Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

INTOLERANSI AKTIVITAS PADA PASIEN GAGAL JANTUNG

KONGESTIF (CHF)

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESIONAL

Dosen Pembimbing: Ns. Ali Maulana, M.Kep

DISUSUN OLEH :

ATRASINA AZYYATI

NIM. I4051201012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2020
A. Definisi

Intoleransi aktivitas diartikan sebagai ketidakcukupan energi fisiologis atau

psikologis yang digunakan untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-

hari yang ingin dilakukan atau harus dilakukan (Wilkinson, 2016). Intoleransi

aktivitas juga didefinisikan ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-

hari. (PPNI, 2016).

Intoleransi aktivitas merupakan suatu keadaan di mana tubuh tidak memiliki

kecukupan energi untuk mempertahankan atau menyelesaikan kegiatan sehari-hari

(Herdman, 2018). Klien akan mengalami keterbatasan aktivitas fisik, merasakan

keluhan pada saat beraktivitas sehari-hari sehingga berpengaruh terhadap pemenuhan

Activity Daily Living (ADL) (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013).

B. Etiologi

Menurut PPNI (2016), penyebab terjadinya intoleransi aktivitas antara lain:

a. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

b. Tirah baring

c. Kelemahan

d. Imobilitas

e. Gaya hidup monoton

C. Patofisiologi

Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih menitikberatkan respon

tubuh yang tidak mampu untuk bergerak terlalu banyak karena tubuh tidak mampu

memproduksi energi yang cukup. Ketika bergerak, tubuh membutuhkan sejumlah

energi. Pembentukan energi dilakukan di sel, tepatnya di mitokondria melalui

beberapa proses tertantu. Untuk membentuk energi, tubuh memerlukan nutrisi dan

CO2. Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak sampai ke sel, tubuh
akhirnya tidak dapat memproduksi energi yang banyak. Jadi, apapun penyakit yang

membuat terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dapat mengakibatkan

respon tubuh berupa intoleransi aktivitas. Intoleransi aktivitas pada klien dengan CHF

disebabkan jantung tidak mampu untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrisi dan O2 karena kerusakan sifat

kontraktil dari jantung dan curah jantung kurang dari normal. Hal ini disebabkan

karena meningkatnya beban kerja otot jantung, sehingga bisa melemahkan kekuatan

kontraksi otot jantung dan produksi energi menjadi berkurang.

D. Pathway

Stress karena Penurunaan fungsi jantung


perubahan kondisi
tubuh

Penurunan suplai oksigen dan


nutrisi ke jaringan tubuh
Peningkatan
hormonal kortisol
dan adrenalin
Metabolisme menurun

Meningkatkan
kerja jantung dan
bernapas lebih ketidak seimbangan antar suplai dan
cepat kebutuhan oksigen

Kecukupan energi menurun

Intoleransi aktivitas
E. Manifestasi Klinis

Adapun tanda dan gejala dari intoleransi aktivitas menurut PPNI (2016) adalah:

a. Gejala dan tanda mayor

a) Subyektif

- Mengeluh lelah

b) Obyektif

- Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi istirahat

b. Gejala dan tanda minor

a) Subyektif

- Dispnea saat atau setelah aktivitas

- Merasa tidak nyaman setelah`beraktivitas

- Merasa lemah

b) Obyektif

- Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi istirahat

- Gambaran EKG menunjukkan arithmia saat/setelah aktivitas

- Gambaran EKG menunjukkan leukimia

- Sianosis

Menurut Potter & Perry (2013) dan Isnaeni & Puspitasari (2018), gejala yang

dialami pasien dengan intoleransi aktivitas antara lain:

a. Klien tidak mampu berbaring dengan posisi terlentang dan beristirahat dengan

posisi Fowler atau high Fowler

b. Tampak letih

c. Sesak beraktivitas berat

d. Gangguan frekuensi dan irama jantung (aritmia)

e. Perubahan pola EKG


f. Palpitasi

g. Distensi vena jugularis

h. Peningkatan frekuensi nadi, pernapasan, dan tekanan darah saat tahap awal

hipoksia

F. Pemeriksaan Diagnostik

Berikut adalah pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui

penyebab intoleransi aktivitas lebih rinci, yakni (Ummaroh, 2019):

a. Elektrokardiogram (EKG), untuk mengetahui adanya hipertrofi atrial atau

ventrikuler, penyimpangan aksis, serta iskemia.

b. CT-scan untuk memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan infark

c. MRI dapat menunjukkan daerah yang mengalami infark atau hemoragik.

d. Echocardiogram (ECG), untuk mengetahui adanya sinus takikardia, iskemia,

infark atau fibrilasi atrium, hipertrofi ventrikel, serta disfungsi katup jantung

e. Kateterisasi jantung

f. Radiografi dada dapat menunjukkan pembesaran jantung dengan melihat adanya

dilatasi atau hipertrofi bilik, atau adanya perubahan pembuluh darah atau

peningkatan tekanan pulmonal

g. Elektrolit, dengan melihat adanya perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal

h. Oksimetri nadi

i. Analisa Gas Darah (AGD)

j. Blood Ureum Nitrogen (BUN) dan Kreatinin

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam menangani intoleransi aktivitas

menurut Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner (2013) antara lain:


a. Terapi aktivitas

b. Peningkatan latihan

c. Perawatan jantung

d. Manajemen energi

e. Terapi oksigen

f. Terapi latihan ambulasi


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & wagner, C.M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). USA: Elsevier

Isnaeni, N., & Puspitasari, E. (2018, January 15). PEMBERIAN AKTIVITAS BERTAHAP
UNTUK MENGATASI MASALAH INTOLERANSI AKTIVITAS PADA PASIEN
CHF. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 2(1), 1-6.
https://doi.org/https://doi.org/10.33655/mak.v2i1.28

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., Hall, A.M. (2013). Fundamentals of nursing. 8th
ed.St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby

Ummaroh, Erlinda Nurul (2019) ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CVA (Cerebro


Vaskuler Accident) DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI VERBAL Di Ruang
Aster RSUD Dr. Harjono. Tugas Akhir (D3) thesis, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.

Wilkinson, J. M., 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai