LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI
DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
A. PENGERTIAN
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulus tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat
berupa stimulus yang bersifat fisik / mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan
aktual / pada fungsi ego seorang individu ( Mahon, 1994 ).
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz
Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
B. PATOFISIOLOGIS
Proses nyeri dimulai dari stimulasi hosiseptor oleh stimulus hoxIVS sampai terjadinya
pengalaman subjektif nyeri adalah suatu seri kejadian elektrolit dan kimia yang dibagi menjadi 4
fase, yaitu :
1. Transduksi
Stimulai Nasiseptor oleh stimulus Noxivs pada jaringan yang kemudian akan mengakibatkan
stimulasi nasiseptor dimana disini stimulus noxivs tersebut akan dirubah menjadi potensial
aksi, potensial aksi tersebut akan ditransmisikan menuju neuron susunan saraf pusat yang
berhubungan dengan nyeri.
2. Transmisi
Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer ke korno dossalis
medula spinalis. Pada kono dorssalis ini neuron eferen primer bersinap dengan neuron ssp.
Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik keatas di medula spinalis menuju batang otak
dan thalamus, selanjutnya ada hubungan timbal balik antara thalamus dan ssp yang lebih
tinggi di otak yang mengurusi respon persepsi dan afektif yang berhubungan dengan nyeri.
3. Modulasi
Sinyal yang mampu mempengaruhi proses nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yang
diketahui adalah pola kornu dorsalis medula spinalis.
2
4. Persepsi
Merupakan proses terakhir dimana pesan nyeri direlai menuju ke otak dengan menghasilkan
pengalaman nyeri yang tidak menyenangkan.
Skala Keterangan
1 Tidak nyeri
2 Nyeri sedang
3 Nyeri berat
4 Nyeri sangat berat
5 Nyeri hebat
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri Akut
Agitas
Ansietas
Mual dan muntah
Mengatupkan rahang atau mengepalkan tangan
Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas sebelumnya
Peka rangsang
Menggosok bagian yang nyeri
Mengorok
Postur tidak biasanya ( lutut ke abdomen )
Ketidakaktifan fisik atau imobilitas
Gangguan konsentrasi
Perubahan pada pola tidur
Rasa takut mengalami cedera ulang
Menarik bila disentuh
Mata terbuka lebar atau sangat tajam
Gambaran kurus
2. Nyeri Kronis
Gangguan hubungan sosial dan keluarga Berfokus pada diri sendiri
Peka rangsang Tegangan otot rangka
Ketidakaktifan fisik atau imobilitas Preokupasi somatic
4
Depresi Agitas
Menggosok bagian yang nyeri Keletihan
Ansietas Penurunan libido
Tampilan meringis Kegelisahan
Klasifikasi nyeri dibagi menjadi 2 yakni nyeri akut dan nyeri kronis.
1. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang yang tidak memiliki
atau melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot.
2. Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu
yang lama. Yang lebih dari 6 bulan, yang termasuk nyeri psikomatis. Dan ditinjau dari sifat
terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, diantaranya nyeri tersusun dan nyeri
terbakar.
5. Pertanyaan Daerah nyeri tidak di ketahui Daerah nyeri sulit dibedakan intensitasnya
nyeri secara pasti sehingga sulit di evaluasi (perubahan
perasaan)
6. Gejala klinis Pola respon yang khas Pola respon yang bervariasi dengan sedikit
dengan gejala yang lebih gejala (adaptasi) berlangsung terus menerus
terbatas
5
1. Nyeri menghantar adalah nyeri yang terasa pda bagian tubuh yang lain. Umumnya terjadi akibat
kerusakan pada bagian cidera organ.
2. Nyeri psikogenerit adalah nyeri yang tidak dapat diketahui secara fisik yang timbul akibat
psikologis.
3. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstrimitas diamputasi.
4. Nyeri neurologi adalah nyeri yang tajam karena adanya spasme di sepanjang atau di beberapa
jalur syaraf.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan :
a. Radiologi
b. Laboratorium
c. EEG
d. USG
e. ECG
f. Rontgen
G. PENATALAKSANAAN NYERI
1. Stimulasi dan masase kutaneus.
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung
dan bahu dengan cara memijatnya pelan pelan.
2. Terapi es dan panas.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan
sub kutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu areadan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Baik terapi es maupun terapi panas
harus digunakan dengan hati hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit
( Smeltzer dan Bare, 2002 )
6
3. Distraksi
Distraksi yaitu mengalihkan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi
strategi yang berhasil.
4. Teknik relaksasi.
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan
otot yang menunjang nyeri. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan
keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri (
Smeltzer dan Bare, 2002 )
Tahap relaksasi :
Duduk tenang dalam posisi nyaman
Tutup mata perlahan
Kendurkan otot otot tubuh
Tarik nafas perlahan dan teratur, ambil nafas melalui hidung dan keluarkan melalui mulut.
5. Imajinasi terbimbing.
Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk
mencapai efek positif tertentu.
6. Hipnosis
Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu.
