan yang ditimbulkan dari suatu
aktivitas.

c. Tanggungjawab
Management Representatives bertanggung jawab untuk :
 Menyusun Program Manajemen K3 berdasarkan Identifikasi Bahaya dan
Penilaian Risiko.
 Mengkomunikasikan Program Manejemen K3 yg telah ditetapkan kepada
seluruh karyawan.

Pimpinan Departemen bertanggung jawab untuk :


 Mengidentifikasi bahaya dan risiko sesuai dengan kegiatan operational
didepartemen masing-masing.
 Menyusun Target dan program peningkatan kinerja K3 departemen dan
memantau pencapaian setiap bulan.
 Mengkomunikasikan Identifikasi, Terget dan Pencapaian program
peningkatan kerja K3 kepada seluruh karyawan di departemennya.

d. Identifikasi Bahaya
Tiga pertanyaan dasar untuk identifikasi bahaya :
 Apakah ada suatu sumber celaka / bahaya ?
 Siapa / Apa yang dapat celaka ?
 Bagaimana dapat terjadi ?

e. Cara Melakukan Identifikasi Bahaya


 Mengidentifikasi seluruh proses/area yang ada dalam segala kegiatan.
 Mengidentifikasi sebanyak mungkin aspek K-3 pada setiap proses/area yg
telah diidentifikasi sebelumnya.
 Identifikasi K-3 dilakukan pada suatu proses kerja baik pada kondisi
NORMAL , ABNORMAL , EMERGENCY dan MAINTENANCE

f. Kategori Besarnya Bahaya


Untuk membantu proses identifikasi bahaya dapat dikatagorikan, sbb:
 Mechanical
 Electrical
 Radiation
 Chemical
 Fire and explosion
g. Daftar Potensi Bahaya
 Terpleset / Jatuh
 Jatuh dari ketinggian
 Kejatuhan benda asing
 Ruang untuk kepala yang kurang
 Bahaya dari Mesin
 Bahaya dari Kendaraan
 Kebakaran & Ledakan
 Zat yang terhirup
 Zat yang mencederai Mata
 Zat yang melukai kulit
 Bahaya listrik
 Radiasi
 Getaran
 Bising
 Pencahayaan
 Lingkungan terlalu Panas
 Kegiatan Kontraktor
 Huru hara

h. Kunci Mengidentifikasi Resiko


 Kapan, kenapa, dimana, bagaimana kemungkinan terjadinya risiko &
siapa tenaga yang dilibatkan.
 Apakah Sumber & akibat masing - masing risiko ?
 Apakah banyak waktu yg terbuang, biaya dan gangguan pemakai masing -
masing risik ?
 Apakah pengawasan yang ada dapat mengurangi risiko ?
 Apakah dibutuhkan penelitian mendalam pada risiko tertentu ?
 Apakah lingkup penelitian ?
 Apakah sumber yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ?
 Apakah informasi yang diperoleh dapat dipercaya ?

Unsur kegiatan, produksi, jasa sebuah organisasi yang dapat berinteraksi dengan
lingkungan.
 Contoh Aspek K3 :
 Ceceran Oli
 Limbah Padat
 Debu
 Bau
 Thiner
 Bising
 Getaran, dll

 Contoh Dampak K3 :
 Terpeleset
 Kontaminasi tanah
 Pencemaran Air
 Pencemaran Udara
 Kebakaran
 Penurunan pendengaran
 Tersengat listrik
 Ledakan, dll

B. Safety Sign

Safety Sign merupakan sebuah media yang digunakan untuk memvisualisasikan


sebuah kondisi / keadaan yang harus diperhatikan ketika kita memasuki wilayah kerja,
hal ini dimaksudkan agar para pekerja tersebut untuk memperhatikan berbagai macam
aspek keselamatan dan juga kesehatan yang wajib di ikuti oleh setiap pekerja.

a) Kegunaan / Manfaat Safety Sign


 Menarik perhatian terhadap adanya keselamatan dan kesehatan kerja
 Memberikan informasi tentang adanya sebuah potensi bahaya yang
mungkin tidak terlihat
 Memberitahukan informasi umum dan juga digunakan untuk memberikan
pengarahan.
 Memberikan peringatan  kepada para karyawan untuk menggunakan
peralatan perlindungan diri
 Memberitahukan tempat di mana peralatan darurat keselamatan berada.
 Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau
perilaku yang tidak diperbolehkan.

b) Landasan Hukum Tentang Safety Sign

 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 (Undang-Undang Keselamatan Kerja)

“ Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar


keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya,
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja “

 Permenaker No. 05/MEN/1996 (SMK3)


“ Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus
dipasang sesuai dengan standar dan pedoman “
c) Warna Safety Sign & Penjelasannya

 Biru Muda
Dalam area yang memiliki safety sign dengan warna Biru muda kita
diwajibkan untuk menggunakan alat pelindung diri kontras dari warna biru
biasanya dibarengi dengan warna putih sebagai simbolnya.

 Kuning
Untuk area kerja ini satu tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan warna
biru muda, disini pekerja bukan hanya perlu untuk menggunakan Alat
Pelindung Diri, melainkan juga harus berhat – hati dengan berbagai
macam resiko yang ada pada area kerja, kontras dari warna kuning
dibarengi dengan warna hitam sebagai simbolnya.
 Hijau
Untuk area kerja dengan Safety Sign berwarna hijau ini menandakan
bahwa tempat tersebut merupakan area aman, biasanya Safety Sign
berwarna hijau digunakan untuk menandakan arah seperti jalur evakuasi,
emergency Lamp, Daerah Bebas Rokok dan semacamnya.
 Merah
Untuk area dengan simbol safety Sign merah ini artinya tanda
bahaya,  Berarti Larangan Melakukan sesuatu, misalnya tanda stop dan
sebagainya, Tetapi khusus untuk Pencegahan Kebakaran, baik berupa
petunjuk, perintah, peringatan maupun larangan, tetap dipakai warna
merah (kontrasnya warna merah adalah putih).

Safety sendiri memiliki berbagai macam rambu saat ini ada 3 macam Kategory
Safety Sign:

 Rambu Simbol

 Rambu Tulisan & Simbol

 Rambu Pesan Tulisan


Tanda tersebut memiliki bentuk yang juga terstandarisasi, dengan penjelasan:
 Lingkaran untuk instruksi dan pelarangan
 Segitiga untuk peringatan
 Kotak atau segi empat untuk darurat dan tanda informatif

Dalam pembuatan tanda, teks atau tulisan tidak boleh diikutkan dalam
gambar tersebut. Jika ingin menambahkan informasi tulisan, maka bisa
menambahkannya di luar gambar misalnya di samping gambar atau di bawah
gambar. Safety sign juga harus berisi satu pesan, tidak boleh digabungkan dengan
pesan lainnya. Dua pesan keselamatan harus digambarkan ke dalam dua safety
sign. Misalnya saja gambar tentang penggunaan alat pelindung diri helm dan
kacamata. Tanda penggunaan helm dan kacamata tersebut harus terpisah, dengan
menggunakan dua gambar yang berbeda.
Tanda bahaya juga harus dipisahkan dengan penjelasan pencegahan. Jadi jika
ada tanda bahaya maka teks yang ada di bawahnya juga harus berisi informasi
tentang tanda bahaya tersebut. Jika ingin memberikan informasi keselamatan
maka perlu ditambahakn tanda baru lagi.
Safey sign ini sangat dibutuhkan dalam lingkungan kerja karena bisa menjadi
penanda atau pengingat bagi para pekerja. Tanda gambar digunakan karena lebih
mudah cepat diterima walaupun tak semua orang kadang mengerti artinya. Oleh
karena itu perusahaan perlu melatih karyawannya mengenai arti dari safety sign
standar tersebut. Dalam kaitannya dengan safety sign, maka perusahaan harus:
 Menyediakan safety sign atau health sign, atau keduanya di tempat kerja
yang berisiko atau berbahaya. Risiko bahaya yang ada tersebut tidak dapat
dihindarkan sehingga harus dikurangi dengan teknik perlindungan atau
pencegahan.
 Meyakinkan bahwa safety sign tersebut berada di tempat yang
benar. Safety sign tidak boleh digeletakkan di tempat yang tidak
seharusnya karena dapat menimbulkan kesalahpahaman pada pekerja atau
orang yang melihat tanda tersebut.
 Menggunakan tanda yang sesuai dalam lingkungan transportasi kerja.
Perusahaan yang menggunakan alat transportasi di tempat kerja juga harus
menyediakan tanda lalu lintas yang membantu mengatur alur transportasi
kerja.
 Perusahaan perlu memberikan informasi yang jelas kepada para pekerja
mengenai safety sign yang ditempatkan agar pekerja dapat mengerti
maksud dan kegunaannya.

d) Prinsip Dasar Safety Sign


 Tujuan dari sistem safey sign adalah untuk menarik perhatian secara cepat
dan tidak menimbulkan kebingungan/ambigu sehingga dapat jelas dalam
memberikan informasi
 Sistem safety sign tidak boleh digunakan sebagai pengganti untuk
perlindungan
 Sistem safety sign hanya digunakan untuk memberikan informasi yang
berkaitan dengan keselamatan
 Sistem safety sign dapat efektif jika dapat berdiri sendiri dan dimengerti
oleh semua pekerja.

Berdasarkan prinsip dan standar yang telah dikemukakan sebelumnya dapat


dibuat safety sign yang sesuai dan efektif digunakan di tempat kerja. Gambar atau
tanda yang digunakan sendiri harus dibuat sederhana namun dapat langsung
dimengerti. Bahan yang digunakan untuk pembuatan safey sign juga harus dibuat
kuat dan aman untuk ditempatkan di tempat kerja. Jika keadaan tempat kerja
tersebut sudah berubah dan tidak sesuai lagi dengan safety sign yang dipasang
maka harus safety sign yang ada harus segera dilepas. Penempatan safety
sign yang kurang tepat akan membuat kebingungan bagi pekerja sehingga harus
selalu diperhatikan apakah sudah sesuai atau tidak dengan kondisi terbaru.

C. Personal Protective Equipment

Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang memiliki fungsi mengisolasi
sebagian atau seluruh bagian tubuh untuk melindungi seseorang dari potensi bahaya di
tempat kerja. APD memiliki peran penting bagi kelancaran dan berlangsungnya proses
bekerja. Serta, menghindari terjadinya kecelakaan atau musibah yang dapat merugikan
pihak bersangkutan. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 1 tahun 1970 bahwa pengurus
atau pimpinan tempat kerja berkewajiban menyediakan alat pelindung diri (APD/PPE)
untuk para pekerja dan para pekerja berkewajiban memakai APD/PPE dengan tepat dan
benar. Tujuannya adalah untuk melindungi kesehatan pekerja tersebut dari risiko bahaya
di tempat kerja.
Akibat masih rendahnya tingkat kesadaran para pekerja dan adanya perasaan tidak
nyaman saat menggunakan alat pelindung diri (APD) atau penyediaan alat pelindung diri
(APD) yang kurang memadai oleh pengurus tempat kerja, kecelakaan kerja atau musibah
seperti kebakaran masih sering kita jumpai. Dalam banyak kejadian, kita juga sering
menemukan penggunaan alat pelindung diri (APD) yang tidak tepat atau sesuai dengan
paparan bahaya yang dihadapi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau informasi
tentang APD dan jenis atau kondisi bahaya yang dihadapi. Oleh sebab itu, simulasi atau
pelatihan untuk para pekerja terkait masalah tersebut masih sangat diperlukan dan harus
diperhatikan.

Apabila penyedian APD telah memadai dan kesadaran para pekerja atas penggunaan
APD yang sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, semakin membaik. Hal ini, akan
berdampak baik pula pada perusahaan atau tempat kerja. Bahkan, tingkat kecelakaan
akibat kerja dan musibah dapat dikurangi dan dihindari. Berdasarkan jenisnya, bahaya
dapat diklasifikasikan atas bahaya fisik misalnya berkaitan dengan peralatan, bahaya
kimia misalnya berkaitan dengan material/bahan, bahaya biologi misalnya berkaitan
dengan mahluk hidup, dan bahaya psikososial misalnya yang berkaitan dengan aspek
sosial psikologis maupun organisasi kemasyarakatan.

