Anda di halaman 1dari 25

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. t DENGAN GANGGUAN MOBILISASI
DI WISMA GROJOGAN SEWU BPSTW YOGYAKARTA UNIT ABIYOSO

Disusun oleh :
Slamet Hermawan
3216095

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI
YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN GANGGUAN MOBILITAS
DI WISMA GROJOGAN SEWU BPSTW YOGYAKARTA UNIT ABIYOSO

Disahkan Pada :

Hari/Tanggal :
Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) (Ina Trihar jan ti S.Kep, s) ( )


LANSIA DENGAN GANGGUAN MOBILISASI

A. Lansia
a. Definisi dan Batasan Lansia
- Gerontologi berasal dari bahasa Latin, yaitu geros berarti usia lanjut dan
logos berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari
proses menua dan masalah yang terjadi pada lanjut usia. Geriatri berasal dari
bahasa Latin, yaitu geros berarti lanjut usia dan eatriea berarti kesehatan atau
medis. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada
masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada usia lanjut
(Kushariyadi, 2010).
- Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari
proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap
indivindu. Lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia
merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang
terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat
dihindarkan (Ernawati, 2005).
- Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2010).
- Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), batasan lanjut usia meliputi :
1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun.
2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun.
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun.
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas.

b. Proses Terjadinya Menua


Proses terjadinya menua dijelaskan dalam beberapa teori penuaan (Maryam,
2008), antara lain:
1. Teori Biologi
1) Teori "Genetic Clock"
Menua terjadi akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

2) Teori Error
Menua akibat dari menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang
kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan
metabolisme yang dapat mengakibatkan kerukan sel dan fungsi sel secara
perlahan.
3) Teori Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
4) Teori Free Radical
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat regenerasi.
5) Teori Weardan Tear
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh rusak.
6) Teori kolagen
Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan
kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.
2. Teori Sosiologi
1) Teori Aktivitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial.
2) Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun
kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
- Kehilangan peran
- Hambatan kontrol sosial
- Berkurangnya komitmen
3) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia.Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok
dari teori kesinambungan adalah :
- Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan.
- Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
- Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi.
3. Teori Psikologis
1) Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia.Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda.Ketika kebutuhan dasar manusia
sudah terpenuhi, mereka berusaha menemukan pada tingkat selanjutnya
sampai urutan yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
2) Teori Individual Jung
Sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu
mulai dari masa kanak-kanak, masa muda dan masa dewasa muda, usia
pertengahan sampai lanjut usia. Kepribadian individu terdiri dari ego,
ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini
kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah subyektif.
Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert).Keseimbangan antara
kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang
paling penting bagi kesehatan mental.

c. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


1. Perubahan fisik
1) Sel
Jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra dan extra seluler.
2) Sistem Persarafan
Cepatnya menurunkan hubungan persarafan, lambat dalam merespon
waktu untuk berfikir, mengecilnya saraf panca indra, berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium dan
perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.

3) Sistem Penglihatan
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar,
kornea lebih berbentuk skeris, lensa keruh, meningkatnya ambang
pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang dan luas pandang, menurunnya daya membedakan warna biru
atau warna hijau pada skala.
4) Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat.
5) Sistem Respirasi
Otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan menurunnya
aktifitas silia.Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meningkat, nafas berat, kedalaman pernafasan menurun.
6) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi sehingga menyebkan gizi buruk, indera pengecap
menurun karena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap
sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa
manis dan asin.
7) Sistem genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %.Nilai ambang ginjal
terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya
menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika
urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia
urine. Pembesaran prostat, 75 % dialami oleh pria diatas 55 tahun. Pada
vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas
jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
8) Sistem Endokrin
Pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid
menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Produksi
sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.
9) Sistem Integumen
Pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kepala
dan rambut menipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan
hidung menebal, kuku menjadi keras dan rapuh.
10) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi kifosis, tinggi
badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi
lamban bergerak. otot kram dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan.
5) Lingkungan.
Kenangan (memori) ada 2 :
1) Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu.
2) Kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk.
Intelegentia Question :
1) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan Psikososial
1) Pensiun : nilai seorang diukur oleh produktifitasnya, identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan.
2) Merasakan atau sadar akan kematian.
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit. (Wahyudi, 2009).
d. Penyakit Yang Umum Terjadi Pada Lansia
1. Osteo Artritis (OA)
2. Osteoporosis
3. Hipertensi
4. Diabetes Mellitus
5. Dimensia
6. Penyakit jantung koroner
7. Kanker (Hutapea, 2010).
4)
e. Pathway
5)

