Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Definisi nyeri menurut International Association for the Study of Pain
(IASP) adalah pengalaman emosional serta sensori yang tidak menyenangkan dan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, atau
digambarkan sebagai suatu kerusakan1. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik
yang multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas
(ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien,
intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau
difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif
dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga
berkaitan dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom2. Ketika suatu
jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan-
bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamine, ion
kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan
respon nyeri3.

2.2. Faktor Risiko


Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain:4
a. Usia
Variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu.
Anak kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan prosedur
pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak kecil yang belum
dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan nyeri yang dialami, takut akan tindakan keperawatan
yang harus diterima. Pada pasien lansia, pengkajian nyeri harus lebih rinci.
Seringkali lansia memiliki sumber nyeri lebih dari satu. Terkadang
penyakit yang berbeda-beda yang diderita lansia menimbulkan gejala yang
sama, sebagai contoh nyeri dada tidak selalu mengindikasikan serangan

1
2

jantung, Nyeri dada dapat timbul karena gejala arthritis pada spinal dan
gangguan abdomen. Sebagai lansia terkadang pasrah terhadap hal yang
dirasakan, menganggap bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi
penuaan yang tidak bisa dihindari.5,6
b. Jenis kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan


dalam berespon terhadap nyeri. Akan tetapi dari penelitian
memperlihatkan hormon seks pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat
toleransi terhadap nyeri. Hormon seks testosteron menaikkan ambang
nyeri pada percobataan binatang, sedangkan estrogen meningkatkan
pengenalan/sensitivitas terhadap nyeri. Pada manusia lebih komplek,
dipengaruhi oleh personal, sosial, budaya dan lain-lain.6
c. Ansietas

Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan


nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak
memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri
juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stress praoperatif
menurunkan nyeri saat pasca operatif. Namun, ansietas yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap
nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi
pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum,
cara yang efektif untuk nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan
nyeri ketimbang ansietas.7
d. Riwayat nyeri

Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri


tanpa pernah sembuh atau menderita nyeri yang berat maka ansietas atau
bahkan rasa takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami
nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri
tersebut berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut
untuk menginterpretasikan sensasi nyeri. Akibatnya, klien akan lebih siap
3

untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk


menghindarkan nyeri.5
e. Efek plasebo

Plasebo dapat terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau


tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar-
benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan
efek positif. Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat
meningkatkan keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali
makin banyak petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan
intervensi, makin efektif intervensi tersebut nantinya. Individu yang
diberitahu bahwa suatu medikasi diperkirakan dapat meredakan nyeri
hampir pasti akan mengalami peredaan nyeri dibanding dengan pasien
yang diberitahu bahwa medikasi yang didapatnya tidak mempunyai efek
apapun. Hubungan pasien perawat yang positif dapat juga menjadi peran
yang penting dalam meningkatkan efek plasebo.7

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dibagi menjadi1,8:
a. Nyeri somatik superficial
Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membran
mukosa. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar, tajam dan terlokalisasi
di tempat yang jelas.
b. Nyeri somatik dalam
Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat
rangsangan pada otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat
c. Nyeri visceral
Nyeri karena perangsangan organ viseral atau membran yang menutupinya
(pleura parietalis, perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi lagi
menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi, nyeri alih
viseral dan nyeri alih parietal. Nyeri visceral hanya bisa ditimbulkan oleh
beberapa organ visceral, tidak berhubungan dengan cedera organ visceral,
4

bersifat difus dan tidak terlokalisasi, disertai dengan refleks otonomik dan
motoric yang berlebihan sehingga pasien Nampak sakit berat disertai
gejala mual, muntah, berkeringat serta perubahan tekanan darah dan nadi
Berdasarkan patofisiologi nyeri juga dapat diklasifikasikan menjadi9:
a. Nyeri nosiseptif
Nyeri nosiseptif terjadi akibat aktivasi nosiseptor saraf A-gamma dan C
yang berlangsung secara terus menerus oleh stimulus noxius. Stimulasi
nosiseptor baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mengakibatkan pengeluaran mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan
ujung saraf sensoris dan simpatik.
b. Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik disebabkan gangguan sinyal pada sistem saraf pusat atau
perifer yang biasanya disebabkan oleh trauma, inflamasi penyakit
metabolic, infeksi, tumor, toksin, atau penyakit neurologis primer. Sifat
nyeri neuropatik adalah terbakar atau panas, geli, tertusuk, seperti disengat
listrik, diremas, nyeri dalam, spasme.
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi8-9:
1) Nyeri akut
Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung sementara. Nyeri ini
ditandai dengan adanya aktivitas saraf otonom seperti: takikardi,
hipertensi, hiperhidrosis, pucat dan midriasisdan perubahan wajah:
menyeringai atau menangis. Nyeri akut saat timbul awal jejasnya
dirasakan sebagai nyeri dengan intensitas tinggi kemudian berangsur-
angsur menghilang bersamaan dengan sembuhnya jejas yang mendasari
dan nyeri akut bersifat nosiseptif. Bentuk nyeri akut dapat berupa1:
a. Nyeri somatik luar
b. Nyeri somatik dalam
c. Nyeri viseral
2) Nyeri kronik
Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda aktivitas otonom
kecuali serangan akut. Nyeri tersebut dapat berupa nyeri yang tetap
5

bertahan sesudah penyembuhan luka (penyakit/operasi) atau awalnya


berupa nyeri akut lalu menetap sampai melebihi 3 bulan.
Berdasakan derajat nyeri dikelompokan menjadi10:
a. Nyeri ringan adalah nyeri hilang timbul, terutama saat beraktivitas sehari
hari dan menjelang tidur.
b. Nyeri sedang nyeri terus menerus, aktivitas terganggu yang hanya hilang
bila penderita tidur.
c. Nyeri berat adalah nyeri terus menerus sepanjang hari, penderita tidak
dapat tidur dan dering terjaga akibat nyeri.

2.4 Patofisiologi
Patofisiologi nyeri secara umum berupa rangsangan nyeri diterima oleh
nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi maupun rendah seperti perennggangan
dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis K+
dan protein intraseluler. Peningkatan kadar K+ ekstraseluler akan menyebabkan
depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan akan
menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan/inflamasi.
Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan
histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan
tidak berbahaya dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu
lesi juga mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin
akan terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah
maka akan terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K+ ekstraseluler
dan H+ yang selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan
prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat
dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor terangsang maka mereka
melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitoningen terkait peptida (CGRP),
yang akan merangsang proses inflamasi dan juga menghasilkan vasodilatasi dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.Vasokonstriksi (oleh serotonin),
6

diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung jawab untuk serangan


migrain. Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri2.
Neuroregulator atau substansi yang berperan dalam transmisi stimulus saraf
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu neurotransmitter dan neuromodulator.
Neurotransmitter mengirimkan impuls-impuls elektrik melewati rongga sinaps
antara dua serabut saraf, dan dapat bersifat sebagai penghambat atau dapat pula
mengeksitasi. Sedangkan neuromodulator dipercaya bekerja secra tidak langsung
dengan meningkatkan atau menurunkan efek partokular neurotransmitter.
Beberapa neuroregulator yang berperan dalam penghantaran impuls nyeri antara
lain adalah2:
a. Neurotransmiter
a) Substansi P (Peptida)
Ditemukan pada neuron nyeri di kornudorsalis (peptide eksitator) berfungsi untuk
menstranmisi impuls nyeri dari perifer keotak dan dapat menyebabkan
vasodilatasi dan edema
b) Serotonin
Dilepaskan oleh batang otak dan kornudorsalis untuk menghambat transmisi
nyeri.
c) Prostaglandin
Dibangkitkan dari pemecahan pospolipid dimembran sel dipercaya dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap sel.
b. Neuromodulator
a) Endorfin (morfin endogen)
Merupakan substansi sejenis morfin yangdisuplai oleh tubuh. Diaktivasi oleh daya
stress dan nyeri. Terdapat pada otak, spinal,dan traktus gastrointestinal. Berfungsi
memberi efek analgesic
b) Bradikinin
Dilepaskan dari plasma dan pecah disekitar pembuluh darah pada daerah yang
mengalami cedera. Bekerja pada reseptor saraf perifer, menyebabkan peningkatan
stimulusnyeri. Bekerja pada sel, menyebabkan reaksi berantai sehingga terjadi
pelepasan prostaglandin.
7

