Anda di halaman 1dari 15

KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN NYERI DAN KENYAMANAN

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Nyeri adalah lebih dari satu sensasi yang disebabkan oleh stimulus
tertentu. Nyeri adalah suatu keadaan berupa ketidaknyamanan yang sangat
subjektif. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki besaran dan intensitas sensasi
nyeri yang berbeda dan merupakan satu-satunya orang yang dapat menjelaskan
atau menilai nyeri yang dialaminya.
Menurut beberapa ahli, nyeri diartikan sebagai berikut:
Arthur C Curton (1983), Nyeri adalah mekanisme pembangkitan tubuh yang
terjadi ketika jaringan rusak dan mendorong individu untuk bereaksi
menghilangkan rangsangan nyeri.
Mc. Coffery (1979), Nyeri didefinisikan sebagai suatu kondisi yang
mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut
mengalaminya.
Scrumum, Nyeri didefinisikan sebagai stimulus fisik atau ketidaknyamanan dari
serabut saraf tubuh ke otak, diikuti oleh respon fisik, fisiologis, dan emosional.
Wofl Weitzel Fuerst (1974), Nyeri merupakan emosi yang dapat menimbulkan
tekanan atau ketegangan fisik dan mental.
2. Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri bagaimana nyeri merambat dan di persepsikan oleh
individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri di
rasakan dan hingga dearajat mana nyeri tersebut mengganggu di pengaruhi oleh
interaksi antara sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi
stimulus. Bagaimana orang mendistribusikan dan merasakan rasa sakit belum
sepenuhnya dipahami. Respon yang merasakan sakit dan seberapa banyak rasa
sakit yang terganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem nosiseptif tubuh dan
transmisi dan interpretasi rangsangan oleh sistem saraf. Sistem saraf tepi terdiri
dari saraf sensorik primer yang merasakan kerusakan jaringan yang menghasilkan
sentuhan, panas, dingin, nyeri, dan tekanan. Reseptor yang mentransmisikan rasa

1
sakit disebut nosiseptor. Nosiseptor adalah ujung saraf perifer yang demielinasi
atau sedikit bermielin. Reseptor nyeri dapat dirangsang oleh rangsangan mekanik,
termal atau kimia. Proses fisiologis yang berhubungan dengan nyeri disebut
nosiseptif. Proses ini terdiri dari 4 langkah:
1. Transduksi selama fase ini, satu atau lebih rangsangan berbahaya (misalnya,
kimia, termal, listrik, atau mekanik) memicu pelepasan mediator biokimia
yang peka reseptor.
2. Transmisi tahap transmisi nyeri terdiri dari tiga bagian. Pada bagian pertama,
rasa sakit menyebar dari serabut saraf perifer ke sumsum tulang belakang.
Ada dua jenis serat nosiseptor yang terlibat dalam proses ini: serat C, yang
mengirimkan nyeri tumpul dan nyeri, dan serat A delta, yang mengirimkan
rasa sakit yang tajam dan 9 terlokalisir. Bagian kedua adalah transmisi nyeri
dari sumsum tulang belakang ke batang otak dan talamus melalui saluran
(spinothalamic tract (STT). STT adalah sistem identifikasi yang mengirimkan
informasi tentang jenis dan lokasi stimulus ke talamus. Pada bagian ketiga,
sinyal diteruskan ke korteks somatosensori, di mana rasa sakit dirasakan.
Impuls yang ditransmisikan melalui STT mengaktifkan respons otonom dan
limbik.
3. Persepsi Pada tahap ini, seseorang mulai memperhatikan rasa sakit. Persepsi
nyeri terjadi pada struktur korteks dan tampaknya memungkinkan munculnya
berbagai respon kognitif-perilaku untuk menurunkan komponen sensorik dan
emosional nyeri.
4. Modulasi Fase ini juga dikenal sebagai "sistem urutan menurun". Pada tahap
ini, neuron di batang otak mengirim sinyal kembali ke sumsum tulang
belakang. Serabut desendens ini melepaskan zat seperti opioid, serotonin, dan
norepinefrin yang menghalangi impuls asendens yang berbahaya di bagian
dorsal medula spinalis.