6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
B. Masalah Kesehatan
a. Definisi Gangguan Mobilisasi
- Gangguan mobilisasi adalah suatu keadaan keterbatasan kemampuan
pergerakan fisik secara mandiri yang dialami oleh seseorang (Lynda, 2008).
- Imobilisasi adalah pengerahan yang memberikan ketidak bebasan dan
kemandirian bagi seseorang (Wahyudi, 2009).
- Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/organ tubuh) yang
bersifat fisik atau mental. Imobilisasi merupakan ketidakmampuan seseorang
untuk menggerakkan tubuhnya sendiri (Hutapea, 2010).
13)
b. Etiologi
14) Penyebab gangguan mobilisasi bermacam-macam. Pada kenyataannya,
terdapat banyak penyebab yang unik pada orang-orang yang di imobilisasi. Ada
beberapa faktor yang berhubungan dengan gangguan aktivitas pada lansia
(Bimoariotejo, 2009), yaitu:
15) 1. Tirah baring dan imobilitas.
16) 2. Kelemahan secara umum.
17) 3. Gaya hidup yang kurang gerak.
18) 4. Ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
19) Berbagai penyebab dari gangguan mobilisasi dapat dihubungkan dengan
lingkungan internal dan eksternal :
1. Faktor Internal
20) Faktor internal yang dapat menyebabkan gangguan mobilisasi adalah:
21) 1) Penurunan fungsi muskuloskeletal
22) - Otot : adanya atrofi, distrofi, atau cedera.
23) - Tulang : adanya infeksi, fraktur, tumor, osteoporosis, atau
osteomalaisa.
24) - Sendi : adanya artritis dan tumor.
25) 2) Perubahan fungsi neurologis
26) Misalnya adanya infeksi atau ensefalitis, tumor, trauma, obat-
obatan, penyakit vaskuler seperti stroke, penyakit demielinasi seperti
sklerosis multiple, penyakit degeneratif, terpajan produk racun, gangguan
metabolik atau gangguan nutrisi.
3) Nyeri
27) Nyeri dengan penyebab yang multiple dan bervariasi seperti
penyakit kronis dan trauma.
4) Defisit perceptual
5) Berkurangnya kemampuan kognitif
6) Jatuh
7) Perubahan fungsi sosial
8) Aspek psikologis
2. Faktor Eksternal
28) Banyak faktor eksternal yang mengubah mobilitas pada lansia. Faktor
tersebut adalah program terapeutik, karakteristik tempat tinggal dan staf,
sistem pemberian asuhan keperawatan, hambatan-hambatan, dan kebijakan-
kebijakan institusional.
1) Program terapeutik
29) Program penanganan medis memiliki pengaruh yang kuat
terhadap kualitas dan kuantitas pergerakan pasien. Misalnya pada program
pembatasan yang meliputi faktor-faktor mekanis dan farmakologis, tirah
baring, dan restrain.
30) Faktor-faktor mekanis dapat mencegah atau pergerakan
tubuh atau bagian tubuh dengan penggunaan peralatan eksternal (misalnya
gips dan traksi) atau alat-alat (misalnya yang dihubungkan dengan
pemberian cairan intravena, pengisapan gaster, kateter urine, dan
pemberian oksigen).Agens farmasetik seperti sedatif, analgesik,
transquilizer, dan anastesi yang digunakan untuk mengubah tingkat
kesadaran pasien dapat mengurangi pergerakan atau menghilangkannya
secara keseluruhan.
31) Tirah baring dapat dianjurkan atau merupakan akibat dari
penanganan penyakit cedera.Sebagai intervensi yang dianjurkan, istirahat
dapat menurunkan kebutuhan metabolik, kebutuhan oksigen, dan beban
kerja jantung.Selain itu, istirahat dapat memberikan kesempatan pada
sistem muskuloskeletal untuk relaksasi menghilangkan nyeri, mencegah
iritasi yang berlebihan dari jaringan yang cedera, dan meminimalkan efek
gravitasi. Tirah baring dapat juga merupakan akibat dari faktor-faktor
fisiologis atau psikologis lain.
32) Restrain fisik dan pengamanan tempat tidur biasanya
digunakan pada lansia yang diinstitusionalisasi. Alat-alat ini turut berperan
secara langsung terhadap imobilitas dengan membatasi pergerakan
ditempat tidur dan secara tidak langsung terhadap peningkatan resiko
cedera ketika seseorang berusaha untuk memperoleh kebebasan dan
mobilitasnya.
2) Karakteristik penghuni institusi
33) Tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok teman
sebaya klien dapat mempengaruhi pola mobilitas dan perilakunya.Dalam
suatu studi tentang status mobilitas pada penghuni panti jompo, mereka
yang dapat berjalan dianjurkan untuk menggunakan kursi roda karena
anggapan para staf untuk penghuni yang pasif.
3) Karakteristik staf
34) Karakteristik dari staf keperawatan yang mempengaruhi
pola mobilitas adalah pengetahuan, komitmen, dan jumlah.Pengetahuan
dan pemahaman tentang konsekuensi fisiologis dari imobilitas dan
tindakan-tindakan keperawatan untuk mencegah atau melawan pengaruh
imobilitas penting untuk mengimplementasikan perawatan untuk
memaksimalkan mobilitas.Jumlah anggota staf yang adekuat dengan suatu
komitmen untuk menolong lansia mempertahankan kemandiriannya harus
tersedia untuk mencegah komplikasi imobilitas.
4) Sistem pemberian asuhan keperawatan
35) Jenis sitem pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan dalam institusi dapat mempengaruhi status mobilitas
penghuninya.Alokasi praktik fungsional atau tugas telah menunjukkan
dapat meningkatkan ketergantungan dan komplikasi dari imobilitas.
5) Hambatan-hambatan
36) Hambatan fisik dan arsitektur dapat mengganggu
mobilitas. Hambatan fisik termasuk kurangnya alat bantu yang tersedia
untuk mobilitas, pengetahuan dalam menggunakan alat bantu mobilitas
tidak adekuat, lantai yang licin, dan tidak adekuatnya sandaran untuk kaki.
Sering kali, rancangan arsitektur rumah sakit atau panti jompo tidak
memfasilitasi atau memotivasi klien untuk aktif dan tetap dapat bergerak.
6) Kebijakan-kebijakan institusi
37) Faktor lingkungan lain yang penting untuk lansia adalah
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur institusi. Praktik pengaturan
yang formal dan informal mengendalikan keseimbangan antara perintah
institusional dan kebebasan individu.Semakin ketat kebijakan, semakin
besar efeknya pada mobilitas.
38)
c. Dampak Masalah Pada Lansia
39) Lansia sangat rentan terhadap konsekuensi fisiologis dan
psikologis dari imobilitas. Perubahan yang berhubungan dengan usia disertai
dengan penyakit kronis menjadi predisposisi bagi lansia untuk mengalami
komplikasi-komplikasi ini. Secara fisiologis, tubuh bereaksi terhadap imobilitas
dengan perubahan-perubahan yang hampir sama dengan proses penuaan, oleh
karena itu memperberat efek ini.
40) Suatu pemahaman tentang dampak imobilitas dapat diperoleh
dari interaksi kompetensi fisik, ancaman terhadap imobilitas, dan interpretasi
pada kejadian.Imobilitas dapat mempengaruhi tubuh yang telah terpengaruh
sebelumnya. Sebagai contoh, setelah masa dewasa awal terdapat penurunan
kekuatan yang jelas dan berlangsung terus secara tetap.
41) Oleh karena itu, kompetensi fisik seorang lansia mungkin berada
pada atau dekat tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas
tertentu.Perubahan lebih lanjut atau kehilangan dari imobilitas dapat membuat
seseorang menjadi tergantung (Pusva, 2009).
42)
d. Akibat Imobilisasi
43) Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut
(Pusva, 2009):
44) 1. Infeksi saluran kemih
45) 2. Sembelit
46) 3. Infeksi paru
47) 4. Gangguan aliran darah
48) 5. Luka tekan sendi kaku
e. Manifestasi Klinik
49) Adapun tanda dan gejala yang biasa muncul pada gangguan mobilisasi,
antara lain (Bimoariotejo, 2009) :
1. Lemah
2. Lesu
3. Kekakuan sendi
4. Atrofi otot
5. Nyeri
50)
f. Data Penunjang
51) 1. Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
52) 2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak
atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi
dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
53) 3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan
khusus, noninvasif, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan
computer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan
jalur jaringan lunak melalui tulang.
54) 4. Pemeriksaan Laboratorium:
55) Hb pada trauma, Ca pada imobilisasi lama, Alkali Fospat , kreatinin
dan SGOT pada kerusakan otot (Bimoariotejo, 2009).
56)
g. Terapi
1. Tatalaksana Umum
1) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga, dan
pramuwerdha.
2) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
3) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
4) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan
dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/
kondisi penyetara lainnya.
5) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi: obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentkan bila memungkinkan.
6) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
7) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik,
isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/keseimbangan, dan ambulasi
terbatas.
8) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu
berdiri dan ambulasi.
9) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet.
57)
2. Tatalaksana Khusus
1) Tatalaksana faktor risiko imobilisasi.
2) Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
3) Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter
spesialis yang kompeten.
4) Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasienpasien yang
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha untuk
mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang mengalami disabilitas
permanen (Wahyudi, 2009).
58)
59)
60)
61)
h. Penatalaksaaan
