1.1 Definisi
penularan secara inhalasi/ droplet (yaitu pada saat orang terinfeksi batuk, bersin,
berbicara, bernyanyi atau bernafas) serta di tandai oleh beberapa gejala pada saat fase
1.2 Etiologi
Mycobacteriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung, gram positif lemah yaitu
sulit untuk diwarnai tetapi sekali berhasil diwarnai sulit untuk dihapus walaupun
dengan zat asam, sehingga disebut sebagai kuman batang tahan asam. Hal ini
disebabkan oleh karena kuman bakterium memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri
dari lapisan lilin dan lemak (asam lemak mikolat). Selain itu bersifat pleimorfik, tidak
bergerak dan tidak membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-4 μm (Junaidi,
2010)
Pada tuberkulosis yang relaps dapat terjadi karena pertumbuhan kembali strain
yang dikenal sebagai relaps, atau reinfeksi melalui strain yang berbeda (Potter, 2010)
sputum, malaise, gejala flu, demam ringan, nyeri dada, batuk darah. Keluhan yang
sama sekali. Menurut Wijaya (2013) Tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan,
1. Batuk
Gejala batuk merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan dan timbul
paling dini, mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak dan bercampur
2. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, tampak berupa garis, bercak-
bercak darah, gumpalan darah atau darah segar. Batuk darah diakibatkan oleh
pecahnya pembuluh darah, berat 20 ringannya batuk darah tergantung dari besar
3. Sesak nafas
Diakibatkan adanya kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal yang
4. Nyeri dada
Nyeri dada pada Tuberkulosis termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala timbul
1. Demam
Gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore hari dan malam hari mirip
demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya
1.4 Klasifikasi
TB di rongga dada atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang
pasien TB paru.
b. Pasien yang pernah diobati TB adalah pasien yang sebelumnya sudah pernah
mengonsumsi OAT selama 1 bulan atau lebih (≥28 dosis). Kemudian pasien
Pada klasifikasi ini pasien dikelompokkan berdasarkan hasil uji kepekaan contoh
a. Mono resistan (TB MR) adalah resistan terhadap salah satu jenis OAT lini
pertama.
b. Poli resistan (TB PR) adalah resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
c. Multi drug resistan (TB MDR) adalah resisten terhadap isoniazid (H) dan
d. Extensive drug resistan (TB XDR) adalah TB MDR yang juga resisten terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan resistan minimal salah satu dari
OAT lini kedua jenis suntikan seperti kanamisin, kapreomisin, dan amikasin.
e. Resistan Rifampisin (TB RR) adalah resistan terhadap rifampisisn dengan atau
tanpa resistan terhadap OAT jenis lain yang terdeteksi menggunakan uji genotip
hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mengonsumsi Obat Antiretroviral
(ART) atau hasil tes hiv positif pada saat pasien tersebut didiagnosis TB.
b. Pasien TB dengan HIV negatif sebelumnya atau hasil tes HIV negatif pada saat
yang dilakukan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif, pasien
HIV positif.
c. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui adalah pasien TB tanpa ada bukti
pendukung dari hasil tes HIV yang telah dilakukan saat diagnosis TB ditetapkan
hasil tes HIV, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinya berdasarkan hasil
TB paru.
positif.
- Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
1) Kasus baru
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (empat minggu).
2) Kambuh (Relaps)
Penderita yang telah berobat dan putus berobat dua bulan atau lebih
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama penderita menjalani
pengobatan.
6) Kasus lainnya
Semua kasus TB lain yang tidak termasuk ketentuan diatas. Kelompok
ulang kategori 2.
1. Status Gizi
Status gizi yang kurang mengakibatkan daya tahan tubuh menurun sehingga
tubuh lebih peka terhadap infeksi. Kecukupan gizi dapat berpengaruh terhadap
ketahanan fisik seseorang untuk dapat tumbuh kembang secara sehat dan tidak
Penyakit seperti AIDS, diabetes millitus dan beberapa penyakit lainnya akan
(Sitepu, 2009).
dalam pengobatan dilihat dari pernah tidaknya penderita minum obat, meminum
waktu selama 6 atau 9 bulan (WHO, 2013). Selama pengobatan, terdapat 2 fase
pengobatan ; pertama yaitu pengobatan dengan menggunakan isoniazid, rifamipicin,
pyrazinamide dan etambutol selama dua bulan. Kedua ialah pengobatan hanya
menggunakan isoniazid dan rifampicin selama 4 bulan. Hal ini di dilakukan secara
kontinu diharapkan bakteri yang aktif dan dorman dapat musnah (Mc Lafferty, 2013)
Penggunaan dosis obat selain berdasarkan pada berat badan, juga didasarkan pada
lama pengobatan yang terbagi menjadi dua tahap. Tahapan pengobatan tuberculosis
Pengobatan diberikan setiap hari. Tahap ini dimaksudkan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada didalam tubuh pasien dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum
pasien mendapatan pengobatan. Pengobatan tahap awal, harus diberikan selama dua
bulan. Umumnya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya
Pada tahap ini penderita mendapatkan jenis obat yang sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lama yaitu empat bulan. Tahap lajutan penting untuk membunuh
Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu pasien dalam satu
adalah :
Kategori 1 : 2(HRZE)/ 4(HR) 3.
Etionamide, Sikloserin, Moksiflokasin dan PAS, serta OAT lini satu, yaitu
Paduan kategori ini di sediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap
(OAT-KDT). Tablet OAT dan KDT ini terdiri dari kombinasi dua atau empat
jenis obaat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.
3. Paket Kombipak
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid
dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan
Paduan Kategori ini di sediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap
(OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 3 jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
Pasien kambuh.
dibagi menjadi 2 tahapan yaitu 3 bulan tahap awal dan 5 bulan tahap lanjutan. Paduan
OAT Kategori 2 yang disediakan oleh program adalah dalam bentuk kombinasi dosis
Kaplet Etambutol
Lama Tablet Rifamp Tablet Tablet Tablet Strepto Jumlah
Tahap Pengo Isoniasid isin @ Pirazina @ 250 @ 400 misin hari/kali
Pengobatan batan 450 mid @
@ 300
mgr mgr mgr injeksi menelan
mgr 500 mgr obat
Tahap Awal 2
(dosis harian) bulan 0,75
1 1 3 3 - 56
1 gr
1 1 3 3 - - 28
bulan
Tahap Lanjutan
5
(dosis 3x 2 1 - 1 2 - 60
bulan
semggu)
Cara Penularan TB
1. Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3000 kuman dalam percikan dahak.
3. Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam dalam
4. Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar
5. TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan, seperti:
peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB.
4. Bayi dan anak-anak yang kontak erat dengan pasien TB BTA positif.
mulutnya dengan saputangan atau tisu atau lengan tangan pada waktu bersin dan batuk,
2. Tidak membuang dahak sembarang tempat, tetapi dibuang pada tempat khusus dan
tertutup. Misalnya: dengan menggunakan wadah atau kaleng bertutup yang sudah diberi
air sabun. Buanglah dahak ke lubang WC atau timbun ke dalam tanah di tempat yang jauh
dari keramaian.
Pengobatan TB harus lengkap dan teratur sesuai petunjuk sampai dinyatakan sembuh. Bila
3. Kuman menjadi kebal atau tidak mempan terhadap OAT lini pertama. Jika kuman TB tidak
mempan terhadap OAT lini pertama, maka pasien akan membutuhkan penanganan yang
sebagai berikut :
keyakinan yang kuat akan memiliki sikap yang tabah dan tidak pernah putus asa.
2. Dukungan Keluarga
Penderita akan bahagia dan tenang bila mendapat perhatian yang lebih dari
3. Dukungan sosial
Dukungan dalam bentuk emosional dari anggota keluarga lain adalah faktor
Dukungan ini dapat bermanfaat saat pasien menghadapi bahwa perilaku yang
sehat yang baru merupakan hal yang penting, petugas kesehatan dapat
menyampaikan keinginan mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara
A. Pengkajian
Subjektif: Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit
infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 –410C) hilang timbul.
2. Pola nutrisi
Objektif: Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
3. Respirasi
Objektif: Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru
dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik).
4. Rasa nyaman/nyeri
Obiektif: Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul
5. Integritas ego
Subjektif: Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
Objektif: Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
6. Pemeriksaan Diagnostik:
- Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-
72 jam).
- Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak
gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas
paru.
B. Diagnosa Keperawatan
3. Intoleransi aktifitas
C. Intervensi
Intervensi:
Intervensi:
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3. Intoleransi aktifitas
Intervensi:
3) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
Alsagaff, Hood dan Mukti, Abdul. (2012). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press.
Balitbang Kemenkes RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
Hariadi, Slamet, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK Unair – RSUD Dr. Soetomo.
Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit paru dan saluran napas. Jakarta : Buana Ilmu Populer.
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
Potter, Patricia. (2010). Buku Ajar Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktek. Edisi 4. Jakarta
: EGC.
Smeltzer, Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Agung Waluyo.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Soeparman. (2010). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan pada System
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.