H. FOKUS PENGKAJIAN
Nyeri merupakan kejadian yang bersifat individu sehingga dalam pengumpulan data, perawat
perlu secara seksama mendengar keluhan keluhan pasien secara verbal.
Nyeri dikaji menurut lokasi, intensitas, waktu, durasi dan kualitas serta perilaku non verbal
pasien.
1. Ciri ciri nyeri dan faktor faktor pencetus
Dalam mengkaji perawat perlu memastikan lokasi nyeri secara jelas meliputi dimana nyeri
itu dirasakan, misalnya nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah. Untuk dapat lebih
memperjelas dapat pula digunakan istilah istilah seperti proximal, distal, medial dan lateral.
Intensitas nyeri dinyatakan nyeri ringan, sedang, berat atau sangat nyeri. Waktu dan durasi
dinyatakan dengan sejak kapan nyeri dirasakan, berapa lama terasa, apakah nyeri berulang,
bila nyeri berulang maka dalam selang waktu berapa lama, dan kapan nyeri berakhir. Kualitas
nyeri dinyatakan sesuai dengan apa yang diutarakan pasien misalnya nyeri seperti dipukul
pukul, nyeri seperti diiris iris pisau, dll. Perilaku non verbal pada pasien yang mengalami
nyeri dapat diamati oleh perawat misalnya ekspresi wajah kesakitan, gigi mencengkeram,
memejamkan mata rapat rapat, menggigit bibir bawah, dll. Perawat perlu melaporkan faktor
7
pencetus nyeri, misalnya nyeri terasa setelah latihan / bekerja berat, nyeri timbul pada saat
hujan / udara dingin, dll.
2. Riwayat nyeri
Riwayat nyeri sebelumnya merupakan data yang penting untuk diketahui. Riwayat nyeri
harus meliputi lokasi, intensitas, durasi, dll. Perawat perlu mengetahui berapa lama pasien
telah menderita nyeri, bagaimana pengaruhnya terhadap aktifitas sehari hari, cepat, atau
lambat dan hal hal apa saja yang dapat mengurangi nyeri.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah nyeri yang sering ditemui dilingkungan klinis adalah pusing, low back
pain, nyeri pada kanker, nyeri dada ( chest pain ) dan nyeri pada kaki.
Penegak diagnosis keperawatan yang akurat untuk klien yang mengalami nyeri dilakukan
berdasarkan pengumpulan dan analisis data yang cermat.
Beberapa diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan nyeri adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
2. Nyeri kronis berhubungan dengan cidera fisik, control nyeri yang tidak adekuat.
J. PERENCANAAN
K. EVALUASI
Aspek penting dalam merawat klien yang mengalami nyeri adalah mengkaji kembali nyeri
setelah intervensi diterapkan. Setelah intervensi mengalami keberhasilan, klien diminta untuk
menilai intensitas nyerinya. Pengkajian ini diulangi pada interval yang sesuai setelah intervensi
dan dibandingkan dengan nilai sebelumnya. Hasil hasil yang diharapkan berikut ini digunakan
untuk mengkaji efektifitas tindakan pereda nyeri. Hasil yang diharapkan dalam memberikan
asuhan keperawatan adalah :
1. Perencanaan Pereda Nyeri.
a. Nilai nyeri pada intensitas yang lebih rendah ( pada skala 0 10 ) setelah intervensi.
b. Nilai nyeri pada intensitas yang lebih rendah untuk periode yang lebih panjang.
10
2. Klien atau keluarga memberikan medikasi analgesik yang diresepkan dengan benar.
a. Menyebutkan dosis obat yang benar.
b. Memberikan dosis obat yang benar dengan menggunakan prosedur yang benar.
c. Menidentifikasi efek samping obat.
d. Menjelaskan tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau mengoreksi efek samping.
3. Menggunakan strategi nyeri non farmakologi sesuai yang direkomendasikan.
a. Melaporkan praktik dari strategi non farmakologi.
b. Menggambarkan yang diharapkan dari strategi non farmakologi.
c. Melaporkan efek minimal nyeri dan efek samping minimal dari intervensi.
d. Berpartisipasi dalam aktivitas yang penting untuk penyembuhan ( misalnya minum, batuk,
ambulasi )
e. Berpartisipasi dalam aktifitas yang penting untuk diri sendiri dan keluarga.
f. Melaporkan tidur yang adekuat dan tidak ada keletihan.
g. Evaluasi berdasarkan SOAP.
11
DAFTAR PUSTAKA
Blak, J.M., et al. 1995. Luckman and Sorensens Medical Nursing : A Nursing Process
Approach. 4thed. Philadelphia : W.B. Saunders Company.
Ganong, William F. 2000. Buku Ajar Fisiologis Kedokteran, edisi 17. Jakarta : EGC.
Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologis Kedokteran. Edisi 15. Jakarta : EGC.
Long, Barbara C. 1998. Keperawatan Medical Bedah: suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Bandung : Yayasan IAPK Padjajaran.
Potter, Patricia A. 1996. Pengkajian Kesehatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
TH
SUDDARTH. 8 Ed. Jakarta : EGC.