Pengendalian risiko akan sangat bergantung pada tingkat/ derajat risiko yang ada.
Pada umumnya pengendalian risiko dapat dibagi atas pengendalian engineering misalnya
dengan melakukan perubahan desain sistem kerja,  pemasangan peralatan keamanan pada
mesin, dan lain sebagainya, dan pengendalian administratif seperti pembuatan standar
operasi prosedur (SOP), pengaturan waktu gilir kerja (shift work), rotasi, pelatihan, dan
penggunaan alat pelindung diri (APD). Pada umumnya program safety yang dilakukan di
perusahaan dapat digolongkan atas dua bagian besar yaitu sistem manajemen
keselamatan (safety) dan program teknis operasional. Sedangkan, definisi APD dalam
HSE regulasi adalah semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk
pakaian yang harus di pakai pada saat bekerja, pelindung kepala (helmet), sarung tangan
(gloves), pelindung mata (eye protection), pakaian yang bersifat reflektive, sepatu,
pelindung pendegaran (hearing protection) dan pelindung pernapasan (masker). [HSE,
1992]

Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment adalah alat-alat
atau perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan
pekerja saat melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya atau resiko kecelakaan
kerja. Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan harus sesuai dengan potensi
bahaya dan resiko pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja sebagai
penggunanya. Di dalam Perusahaan Manufakturing terutama yang bergerak dalam
Produksi Perakitan Elektronika, beberapa resiko pekerjaan yang berpotensi
membahayakan keselamatan dan kesehatan serta berpotensi menimbulkan kecelakan
kerja antara lain proses menyolder, proses pemotongan kaki Komponen Elektronika,
proses penggunaan bahan-bahan kimia, suara-suara yang timbul akibat mesin produksi,
pembuangan limbah dan kegiatan pemindahan bahan-bahan produksi. Oleh karena itu,
pekerja-pekerja yang mengerjakan proses tersebut memerlukan perlengkapan atau alat
untuk melindungi dirinya sehingga mengurangi resiko bahaya dan kecelakaan kerja. Alat
Pelindung Diri atau APD ini merupakan salah satu syarat penting dalam penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3. Alat Pelindung Diri
(APD) dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

 Alat Pelindung Kepala antara lain : Helmet (Topi Pengaman), Safety Glass
(Kacamata Pengaman), Masker, Respirator, Ear Plugs (Penutup Telinga).

 Alat Pelindung Badan antara lain : Apron, Jas Laboratorium

 Alat Pelindung Anggota Badan diantaranya adalah : Sepatu Pelindung (Safety


Shoes/Boot), Sarung Tangan (Hand Gloves).

Jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Berikut ini adalah Alat-alat Pelindung Diri (APD) yang sering digunakan dalam Produksi
Elektronika.

1) Alat Pelindung Kepala

 Topi Pelindung (Safety Helmet)