2
Gambar. Modulasi

3. Klasifikasi Nyeri
Secara umum,, nyeri dapat dibagi menjadi dua jenis: nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang muncul tiba-tiba dan menghilang dengan
cepat, dan ditandai dengan peningkatan ketegangan otot selama kurang dari 6
bulan. Nyeri kronis adalah nyeri dengan onset lambat yang biasanya berlangsung
lama dan berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri kronis ini termasuk nyeri stadium
akhir, sindrom nyeri kronis, dan nyeri mental dan fisik. Tergantung pada jenis
kejadiannya, nyeri dapat dibagi menjadi nyeri terbakar dan tertusuk.
Tabel 2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Kronis

Karakteristik Nyeri kronis Nyeri Akut


Pengalaman Satu situasi, satu Satu kejadian
eksistensi
Sumber Tidak diketahui atau Sebab eksternal atau

3
pengobatan yang terlalu penyakit dari dalam
lama
Serangan Bisa mendadak, Mendadak
berkembang dan
terselubung
Waktu Lebih dari 6 bulan Sampai 6 bulan
sampai bertahun-tahun
Pernytaan nyeri Daerah nyeri sulit Bagian nyeri tidak
dibedakan intensitasnya, diketahui dengan pasti
sehingga sulit dievaluasi
Gejala-gejala klinis Pola respon yang Pola respon yang khas
bervariasi dengan sedikit dengan gejala yang lebih
gejala (adaptasi) jelas
Pola Berlangsung terus, Terbatas
dengan bervariasi
Perjalanan Penderitaan meningkat Biasanya berkurang
setelah beberapa saat setelah beberapa saat

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri


1. Usia Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, terutama pada
anak-anak dan orang tua. Perkembangan antar usia merupakan faktor penting
yang mempengaruhi rasa sakit, terutama pada anak-anak dan orang tua.
Perkembangan kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak
dan orang tua merespon rasa sakit. Balita (bayi) mengalami kesulitan
mengekspresikan dan mengekspresikan rasa sakit. Orang tua menganggap
rasa sakit sebagai komponen alami dari proses penuaan dan dapat diabaikan
oleh tenaga profesional kesehatan atau tidak diobati.
2. Jenis kelamin Hubungan antara karakteristik gender dan jenis keterpaparan
dan tingkat kerentanan memainkan peran yang berbeda. Penyakit tertentu
sangat erat kaitannya dengan jenis kelamin dengan karakteristik tertentu.
Penyakit yang hanya ditemukan pada jenis kelamin tertentu, terutama yang

4
berkaitan erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik berkaitan
dengan perbedaan jenis kelamin. Dalam beberapa budaya dikatakan bahwa
anak laki-laki pemberani dan tidak boleh menangis sementara anak
perempuan diperbolehkan menangis dalam situasi yang sama. Toleransi nyeri
dipengaruhi oleh faktor biokimia dan bervariasi dari orang ke orang, tanpa 12
memandang jenis kelamin. Meski penelitian tersebut tidak menunjukkan
adanya perbedaan ekspresi nyeri antara pria dan wanita. Kita tahu bahwa ada
beberapa perawatan untuk wanita. Wanita lebih cenderung berbagi rasa sakit,
dan pria lebih cenderung menggunakan analgesik opioid untuk manajemen
nyeri.
3. Kebudayaan Budaya dan nilai budaya mempengaruhi bagaimana individu
menghadapi rasa sakit. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan
diterima oleh budayanya. Termasuk cara mengatasi rasa sakit. Budaya yang
berbeda memiliki makna dan sikap yang berbeda terkait dengan rasa sakit
(Haswita & Sulistyowati, 2017) Latar belakang etnis dan budaya merupakan
faktor yang mempengaruhi respon dan ekspresi nyeri. Misalnya, orang-orang
dalam satu budaya cenderung mengekspresikan rasa sakit, tetapi orang-orang
di budaya lain menyembunyikan keluhan mereka karena tidak ingin
mengganggu orang lain.
4. .Makna nyeri Persepsi nyeri berbeda-beda pada setiap orang. Apa arti rasa
sakit bagi seseorang mempengaruhi respons mereka terhadap rasa sakit. Jika
penyebab rasa sakit diketahui, orang tersebut mungkin dapat menafsirkan arti
rasa sakit dan bereaksi lebih baik terhadap pengalaman tersebut. Ketika
penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor psikologis negatif (seperti
ketakutan dan kecemasan) berperan dalam meningkatkan sensasi rasa sakit.
Jika pengalaman dimaknai negatif, maka rasa sakit yang dirasakan akan lebih
parah daripada rasa sakit yang dirasakan dalam situasi positif..
5. Perhatian Sejauh mana klien memperhatikan nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri.
6. Ansietas Hubungan antara rasa sakit dan ketakutan adalah kompleks.
Ketakutan sering meningkatkan persepsi rasa sakit, tetapi rasa sakit juga dapat

5
menyebabkan kecemasan. Pola rangsangan otonom sama untuk rasa sakit dan
ketakutan. Kecemasan yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat
mengalihkan perhatian pasien dan mengurangi persepsinya tentang nyeri.
Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan rasa sakit adalah
dengan memberikan obat penghilang rasa sakit sebagai pengganti kecemasan.
7. Pengalaman terdahulu Orang yang memiliki pengalaman nyeri persisten
kurang cemas dan lebih toleran terhadap rasa sakit daripada mereka yang
mengalami sedikit rasa sakit. Namun, bagi kebanyakan orang hal ini tidak
selalu terjadi. Dalam banyak kasus, semakin lama seseorang mengalami rasa
sakit, semakin seseorang menjadi lebih takut akan peristiwa menyakitkan
yang dihasilkan
8. Koping Mekanisme koping individu memiliki dampak yang signifikan pada
bagaimana setiap orang menghadapi rasa sakit. Ketika seseorang merasakan
sakit dan dirawat di rumah sakit, itu sangat tidak bisa ditoleransi. Klien terus-
menerus kehilangan kendali dan kehilangan kendali terhadap lingkungan yang
menyakitkan. Klien sering menemukan cara untuk mengatasi efek fisik dan
psikologis dari nyeri. Penting untuk memahami penyebab manajemen nyeri
individu
9. Dukungan keluarga dan sosial Faktor lain yang juga mempengaruhi respon
rasa sakit adalah kehadiran orang yang dicintai. Orang yang merasakan nyeri
sering kali mengandalkan keluarga mereka untuk mendapatkan dukungan,
atau perlindungan. Rasa sakit dapat diperburuk tanpa kerabat dan teman.
Kehadiran orang tua merupakan hal khusus yang penting bagi seorang anak
untuk menghadapi rasa sakitnya. Lingkungan yang tidak biasa, tingkat
kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas tingkat tinggi di area
tersebut dapat memperburuk rasa sakit. Selain itu, dukungan dari keluarga dan
orang yang dicintai merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi
persepsi individu tentang nyeri.
5. Skala Pengukuran Nyeri
Skala nyeri adalah gambaran seberapa besar nyeri yang dirasakan
seseorang. Pengukuran skala nyeri sangat subjektif dan individual, dan

6
kemungkinan dua orang akan mengalami nyeri pada skala yang sama sangat
berbeda. Ini mengukur rasa sakit menggunakan pendekatan objektif berdasarkan
respons fisiologis tubuh terhadap rasa sakit. Namun, pengukuran menggunakan
metode respons fisiologis juga tidak memberikan gambaran yang jelas tentang
rasa sakit yang dirasakan setiap orang (Syahriyani, 2010). Alat yang dapat
digunakan untuk mengukur derajat atau beratnya nyeri yang dialami oleh seorang
individu antara lain:

Skala deskriptif verbal

Skala deskriptif verbal atau Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah ukuran
keparahan yang lebih objektif. Skala deskripsi linguistik ini terdiri dari baris yang
terdiri dari satu kalimat deskriptif dari nyeri yang tidak nyeri hingga nyeri yang
sangat tidak terkendali.

Skala Numerik Numerical Rating Scale (NRS) merupakan salah satu alat
ukur nyeri yang digunakan sebagai pengganti pengukuran kata deskripsi alat
tersebut. Pasien menilai rasa sakit mereka pada skala 0 sampai 10. Skala 0 berarti
tidak nyeri, skala 1 sampai 3 berarti nyeri ringan, skala 4 sampai 6 berarti nyeri
sedang, dan skala 7 sampai 7 berarti berat 10. Digambarkan sebagai nyeri. Ukuran
ini efektif digunakan untuk mengevaluasi ukuran nyeri sebelum dan sesudah
perawatan. NRS sangat direkomendasikan untuk mengukur skala nyeri pasca
operasi pada pasien usia 7 tahun ke atas.

Skala numerik

7
Skala analog visual Skala analog visual atau Visual Analog Scale (VAS)
adalah pengukuran linier intensitas nyeri terus menerus dengan alat penjelas
verbal di kedua ujungnya. Pengukuran skala analog visual memberi pasien
kebebasan untuk mengidentifikasi tingkat nyeri yang mereka alami.

Skala analog visual

Skala Wajah Wong-Baker Timbangan wajah biasanya digunakan untuk


anak di bawah 7 tahun. Pengukuran skala wajah mengharuskan pasien untuk
memilih gambar wajah yang sesuai dengan persepsi nyeri mereka. Kemudian,
skor numerik diberikan untuk pilihan ini. Skala wajah WongBaker menggunakan
enam wajah kartun yang mewakili wajah tersenyum, sedih, dan menangis. Setiap
kartun wajah diberi skor dari 0 hingga 5.

Skala Wajah

8
6. Konsep Asuhan Keperawatan

Konsep Teori Keperawatan terkait salah satu gejala dari post op amputasi
yaitu nyeri akut. Nyeri adalah pengalaman sensorik/emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual/fungsional yang berlangsung kurang dari tiga
bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Sehingga nyeri adalah salah satu
masalah yang muncul di kategori gangguan rasa nyaman (nyeri). Terkait dengan
teori keperawatan yang membahas tentang kenyamanan ini sama hal yang
disebutkan dalam teori Catharina Kolchaba. Teori Catharina Colcaba menurut
Wirastri dalam buku (Risnah, 2021), teori kenyamanan merupakan teori mid-
range, karena memiliki 17 konsep dan proposisi yang terbatas, memiliki tingkat
abstraksi yang rendah, dan mudah diterapkan pada pelayanan. Teori ini
menekankan kenyamanan sebagai kebutuhan semua manusia. Kenyamanan yang
dimaksud dalam hal ini adalah kebutuhan dalam rentang sakit hingga sehat, dan
kenyamanan merupakan tanda tahap akhir tindakan terapeutik perawat terhadap
klien (Risnah, 2021).

1. Konsep Teori Comfort Kolcaba Secara umum Kolcaba menuliskan di


dalam teori comfort yang dikembangkan adanya holistic comfort yang
merupakan sebuah bentuk kanyamanan yang mencakup tiga tipe
kenyamanan yaitu : 2.2.1.1.1 Relief Kondisi ketika kenyamanan
spesifik yang dibutuhkan klien dapat terpenuhi.
1.2 Realife kondisi ketika klien merasa puas dan tenang
1.3 Transcendence Kondisi ketika klien berhasil melampaui
kebutuhan nyaman

Ada empat konteks dimana tiga tipe kenyamanan ini dapat tercapai yaitu :

1. Fisik (sensi tubuh, mekanisme homeostatik, dan fungsi kekebalan tubuh)


2. Psikospiritual (kesadaran diri, identitas seksual, dan makna hidup)
3. Sosiokultural (hubungan interpersonal, keluarga, tradisi keluarga, ritual, dan
praktik keagamaan)

9
4. Lingkungan (suhu, cahaya, suara, bau, warna, perabotan). Hubungan antara
tipe kenyamanan dan empat konteks digambarkan dalam sebuah struktur
taksonomi.
7. Konsep Metaparadigma
Berikut merupakan konsep sentral keperawatan menurut Kolcaba :
1. Perawat
Pengkaji kebutuhan kenyamanan, pendesain pengukurankenyamanan
untuk menangani kebutuhan klien, dan pengkaji ulang kenyamanan klien,
keluarga dan komunitas setelah implementasi dari hasil pengukuran
dilaksanakan untuk kemudian dibandingkan pada pengalaman
kenyamanan sebelumnya.
2. Klien
Bisa individu, keluarga atau komunitas yang membutuhkan pelayanan
kesehatan.
3. Lingkungan
Faktor luar yang dapat mempengaruhi (lingkungan fisisk rumah,
kebijakan dan institusi) yang mana bisa dimanipulasi untu mencapai
kenyamanan
4. Kesehatan
Fungsi yang maksimal dari klien/keluarga/ komunitas yang terfasilitasi
karena perhatian yang besar pada kebutuhan kenyamanan

8. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pemenuhan kebutuhan nyeri dan kenyamanan meliputi :
1. Keluhan utama Keluhan utama berupa adanya nyeri atau perasaan tidak
nyaman yang menyebabkan pasien mencari pertolongan.
2. Riwayat keperawatan sekarang
3. Pengkajian ini meliputi pernyataan klien yang menjelaskan penyebab
terjadinya keluhan yang dirasakan saat ini.
4. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita

10
5. Penyakit yang berkaitan dengan adanya nyeri meliputi riwayat operasi,
riwayat penyakit sistem kardivaskuler, musculoskeletal, pernafasan dan lain-
lain
Pemeriksaan fisik (data fokus) :
1. Lokasi Pengkajian lokasi nyeri terdiri 2 dimensi : yakni tingkat nyeri
dan posisi/lokasi nyeri. Tingkat nyeri dapat berupa dalam atau nyeri
superfisial. Nyeri superfisial dapat dengan mudah dan akurat
ditunjukkan oleh klien, sedangkan untuk nyeri visceral atau nyeri yang
lebih dalam biasanya dirasakan secara umum. Nyeri berdasarkan
lokasi dikategorikan menjadi :
a. Nyeri terlokalisir, lokasi nyeri ini dapat jelas terlihat pada area
asalnya
b. Nyeri terproyeksi, berupa yeri sepanjang syaraf atau serabut seraf
spesifik
c. Nyeri radiasi, penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak
dapat dilokalisasi.
d. Reffered Pain atau disebut juga nyeri alih, merupakan nyeri yang
dipresepsikan pada area yang jauh.
e. Intensitas Intensitas nyeri dibagi menjadi nyeri ringan, sedang, dan
berat. Perubahan dari intensitas nyeri kearah yang lebih berat 24
dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis pada
pasien.
f. Waktu dan lama nyeri Pencatatan waktu dan lama nyeri dapat
berupa catatan mengenai kapan nyeri mulai timbul, berapa lama,
bagaimana timbulnya, interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir
timbul
g. Kualitas
Kualitas nyeri dapat digambarkan menggunakan kalimat yang
mudah dipahami, misalnya menggambarkan kualitas nyeri
abdominal dengan kalimat “nyeri terasa seperti teriris pisau”.
h. Skala nyeri

11
FLACC Behavioral Pain Scale untuk umur 7 tahun 2.2.2.7
Status Nyeri.
P (Provocate) Beberapa faktor presipitasi yang akan
meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang
tibatiba, stressor fisik dan emosi.
Q (Quality) Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti ditusuk-
tusuk, dipukul-pukul dan lain-lain.
R (Region) Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi : 2
i. Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial.
Posisi atau lokasi nyeri Nyeri superficial: biasanya dapat
secara akurat ditunjukkan oleh klien, sedangkan nyeri yang 25
timbul dari bagian dalam (visceral) lebih dirasakan secara
umum.
S (scale) dengan alat pengukuran
T (Time) Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri
mulai timbul, berapa lama, bagaimana timbulnya, interval
tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.

Pemeriksaan Penunjang

a. CT Scan pada pasien cidera kepala untuk mengetahui adanya


pembuluh darah yang pecah di otak.
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang
abnormal
c. Pemeiksaan USG untuk data penunjang apabila terdapat nyeri
dibagian abdomen. 2.2.2.4 Pemeriksaan laboratorium sebagai data
penunjang pemeriksaan lainnya.

Diagnosis Keperawatan

Nyeri akut
a. Defenisi Pengelaman sensorik/emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual/fungsional, dengan onset

12
mendadak/lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung < 3 bulan.
b. Penyebab Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi,
iskemia, neoplasma), Agen pencedera kimiawi (misalnya
terbakar, bahan kimia iritan), Agen pencedera fisik (misalnya
abses, amputasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c. Gejala dan tanda mayor
 Subjektif Pasien mengeluh nyeri
 Objektif Tampak meringis, Bersikap protektif
(misalnya waspada, posisi menghindari nyeri),
Gelisah, Frekuensi, nadi meningkat, Sulit tidur.
d. Gejala dan Tanda Minor
 Subjektif (tidak tersedia)
 Objektif 28 Tekanan darah meningkat, Pola nafas
berubah, Nafsu makan berubah, Proses berpikir
terganggu, Menarik diri, Berfokus pada diri sendiri,
Diaforesis
9. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Tabel Luaran dan Kriteria Hasil

LUARAN KRITERIA HASIL


Tingkat Nyeri Menurun Pasien mampu menuntaskan
aktivitas
Keluhan nyeri menurun
Meringis menurun
Sikap protektif menurun
Kesulitan tidur menurun
Menarik diri menurun
Berfokus pada diri sendiri
menurun
Diaforesis menurun

13
Perasaan depresi (tertekan)
menurun
Perasaan takut menurun
Anoreksia menurun
Perineum terasa tertekan
menurun
Uterus teraba membulat
menurun
Ketegangan otot menurun
Pupil dilatasi menurun
Muntah menurun Mual
menurun Frekuensi nadi
normal
Pola nafas normal
Tekanan darah Normal
Proses berfikir membaik
Fokus membaik
Fungsi berkemih membaik
Perilaku membaik
Nafsu makan membaik
Pola tidur membaik

10. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)


Tabel Intervensi Keperawatan

Aromaterapi Pemberian obat intravena


Dukungan hypnosis diri Pemberian obat oral
Dukungan pengungkapan Pemberian obat oral
kebutuhan Pemberian obat topical
Edukasi efek samping obat Pengaturan posisi
Edukasi menejmen nyeri Perawatan amputasi
Edukasi proses penyakit Perawatan kenyamanan

14
Edukasi teknik napas Teknik distraksi
Kompres dingin Kompres hangat Teknik imajinasi terbimbing
Konsultasi Terapi akupresur
Latihan pernapasan Terapi akupuntur
Menejmen efek samping obat Terapi bantuan hewan
Menejmen kenyamanan Terapi humor
lingkungan Terapi Murottal
Menejmen medikasi Terapi music
Menejmen sedasi Terapi pemijatan
Menejmen terapi radiasi Terapi relaksasi
Pemantauan nyeri Terapi sentuhan Trancutaneos
Pemberian oba electrical nerve stimulation
(TENS) (SIKI, 2018)

15

Anda mungkin juga menyukai