Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN


(NYERI AKUT)
PADA NY.T DI RUANG ARUMDALU DENGAN DIAGNOSIS VERTIGO
PERIFER
RSUD BUMIAYU
MINGGU KE 1

Oleh :

Nama : Teza Cahya Fitriani


NIM : 190106150

PRAKTIK KLINIK DASAR

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM


SARJANA TERAPAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

TAHUN AKADEMIK

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR DASAR AMAN DAN


NYAMAN (NYERI AKUT) PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS
DI RUANG KRESNA RSUD BUMIAYU

A. Definisi Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman ( Nyeri )

Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak


menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan pontesial
yang tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun
sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di
tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual
( Potter, 2012 )

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual ataupun potensial.
Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan dan yang paling banyak dikeluhkan. ( Menurut American Medical
Association, 2013 ).

Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang


tidak nyaman atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan
jaringan yang telah rusak atau yang berpotensi untuk rusak. Sedangkan
definisi saraf adalah serat serat yang menghubungkan  organ tubuh dengan
sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).

Nyeri berhubungan dengan banyak penyakit. Banyak penyakit yang dapat


menimbulkan rasa nyeri di persarafan, seperti infeksi HIV, herpes, cedera,
kanker, diabetes, penyakit autoimun,penekanan akar saraf di tulang belakang,
diabetes, kekurangan vitamin B6, B12, dsb. Definisi nyeri saraf adalah  nyeri
akibat serabut saraf yang rusak, cedera atau mengalami gangguan fungsi. Rasa
nyeri timbul akibat respon saraf yang menerima rasa nyeri baik dari dalam
maupun dari luar tubuh lalu membawa sensasi tersebut ke dalam otak. Nyeri
saraf tidak selalu disertai nyeri yang hebat, namun hampir selalu disertai
tingkat kepekaan nyeri yang tidak normal berupa ketidaknyamanan terus
menerus hingga nyeri yang tidak tertahankan.
Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa mati rasa, panas, geli, nyeri
seperti tertusuk,seperti sengatan listrik,rangsangan ringan mencetuskan rasa
nyeri, kesemutan. Selain akibat kerusakan saraf tepi, kerusakan dan cedera
pada otak dan sumsum tulang belakang juga menyebabkan nyeri saraf.Jenis
nyeri saraf juga dilihat dari tipe saraf yang terkena.

Sedangkan definisi nyeri akut adalah sensasi jangka pendek yang


menyadarkan kita akan adanya cedera. Seringkali nyeri diabaikan dan hanya
dianggap sebagai gejala, bukan sebagai penyakit yang harus diobati sehingga
menjadi nyeri kronis. Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih dari 3
bulan.

Sistem saraf anda menerima sinyal rasa sakit dan nyeri yang konstan dari
tubuh selama berbulan bulan bahkan bertahun tahun. Nyeri kronis dapat
menimbulkan rasa terbakar, mati rasa, rasa seperti diiris atau ditusuk. Hal ini
terjadi karena kerusakan pada saraf.Nyeri jangka panjang dapat menyebabkan
kegelisahan, depresi,ketergantungan obat penghilang nyeri, gangguan tidur,
gangguan konsentrasi, sakit kepala. Hal ini dapat menghambat aktivitas sehari
hari.

a. Berdasarkan waktu durasi nyeri :


- Nyeri Akut
Nyeri Akut adalah Keadaan ketika individu mengalami dan
mengeluhkan ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak
menyenangkan selama 1 detik hingga kurang dari enam bulan.
( Lynda Juall Carpenito-Moyet edisi 13 hal. 85 ).
- Nyeri Kronis
Nyeri Kronis adalah sebagai pengalaman sensori dan emosional
tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual
atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi
konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga bulan. ( NANDA
International 2015-2017)
b. Berdasarkan etiologi:
- Nyeri nosiseptif : rangsang timbul oleh mediator nyeri, seperti
pada pasca traumaoperasi dan luka bakar.
- Nyeri neuropatik : rangsang oleh kerusakan saraf atau disfungsi
saraf, seperti pada diabetes mellitus, herpes zooster.
B. Anatomi Sistem Terkait Kebutuhan Dasar Nyeri
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan adalah ujung saraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus kuat yang
secara potensial merusak.
 Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas
akibat trauma karena benturan atau gerakan
 Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan
 Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa
bradikinin, serotonin, ion kalium, asam, prostaglandin,
asetilkolon, dan enzim proteolitik

Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri


 Serabut delta A (menusuk dan tajam) : Pada kulit dan otot
bermielin halus, garistengah 2-5 mm, kecepatan 6-30 m/detik
 Serabut delta C (panas & terbakar) : Dalam otot, tidak bermielin,
garis tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0 m/detik

Karakteristik nyeri (PQRST)


 P (Provokatif) : Faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya
nyeri
 Q (Quality) : Seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau
tersayat)
 R (Region) : Daerah perjalanan nyeri
 S (Skala nyeri) : Keparahan / intensitas nyeri
 T (Time) : Lama / waktu serangan / frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
 Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)
 Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas)
 Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas
secara mandiri)
C. Fisiologi Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman (Nyeri)

Fisiologi nyeri merupakan alur terjadinya nyeri dalam tubuh. Rasa nyeri
merupakan sebuah mekanisme yang terjadi dalam tubuh, yang melibatkan
fungsi organ tubuh, terutama sistem saraf sebagai reseptor rasa nyeri.

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima


rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat
yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireseptor,
secara anatomis reseptor nyeri ( nosireseptor ) ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielien dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa


bagian tubuh yaitu pada kulit ( kutaneus ), somatik dalam ( deep somatic ), dan
pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang
timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat


kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak
bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri.
Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas
dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan
disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat
berupa rangsangan mekanik, suhu ( panas atau dingin ) dan agen kimiawi yng
dilepaskan karena trauma/inflamasi. Fenomena nyeri timbul karena adanya
kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia,
ternal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke sistem saraf pusat.

D. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Aman dan Nyaman


(Nyeri)
Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Sulistyo, (2013) tersebut antara lain
sebagai berikut:

 Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang memengaruhi nyeri, khususnya
anak-anak dan lansia. Perbedaan yang ditemukan di antara kelompok
usia ini dapat memengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi
terhadap nyeri. Anak yang masih kecil memiliki kesulitan memahami
nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat, yang dapat menyebabkan
nyeri. Anak-anak yang masih kecil juga mengalami kesulitan karena
mereka belum dapat mengucapkan kata-kata secara verbal dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas kesehatan.
Sedangkan seseorang yang berusia lanjut berisiko tinggi mengalami
nyeri karen komplikasi penyakit atau penyakit degeneratif.
 Jenis Kelamin
Secara umum jenis kelamin antara pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespons terhadap nyeri. Beberapa kebudayaan
menganggap bahwa jenis kelamin dapat memengaruhi pengekspresian
nyeri, yaitu dikatakan bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan
tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis
dalam keadaan yang sama.
 Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki akan
mempengaruhi cara individu untuk mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana mereka bereaksi
terhadap nyeri . Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan
dengan nyeri di berbagai kelompok budaya. Beberapa kebudayaan
yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu yang alamiah.
Sedangkan, ada kebudayaan lain yang cenderung untuk melatih
perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan
perilaku psikologis seseorang. Dapat disimpulkan bahwa hal ini dapat
memengaruhi pengeluaran fisiologis opiat endogen, sehingga terjadilah
persepsi nyeri.
 Makna Nyeri
Makna seseorang yang berkaitan dengan nyeri memengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal
ini juga dikaitkan dengan latar belakang budaya seseorang tersebut.
Seorang individu akan mempersepsikan nyeri dengan berbeda-beda,
apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan,
hukuman dan tantangan. Derajat dan kualitas nyeri akan dipersepsikan
pasien berhubungan dengan makna nyeri yang dirasakan.
 Perhatian
Tingkat seseorang memfokuskan perhatianya pada nyeri dapat
memengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi)
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Dengan
memfokuskan perhatian dan konsentrasi pasien pada stimulus lain,
maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran perifer.
 Ansietas
Hubungan antara nyeri dan cemas (ansietas) bersifat kompleks.
Ansietas sering kali dapat meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri
juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Stimulus nyeri
mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini dapat mengendalikan
emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses
reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan
nyeri.
 Keletihan
Keletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang dapat
meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan akan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, persepsi nyeri dapat terasa
lebih berat lagi. Nyeri sering kali lebih berkurang setelah individu tidur
dengan lelap.
 Pengalaman Sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya, namun hal
ini tidak selalu membuat individu tersebut akan menerima nyeri
dengan lebih mudah di masa yang akan datang. Apabila individu
sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau
menderita nyeri yang berat maka ansietas atau bahkan rasa takut dapat
muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri dengan jenis
yang sama berulang-ulang tetapi kemudian nyeri tersebut dapat
dihilangkan, maka akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk
menginterpretasikan sensasi nyeri. Apabila seorang pasien tidak pernah
merasakan nyeri, maka persepsi pertama nyeri dapat menggangu
koping terhadap nyeri.
 Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang
mengakibatkan pasien merasa kesepian. Pasienakan merasa tidak
berdaya dengan rasa kesepian itu apabila pasien mengalami nyeri saat
menjalani suatu perawatan kesehatan seperti di rumah sakit. Hal yang
sering terjadi adalah pasien akan merasa kehilangan kontrol terhadap
lingkungan atau terhadap hasil akhir dari peristiwa yang terjadi. Nyeri
dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun
keseluruhan. Pasien sering kali menemukan berbagai cara untuk
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri.
 Dukungan Keluarga dan Sosial
Faktor lain yang memengaruhi respon nyeri yaitu kehadiran orang-
orang terdekat dan bagaimana sikap dan perlakuan mereka terhadap
pasien. Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan, atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap dirasakan, kehadiran
orang yang disayangi akan mengurangi kesepian dan ketakutan yang
dialami. Apabila tidak ada keluarga atau teman, sering kali pengalaman
nyeri menyebabkan pasien semakin tertekan.

E. Macam – Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Pemenuhan


Kebutuhan Nyeri dan Penyakitnya
 Nyeri Fisik, disebabkan karena kerusakan jaringan yang timbul dari
stimulasi serabut pada struktur somatik viseral
 Nyeri Somatic, nyeri yang terbatas waktu berlangsungnya kecuali bila
diikuti kerusakan jaringan diikuti rasa nyeri pada sigmen spinal lokasi
tertentu.
 Nyeri Viseral, nyeri yang sulit ditentukan lokasinya karena lokasinya
dari organ yang sakit ke seluruh tubuh.
 Sentral Pain/Nyeri Sentral Thalamik, nyeri ini terjadi karena
perangsangan sistem saraf pusat, spinal chord, batang otak, dll.
 Psyhcogenik Pain, nyeri yang dirasakan tanpa penyebab mekanik,
tetapi akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik.
F. Kasus
 Definisi
Vertigo merupakan gangguan neurologis yang sering ditemukan,
berupa sensasi berputar dan kehilangan keseimbangan. Penyakit ini
berhubungan erat dengan gangguan sistem keseimbangan tubuh yang
terdiri dari sistem perifer (terdapat pada organ keseimbangan di
telinga) dan sentral (pada serebellum).
Vertigo menurut definisi dari International Classification of Vestibular
Disorders adalah adanya sensasi bergerak berputar dari kepala atau
tubuh ketika tidak terjadi pergerakan atau adanya gangguan sensasi
bergerak pada pergerakan normal di kepala. Dalam bahasa awam,
vertigo sering dikeluhkan sebagai “pusing berputar”, atau “pusing
tujuh keliling” atau “keliyengan”. Penyebab dari vertigo perifer antara
lain benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), neuritis vestibular,
penyakit Meniere, dan otosklerosis. Secara umum, vertigo perifer
memiliki gejala yang lebih akut, dapat terjadi mual muntah, dan dapat
timbul gangguan pendengaran.
Tata laksana vertigo diberikan berdasarkan penyebabnya. Golongan
obat yang digunakan untuk vertigo antara lain golongan antiepileptik,
antivertigo, penyekat beta, betahistine, antibiotik ototoksik,
kortikosteroid, penyekat kanal kalium, penyekat karbonikanhidrase,
dan selective serotonine reuptake inhibitors.

 Etiologi
Etiologi dari vertigo perifer dan sentral antara lain infeksi, trauma
(termasuk barotrauma), gangguan vaskular dan tumor yang
menyebabkan gangguan sistem vestibular.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik


(Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC.

Carpenito, L.J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta

Carpenito, L.J. 2012. Diagnosis keperawatan : Buku saku/ Lynda Juall


Carpenitomoyet .alihbahasa, Fruriolina Ariani, EstuTiar; editor edisibahasa
Indonesia, Ekaanisa Mardela . . . {et al} – Edisi 13 – Jakarta : EGC

NANDA. 2015.buku diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2015-2017.


Jakarta: EGC

Potter, P.A & Perry A.G. 2012. Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC
Abdul Nasir, Muhit. (2015) Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar Dan Teori.
Jakarta : Salemba Medika.

American Medical Association, 2013. American Medical Association Complete


Guide to Prevention and Wellness. Wiley: United State of America

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai