DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
ANDRA KURNIA
I 1032131003
AGUNG ANGGARA
I 1032131002
BOB KRISTIAN
I 1032131011
CITRA BORNEO
I 1032131013
SAFRIZAL
I 1032131007
SULIYEM
I 1032131021
I 1032131020
MELATI HUTABARAT
I 1032131030
PIKA ROMANA
I 1032131033
SITI FATIMAH
I 1032131035
I 1032131037
AGUS MULYADI
Kasus 1
Tn. R Seorang karyawan disalah satu perusahaan terbesar di Kalimantan Barat, mengalami
musibah kebakaran dikantornya ketika jam kerja sedang berlangsung, letak kebakaran di
lantai 2 yang bertepatan dengan ruang kantor Tn. R pada saat kebakaran Tn. R mengalami
syncope dan segera dilarikan ke UGD RS Untan. Pada saat di UGD didapatkan bahwa
wajah klien terlihat merah, bagian alis dan bulu hidung sebagian hangus, nafas sesak, saat
auskultasi terdengar wheezing, takikardi, takipnea, pada saat dibuka jalan nafas terdapat
karbon dan adanya tanda-tanda inflamasi di orofaring. Terdapat luka bakar dibagian abdomen
dan tangan sebelah kiri. TD: 80/60 mmHg, N: 140 x/menit. