Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI)


DIRUANG EDELWAYS
RSUD SOEWONDO PATI

Disusun Oleh:
Nama: Iqbal Ahlaqul Muhammad
Nim: 232021010065

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AJARAN 2023/2024
A. Anatomi dan fisiologi
Nyeri (rasa sakit) sebenarnya merupakan mekanisme perlindungan badan. Nyeri akan timbul
bilamana terjadi kerusakan jaringan badan, dan nyeri menyebabkan individu bereaksi atau
menanggapinya dengan maksud menghilangkan stimulus yang menyebabkan rasa nyeri.
Kebanyakan penyakit yang diderita manusia menimbulkan nyeri, namun demikian lokalisasi
suatu penyakit sering tidak sesuai dengan letak rasa nyeri yang dikeluhkan, oleh karena itu
pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi nyeri perlu diketahui. Kebanyakan lokalisasi
nyeri yang didasari diduga sebagai hasil stimulasi serentak pada reseptor taktil dan reseptor
nyeri. Dengan demikian nyeri tipe tajam yang dihantarkan oleh serabut A delta (serabut saraf
untuk taktil) dapat dilokalisasikan pada jarak antara 10-20cm dari daerah stimulasi.
Sebaliknya nyeri tumpul, yang dihantarkan oleh serabut saraf tipe C, hanya dapat
dilokalisasikan secara kasar di daerah yang luas.
B. Konsep Dasar
a. Pengertian
Nyeri adalah gejala penyakit yang paling umum, yang sudah sejak usia muda. Nyeri
merupakan sensorik subjektif dan pengalaman emosional, pengalaman akibat
kerusakan jaringan. Nyeri juga merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk
merespons stimulus berbahaya.
Nyeri berdasarkan onsetnya dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Nyeri
akut biasanya merupakan hasil dari stimulasi nyeri yang berfungsi untuk menghindari
atau meminimalkan kerusakan jaringan. Nyeri kronis merujuk pada nyeri yang
berkelanjutan lebih dari tiga bulan.
Nyeri kronik adalah masalah yang umum, kompleks, dan menganggu, yang memiliki
dampak signifikan terhadap masyarakat dan individu. Nyeri kronik biasanya muncul
sebagai akibat dari cedera atau penyakit dan bukan hanya merupakan gejala
penyerta dari penyakit lain. Di seluruh dunia, beban yang disebabkan oleh rasa sakit
kronis meningkat hingga 1,9 miliar orang ditemukan menderita nyeri kepala tipe
tegang yang merupakan gejala paling umum. Nyeri kronis mempengaruhi 25%
sampai 33% orang dewasa yang lebih tua, dan prevalensinya meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Pada orang yang berusia lebih tua memiliki
kemungkinan untuk pulih dari rasa sakit kronis lebih kecil, dibandingkan dengan
pasien yang lebih muda.
Nyeri yang berlangsung lama dianggap patologis bila secara klinis tidak dapat diobati
dan dijelaskan oleh pasien. Nyeri kronik dapat secara signifikan mempengaruhi
fungsi otak dan berdanpak terhadap kehidupan biopsikososial.
Laporan subjektif oleh pasien nyeri kronik dan berbagai penelitian menunjukkan
bahwa nyeri kronik dikaitkan dengan defisit fungsi kognitif dalam berbagai ranah
fungsi termasuk, atensi, memori kerja, dan fungsi eksekutif.’ Nyeri patologis
berkorelasi dengan komorbiditas kognitif dan gangguan mood. Berbagai penelitian
menunjukkan hubungan antara rasa sakit dan keluhan keluhan yang sering terjadi
pada geriatri seperti jatuh, gangguan fungsional penurunan kognitif dan demensia.
b. Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik, thermos, elektrik,
neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi), gangguan sirkulasi darah dan
kelainan pembuluh darah serta yang terakhir adalah trauma psikologis (Handayani,
2015).
c. Manifestasi klinis
•Gangguam tidur
•Posisi menghindari nyeri
•Gerakan meng hindari nyeri
•Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
•Perubahan nafsu makan
•Tekanan darah meningkat
•Nadi meningkat
•Pernafasan meningkat
d. Patofisiologi
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi maupun
rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami
nekrotik akan merilis K+ dan protein intraseluler. Peningkatan kadar K+ ekstraseluler
akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa
keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan /
inflamasi. Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2,
dan histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan
tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu
lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin
akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah
maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan
H + yang selanjutnya mengaktifkan nosiscptor. Histamin, bradikinin, dan
prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan
juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka
melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang
akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti
oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan migrain.
Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri. (Silbernagl & Lang, 2000)
e. Pathway

f. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah di
otak
g. Penatalaksanaan medis
a. Pemerian analgesic akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri
yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
b. Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesic
seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan
rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.

h. Pengkajian pola fungsional


a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
•Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
•Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
•Riwayat penyakit dahulu
•Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
•Riwayat kesehatan keluarga
•Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
•Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas, dan
waktu serangan.
-Pengukuran intensitas nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri yang
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual, serta kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat
berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respons fisiologis tubuh
terhadap nyeriitu sendiri, namun pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.
-Skala penilaian nyeri numerik
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales-NRS) lebih digunakan
sebagai pengganti alat pendeskripsi data. Dalam hal ini, klien menilai nyeri
dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.
-Pengkajian dapat dilakukan dengan cara ‘PQRST’ :
a) P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri. Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang
dapat mempengaruhi peningkatan tahanan terhadap nyeri adalah
alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau gasukan, pengalihan
perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor
yang dapat menurunkan tahanan terhadap nyeri adalah kelelahan,
rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak kunjung hilang, sakit, dan
lain-lain.
b) Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat. Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka
potong kecil atau laserasi, dan lainlain. Sensasi tumpul, seperti ngilu,
linu, dan lain-lain. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia
ketahui ; nyeri kepala : ada yang membentur.
c) R (Region), daerah perjalanan nyeri.
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk
menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk
melokalisasi nyeri dengan baik dengan lebih spesifik, perawat
kemudian meminta klien untuk melacak daerah nyeri dari titik yang
paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan apabila nyeri bersifat difusi (nyeri
menyebar kesegala arah), meliputi beberapa tempat atau
melibatkan segmen terbesar tubuh.
d) S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan
atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah.
Namun makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari
waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
e) T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi
dan rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa
lama nyeri yang dirasakan? Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada
waktu yang sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali
kambuh?
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu,
rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
d. Pemeriksaan fisik
•Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
•Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
•Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum, keadekuatan
sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan
pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau
suara napas tambahan.

i. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit. SDKI (D.0074)

j. Intervensi keperawatan

No Hari/tanggal Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi (SIKI) Rasional


keperawatan (SLKI)
1. Senin, Gangguan Setelah dilakukan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
21/8/2023 rasa nyaman asuhan keperawatan SLKI (l.08238) SLKI (l.08238)
b.d gejala selama 2×24 jam Observasi Observasi
penyakit. maka status -identifikasi -untuk mengetahui
SDKI kenyamanan dapat lokasi, lokasi,
(D.0074) teratasi dengan karakteristik, karakteristik,
kriteria hasil: durasi, frekuensi, durasi, frekuensi,
a.Keluhan tidak kualitas, kualitas, intensitas
nyaman menurun (1) intensitas nyeri nyeri
b.Gelisah menurun (1) -identifikasi skala -untuk mengetahui
c.Lelah menurun (1) nyeri skala nyeri yang
d.Merintih menurun dirasakan pasien
(1) Terapeutik
e.Pola tidur -fasilitasi istirahat Terapeutik
meningkat (5) dan tidur -untuk
menenangkan dan
Edukasi membantu klien
-jelaskan strategi beristirahat
meredakan nyeri
Edukasi
-agar pasien dapat
melakukan strategi
meredakan nyeri
sehingga nyeri
yang dirasakan
dapat dikurangi

k. Implementasi keperawatan
Implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang dilaksanakan untuk
membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan
untuk membantu tindakan keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan yaitu cara
pendekatan pada pasien efektif. Teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk
setiap tindakan yang telah diberikan kepada pasien (Dongoes,2000).
l. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Keperawatan adalah tingkatan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan penatalaksanaannya sudah berhasil dicapai.Kemungkinan yang dapat
terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah teratasi sebagian. Masalah belum
teratasi atau timbul masalah baru. Evaluasi proses: evaluasi yang harus dilaksanakan
pada akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada
pada tujuan (Dongoes,2000).

m. Penggunaan referensi
Silbernagl/Lang, 2000, Pain in Color Atlas of Pathophysiology, Thieme New York. 320-
321
Purwata TE. Sadeli HA, Yudianta, Anwar Y, Amir D, Asnawi C, dkk Karakteristik nyeri
neuropatik di Indonesia: Survei klinis nasional berbasis rumah sakit.2015.Mengelola
nyeri secara efektif.Lancet.2011:25:377(9784):2151. Doi:10.1016/S0140-
6736(11)60942-2. PMID: 21704854.
Paulina Ś, Rafał F, Andrzej P, Mariola D, Penilaian nyeri: jenis, mekanisme dan
pengobatan. Sejarah pengobatan pertanian dan lingkungan: AAEM. 2013;0(1):2-7.
Woessner J. Tinjauan Nyeri: Klasifikasi dan Konsep. Nyeri Pengelolaan. 2006;1:35-37.
Epidemiologi dan faktor terkait dalam studi berbasis populasi. Jurnal Anestesi
Inggris, 2019;123 (2): doi:273-293.Doi:10.1016/j.bja.2019.03.023
Whitlock EL, Diaz-Ramirez LG, Glymour MM. Dkk. Hubungan Antara Nyeri Terus-
menerus dan Penurunan Memori dan Demensia pada Kelompok Lansia Longitudinal.
Magang JAMA-Kedokteran 2017; 17(8):114753.doi:10.1001/jamintermed.2017.1622
Saab CY. Perubahan terkait nyeri di otak: potensi diagnostik dan terapeutik. Tren Ilmu
Saraf, 2012;35(10):629 37 http://dx.doi.org/10.1016/j.tins.2012.06.002.

Anda mungkin juga menyukai