62) 1. Pencegahan primer
63) Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang
kehidupan dan episodik. Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang
kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung pada fungsi sistem
muskuloskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodik
pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat
timbul akibat imobilitas atau ketidakaktifan.
1) Hambatan terhadap latihan
64) Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam
latihan secara teratur. Bahaya-bahaya interpersonal termasuk isolasi sosial
yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah meninggal, perilaku
gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk)
depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan.
Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk
latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
2) Pengembangan program latihan
65) Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan,
dan mengalami peningkatan.Program tersebut disusun untuk memberikan
kesempatan pada klien untuk mengembangkan suatu kebiasaan yang
teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat
memberikan efek latihan.
66) Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama,
pengkajian tentang faktor-faktor pengganggu berikut ini akan membantu
untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan pengalaman :
- Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan
setelah aktivitas diberikan.
- Kecenderungan alami (predisposisi atau peningkatan kearah latihan
khusus).
- Kesulitan yang dirasakan.
- Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan.
- Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang
akan berhasil).
3) Keamanan
67) Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan
diterima oleh klien, instruksi tentang latihan yang aman harus dilakukan.
Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi atau latihan
yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.
68)
69) 2. Pencegahan Sekunder
70) Keberhasilan intervensi berasal dari suatu pengertian tentang berbagai
faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan
penuaan.Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan
pencegahan komplikasi.Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan
pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas fisik.
1) Kontraksi Otot Isometrik
71) Kontraksi otot isometrik meningkatkan tegangan otot tanpa
mengubah panjang otot yang menggerakkan sendi.Kontraksi-kontraksi ini
digunakan untuk mempertahankan kekuatan otot dan mobilitas dalam
keadaan berdiri (misalnya otot-otot kuadrisep, abdominal dan gluteal) dan
memberikan tekanan pada tulang bagi orang-orang dengan dan tanpa
penyakit kardiovaskuler. Kontraksi isometrik dilakukan dengan cara
bergantian mengencangkan dan merelaksasikan kelompok otot.
2) Kontraksi Otot Isotonik
72) Kontraksi otot yang berlawanan /isotonik berguna untuk
mempertahankan kekuatan otot-otot dan tulang.Kontraksi ini mengubah
panjang otot tanpa mengubah tegangan.Karena otot-otot memendek dan
memanjang, kerja dapat dicapai. Kontraksi isotonik dapat dicapai pada
saat berada di tempat tidur, dengan tungkai menggantung di sisi tempat
tidur, atau pada saat duduk di kursi dengan cara mendorong atau menarik
suatu objek yang tidak dapat bergerak. Ketika tangan atau kaki dilatih baik
otot-otot fleksor dan ekstensor harus dilibatkan.
3) Latihan Kekuatan
73) Aktivitas penguatan adalah latihan pertahanan yang
progresif.Kekuatan otot harus menghasilkan peningkatan setelah beberapa
waktu.Latihan angkat berat dengan meningkatkan pengulangan dan berat
adalah aktivitas pengondisian kekuatan. Latihan ini meningkatkan
kekuatan dan massa otot serta mencegah kehilangan densitas tulang dan
kandungan mineral total dalam tubuh.
4) Latihan Aerobik
74) Latihan aerobik adalah aktivitas yang menghasilkan
peningkatan denyut jantung 60 sampai 90% dari denyut jantung maksimal
dihitung dengan (220-usia seseorang) x 0,7.
75) Aktivitas aerobik yang dipilih harus menggunakan
kelompok otot besar dan harus kontinu, berirama, dan dapat
dinikmati.Contohnya termasuk berjalan, berenang, bersepeda, dan
berdansa.
5) Sikap
76) Variabel utama yang dapat mengganggu keberhasilan intervensi
pada individu yang mengalami imobilisasi adalah sikap perawat dan klien
tentang pentingnya latihan dan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari.Sikap
perawat tidak hanya memengaruhi komitmen untuk memasukkan latihan
sebagai komponen rutin sehari-hari yang berkelanjutan, tetapi juga
integrasi aktif dari latihan sebagai intervensi bagi lansia di berbagai
lingkungan, komunitas, rumah sakit, dan fasilitas jangka
panjang.Demikian pula halnya sikap klien dapat mempengaruhi kualitas
dan kuantitas latihan.
6) Latihan Rentang Gerak
77) Latihan rentang gerak aktif dan pasif memberikan keuntungan-
keuntungan yang berbeda.Latihan aktif membantu mempertahankan
fleksibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan
kognitif.Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu menggerakkan sendi seseorang
melalui rentang geraknya oleh orang lain, hanya membantu
mempertahankan fleksibilitas.
7) Mengatur Posisi
78) Mengatur posisi juga digunakan untuk meningkatkan tekanan
darah balik vena. Jika seseorang diposisikan dengan tungkai tergantung,
pengumpulan dan penurunan tekanan darah balik vena akan terjadi. Posisi
duduk di kursi secara normal dengan tungkai tergantung secara potensial
berbahaya untuk seseorang yang beresiko mengalami pengembangan
trombosis vena.Mengatur posisi tungkai dengan ketergantungan minimal
(misalnya meninggikan tungkai diatas dudukan kaki) mencegah
pengumpulan darah pada ekstremitas bawah.
3. Pencegahan tersier
79) Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli
fisioterapi, dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga
serta teman-teman (Wahyudi, 2009).
80)
C. Proses Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
81) Data 82) Problem 83) Etiologi
84) DS : lansia 87) Gangguan rasa 88) Agen injury
mengatakan nyeri pada nyaman nyeri (biologi,
sebagian/seluruh tubuh fisik, kimia,
dengan skala 1-10, psikologis)
durasi nyeri, dan
karakteristik nyeri.
85) DO :
- Laporan secara verbal atau
non verbal
- Posisi antalgic untuk
menghindari nyeri
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku berhati-hati
- Muka topeng
- Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
86)
89) DS : lansia 92) Ketidakseimban 93) Ketidakmam
mengatakan tidak gan nutrisi puan
nafsu makan, mual kurang dari pemasukan
atau muntah kebutuhan tubuh atau
90) DO : mencerna
- Berat badan 20 % makanan atau
atau lebih di bawah ideal mengabsorps
- Dilaporkan adanya i zat-zat gizi
intake makanan yang berhubungan
kurang dari RDA dengan faktor
(Recomended Daily biologis,
Allowance) psikologis
- Membran mukosa atau ekonomi
dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot
yang digunakan untuk
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut
- Mudah merasa
kenyang, sesaat setelah
mengunyah makanan
- Dilaporkan atau
fakta adanya kekurangan
makanan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan
atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap
makanan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi
91)
94) DS : lansia 98) Hambatan 99) Pengobatan,
mengatakan sulit mobilitas fisik terapi
untuk berjalan, harus pembatasan
menggunakan gerak, kurang
krek/alat bantu pengetahuan
95) tentang
96) DO : kegunaan
- Postur tubuh yang tidak pergerakan
stabil selama melakukan fisik, indeks
kegiatan rutin harian massa tubuh
- Keterbatasan kemampuan diatas 75
untuk melakukan tahun
keterampilan motorik percentil
kasar sesuai
- Keterbatasan kemampuan dengan usia,
untuk melakukan kerusakan
keterampilan motorik persepsi
halus sensori, tidak
- Tidak ada koordinasi atau nyaman,
pergerakan yang nyeri,
tersentak-sentak kerusakan
- Keterbatasan ROM muskuloskele
- Kesulitan berbalik (belok) tal dan
- Perubahan gaya berjalan neuromuskul
(Misal : penurunan er, intoleransi
kecepatan berjalan, aktivitas/pen
kesulitan memulai jalan, urunan
langkah sempit, kaki kekuatan dan
diseret, goyangan yang stamina,
berlebihan pada posisi penurunan
lateral) kekuatan
- Penurunan waktu reaksi otot, kontrol
- Bergerak menyebabkan dan atau
nafas menjadi pendek masa,
- Usaha yang kuat untuk keengganan
perubahan gerak untuk
(peningkatan perhatian memulai
untuk aktivitas lain, gerak
mengontrol perilaku, 100)
fokus dalam anggapan
ketidakmampuan
aktivitas)
- Pergerakan yang lambat
- Bergerak menyebabkan
tremor
97)
101)
102)
103)
104)
105) Prioritas Masalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan agen injury (biologi,
fisik, kimia, psikologis).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pengobatan, terapi
pembatasan gerak, kurang pengetahuan tentang kegunaan pergerakan fisik,
indeks massa tubuh diatas 75 tahun percentil sesuai dengan usia, kerusakan
persepsi sensori, tidak nyaman, nyeri, kerusakan muskuloskeletal dan
neuromuskuler, intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina,
penurunan kekuatan otot, kontrol dan atau masa, keengganan untuk memulai
gerak.

106)
b. Perencanaan
107) Dia 108) NOC 109) N 110)
gnosa IC Rasional
111) Gan 113) Setela 115) P 120)
gguan rasa h dilakukan ain
nyaman tindakan Manage
nyeri b.d selama ment - Untuk
agen injury xshift, pasien menentukan
(biologi, menunjukkan - Kaji nyeri tingkat
fisik, kimia, status nyeri secara keparahan
psikologis) berkurang, komprehensif nyeri
112) dengan termasuk 121)
kriteria lokasi,
hasil : karakteristik, 122)
- Mampu mengontrol durasi,
nyeri (tahu frekuensi, 123)
penyebab nyeri, kualitas dan
mampu faktor 124)
menggunakan presipitasi
tehnik - Observasi 125)
nonfarmakologi reaksi
untuk mengurangi nonverbal dari - Untuk
nyeri, mencari ketidaknyaman menentukan
bantuan) an intervensi
- Melaporkan bahwa - Ukur tanda- selanjtnya
nyeri berkurang tanda vital - Untuk
dengan 116) mengetahui
menggunakan - Gunakan pengalaman
manajemen nyeri teknik nyeri pasien
- Mampu mengenali komunikasi - Mengurangi
nyeri (skala, terapeutik rasa nyeri
intensitas, - Ajarkan 126)
frekuensi dan tentang teknik
tanda nyeri) non - Dapat
- Menyatakan rasa farmakologi mempengaru
nyaman setelah - Kontrol hi nyeri
nyeri berkurang lingkungan 127)
- Tanda vital dalam yang seperti
rentang normal suhu ruangan, 128)
114)
pencahayaan
dan kebisingan 129)
- Tingkatkan
istirahat - Mengurangi
- Kolaborasi rasa nyeri
dengan tim
kesehatan beri
analgetik
117)
118)
119)
130) Keti 132) Setela 134) N 136)
dakseimban h dilakukan utrition
gan nutrisi tindakan Manage - Menentukan
kurang dari selama ment nutrisi yang
kebutuhan xshift, pasien - Kaji adanya tepat
tubuh b.d menunjukkan alergi makanan - Menentukan
ketidakma status nutrisi - Monitor jumlah nutrisi yang
mpuan seimbang, nutrisi dan tepat
pemasukan dengan kandungan - Menambah
atau kriteria kalori zat besi
mencerna hasil : - Anjurkan pasien 137)
makanan - Adanya peningkatan untuk
atau berat badan sesuai meningkatkan 138)
mengabsor dengan tujuan intake Fe
psi zat-zat - Berat badan ideal - Anjurkan pasien 139)
gizi sesuai dengan untuk
berhubunga tinggi badan meningkatkan 140)
n dengan - Mampu protein dan
faktor mengidentifikasi vitamin C 141)
biologis, kebutuhan nutrisi - Berikan
- Tidak ada tanda 142)
psikologis substansi gula
tanda malnutrisi
atau - Ajarkan pasien
ekonomi. - Tidak terjadi bagaimana - Nutrisi
131) penurunan berat membuat tercukupi
badan yang berarti catatan 143)
133) makanan
harian. 144)
- Berikan
informasi 145)
tentang
kebutuhan 146)
nutrisi
- Kolaborasi 147)
dengan ahli
giz. - Untuk