Impuls sepanjang saraf aferen sinaps di sumsum tulang belakang dan lulus
melalui anterolateral saluran ke talamus dan dari sana, antara lain, korteks
somatosensori, yang Cingular gyrus, dan insularkorteks. Koneksi yang tepat
memproduksi berbagai komponen sensasi nyeri: sensorik (Misalnya,persepsi
lokalisasi dan intensitas), afektif (penyakit), motor (refleks pelindung, tonus otot,
mimikri), dan otonom (perubahan di tekanan darah, takikardia, dilatasi pupil,
berkeringat, mual). Sambungan di thalamus dan sumsum tulang belakang
dihambat oleh yang turun saluran dari otak tengah, korteksperiaqueductal abu-abu
materi, dan rafe inti, initraktat mempekerjakan norepinefrin, serotonin, dan
terutama endorphines. Lesi thalamus, misalnya, dapat menghasilkan rasa sakit
melalui tidak adanya hambatan ini (Sindrom talamus). Untuk mengatasi nyeri,
pengaktifan rasa sakit reseptor dapat dihambat misalnya, dengan pendinginan
daerah yang rusak dan oleh prostaglandin inhibitor sintesis. Transmisi nyeri dapat
dihambat dengan pendinginan dan bloker kanal Na +. Transmisi di thalamus
dapat dihambat oleh anestesi dan alkohol. Jika penyebab nyeri tidak dihilangkan,
konsekuensinya dapat mengancam jiwa2.
8

BAB III
PENUTUP

Nyeri merupakan tanda dari proses patologis yang terjadi dalam tubuh
manusia. Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan patofisiologi menjadi nyeri
nosiseptif, neuropatik, dan campuran. Berdasarkan klinisnya, terdapat 2 jenis
nyeri yaitu akut dan kronis. Berdasarkan tingkatannya, nyeri terbagi menjadi nyeri
ringan, sedang, dan berat. Penilaian nyeri dapat dilakukan dengan beberapa skala
yang umum dipakai seperti Numering Rating Scale, Visual Analog Scale, dan
instrumen lainnya. Manajemen nyeri terbagi menjadi farmakologi dan non-
farmakologi. Untuk terapi farmakologi, manajemen nyeri dapat menggunakan
panduan WHO three steps ladder sesuai intensitas nyeri ataupun dengan WFSA
Analgesic Ladder untuk nyeri akut. Sementara untuk terapi non-farmakologi
dilakukan dengan 4 modalitas yakni modalitas fisik, modalitas kognitif-behaviour,
modalitas invasif, dan modalitas psikoterapi.
9

DAFTAR PUSTAKA

1. 9. Rehatta NM, Hanindito E, Tantri AR, Redjeki IS, Soenarto RF, Bisri DY,
et al. Anestesiologi dan Terapi Intensif Edisi I. 1st ed. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama; 2019. 1114–1123 p.
2. 10. Bahrudin M. Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Med. 2017;13(1).
3. 11. Kozier, Barbara, dkk .Buku Ajar Keperawatan Klinis. (Edisi : 5).
Jakarta:EGC. 2006.
4. 12. Armstrong AD, Hassenbein SE, Hollenbeak CS. Risk Factors for
Increased Postoperative Pain and Recommended Orderset for Postoperative
Analgesic Usage. 2020;36(11). doi:10.1097/AJP.0000000000000876
5. 13. A, Potter P; G PA. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
Dan Praktik. 4th ed. EGC; 2006.
6. 14. W N. Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik. 3rd ed. EGC; 2008.
7. 15. Smeltzer B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.
8th ed. EGC; 2002.
8. 16. Wardani NP. Manajemen Nyeri Akut. Univ Udayana. 2014
9. 17. Suprapto, N., & Karyanti, M. R. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:
Media Aesculapius. 2014
10. 18. Mangku G, Senapathi TGA. Buku Ajar Ilmu Anatesia dan Reanimasi.
Jakarta: Indeks. 2017

11, Numeral Rating Scale


Visual Analogue Scale
11. 12, 4. McGill Pain Questionnaire (MPQ),
The Face Pain Scale 5
Gambar 6 WHO Three Steps Analgetic Ladder 15
Gambar 7. WFSA Step Ladder 8 17
Gambar 8. Arachidonic Acid Pathway.9 18

Gambar 9. Algoritme pemberian opioid.9

19 Gambar 10. Prosedur Spesifik Manajemen Nyeri pasca Operasi. 21


10

Gambar 11. Alur Manajemen Nyeri menurut Kemenkes RI Nomor


Hk.02.02/Menkes/251/2015 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Anestesiologi dan Terapi Intensif29 23

Anda mungkin juga menyukai