Helmet atau Topi Pelindung digunakan untuk melindungi Kepala dari


paparan bahaya seperti kejatuhan benda ataupun paparan bahaya aliran
listrik. Pemakaian Topi Pelindung (Safety Helmet) harus sesuai dengan
lingkar kepala sehingga nyaman dan efektif melindungi pemakainya. Di
Produksi Elektronika, Topi pelindung biasanya digunakan oleh Teknisi
Mesin dan Petugas Gudang.
Terdapat 3 Jenis Helmet berdasarkan perlindungannya terhadap listrik,
yaitu:
 Helmet Tipe General (G) yang dapat melindungi kepala dari
terbentur dan kejatuhan benda serta mengurangi paparan bahaya
aliran listrik yang bertegangan rendah hingga 2.200 Volt
 Helmet Tipe Electrical (E) yang dapat melindungi kepala dari
terbentur dan kejatuhan benda serta mengurangi paparan bahaya
aliran listrik yang bertegangan tinggi hingga 22.000 Volt
 Helmet Tipe Conductive (C) yang hanya dapat melindungi kepala
dari terbentur dan kejatuhan benda tetapi tidak melindungi kepala
dari paparan bahaya aliran listrik.
 Kacamata Pelindung (Safety Glass)
Kacamata Pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata
dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil,
mengurangi sinar yang menyilaukan serta percikan bahan kimia.
Kacamata Pelindung terdiri dari 2 Jenis yaitu :
 Safety Spectacles, berbentuk Kacamata biasa dan hanya dapat
melindungi mata dari bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-
partikel kecil dan mengurangi sinar yang menyilaukan. Biasanya
dipakai pada Proses menyolder dan Proses pemotongan Kaki
Komponen.
 Safety Goggles, Kacamata yang bentuknya menempel tepat pada
muka. Dengan Safety Goggles, mata dapat terlindung dari bahaya
percikan bahan kimia, asap, uap, debu dan loncatan benda tajam.
Biasanya dipakai oleh Teknisi Mesin Produksi.
 Penyumbat Telinga (Ear Plug)
Penyumbat Telinga atau Ear Plug digunakan untuk melindungi alat
pendengaran yaitu telinga dari Intensitas Suara yang tinggi. Dengan
menggunakan Ear Plug, Intensitas Suara dapat dikurangi hingga 10 ~ 15
dB. Ear Plug biasanya digunakan oleh Pekerja yang bekerja di daerah
produksi yang memiliki suara mesin tinggi seperti SMT (Surface Mount
Technology) ataupun Mesin Produksi lainnya.
 Penutup Telinga (Ear Muff)
Penutup Telinga atau Ear Muff adalah alat yang digunakan untuk
melindungi alat pendengaran dari Intensitas Suara yang tinggi. Ear Muff
dapat mengurangi intensitas suara hingga 20 ~ 30dB. Ear Muff terdiri dari
Head Band dan Ear Cup yang terbuat dari bantalan busa sehingga dapat
melindungi bagian luar telinga (daun telinga). Ear Muff sering digunakan
oleh Teknisi Mesin dan Generator (Genset).
 Masker
Masker adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan 
seperti Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, debu dan
bau bahan kimia yang ringan. Masker biasanya terbuat dari Kain atau
Kertas. Masker umumnya dipakai di proses menyolder.
 Respirator
Respirator adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat
pernafasan   seperti Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap
solder, bau bahan kimia, debu, Uap, Gas serta Partikel Mist dan Partikel
Fume. Respirator sering dipakai oleh Teknisi Mesin Solder, Operator
Pengecatan (Painting) dan Proses bahan Kimia lainnya.

2) Alat Pelindung Badan


 Apron (Celemek)
Apron atau sering disebut dengan Celemek adalah alat pelindung tubuh
dari percikan bahan kimia dan suhu panas. Apron atau Celemek sering
digunakan dalam proses persiapan bahan-bahan kimia dalam produksi
seperti Grease, Oli, Minyak dan Adhesive (perekat).
3) Alat Pelindung Anggota Badan
 Sarung Tangan (Hand Glove)
Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi
tangan dari kontak bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat
sentuhan dengan benda runcing dan tajam. Sarung Tangan biasanya
dipakai pada proses persiapan bahan kimia, pemasangan komponen yang
agak tajam, proses pemanasan dan lain sebagainya. Jenis-jenis sarung
tangan diantaranya adalah sebagai berikut :
 Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk
melindungi tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan.
 Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk
melindungi tangan dari tergores, tersayat dan luka ringan.
 Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk
melindungi tangan dari kontak dengan bahan kimia seperti Oli,
Minyak, Perekat dan Grease.
 Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari
kontak dengan arus listrik yang bertegangan rendah sampai
tegangan tinggi.
 Sepatu Pelindung (Safety Shoes)
Sepatu Pelindung atau Safety Shoes adalah perlengkapan yang digunakan
untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti
kaca ataupun potongan baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu
Pelindung terdiri dari baja diujungnya dengan dibalut oleh karet yang
tidak dapat menghantarkan listrik. Sepatu Pelindung wajib digunakan oleh
Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.
BAB III
PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan
dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu
berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang
dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan
yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

https://bpbd.jombangkab.go.id/2018/01/15/alat-pelindung-diri-personal-protective-equipment-
apd-ppe/
http://nusantaratraisser.co.id/responsiveweb/blog/2019/06/21/apa-itu-safety-sign/
https://produksielektronik.com/pengertian-alat-pelindung-diri-apd-k3-jenis-apd/

http://Referensi: http://healthsafetyprotection.com/apd-ppe/

Anda mungkin juga menyukai