135) menentukan
jumlah
kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien
148) Ha 150) Setela 152) Exercise 154)
mbatan h dilakukan therapy : 155)
mobilitas tindakan ambulation
fisik selama - Monitoring vital - Untuk
berhubunga xshift, pasien sign mengetahui
n dengan menunjukkan sebelum/sesuda perubahan
pengobatan status h latihan dan kesehatan
, terapi mobilitas lihat respon pasien
pembatasan fisik tidak pasien saat 156)
gerak, terhambat, latihan
kurang dengan - Kaji kemampuan 157)
pengetahua kriteria pasien dalam
n tentang hasil : mobilisasi 158)
kegunaan - Klien meningkat- Bantu klien
pergerakan dalam aktivitas untuk 159)
fisik, fisik menggunakan
indeks - Mengerti tujuan dari tongkat saat - Terhindar dari
massa peningkatan berjalan dan resiko jatuh
tubuh mobilitas cegah terhadap dan cedera
diatas 75 - Memverbalisasikan cedera 160)
tahun perasaan dalam- Ajarkan pasien
percentil meningkatkan atau tenaga 161)
sesuai kekuatan dan kesehatan lain
dengan kemampuan tentang teknik 162)
usia, berpindah ambulasi
kerusakan - Memperagakan - Latih pasien 163)
persepsi penggunaan alat dalam
sensori, Bantu untuk pemenuhan 164)
tidak mobilisasi kebutuhan
nyaman, (walker) ADLs secara 165)
nyeri, 151) mandiri sesuai
kerusakan kemampuan - Melatih
muskuloske - Dampingi dan mandiri
letal dan bantu pasien kemampuan
neuromusk saat mobilisasi pasien
uler, dan bantu
intoleransi penuhi
aktivitas/pe kebutuhan
nurunan ADLs ps.
kekuatan - Berikan alat
dan bantu jika klien
stamina, memerlukan.
penurunan 153)
kekuatan
otot,
kontrol dan
atau masa,
keengganan
untuk
memulai
gerak
149)
166)
167)
D. Sumber
168) Bimoariotejo. 2009. Keperawatan Usia Lanjut. Yogyakarta : EGC.
169)
170) Carpenito, Lynda Jual-Moyet. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 10.Jakarta : EGC.
171)
172) Ester M. 2010 .Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi NANDA
2009-2011.Jakarta : EGC.
173)
174) Hutapea, R. 2010. Sehat dan Ceria Diusia Senja.Jakarta : PT Rhineka
Cipta.
175)
176) Lynda, J. 2008. Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC.
177)
178) Maryam.2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika.
179)
180) North American Nursing Diagnosis Association., 2012. Nursing Diagnoses :
Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.
181)
182) Pusva. 2009. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.
183)
184) Wahyudi, N. 2009.Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.
185)

Anda mungkin juga menyukai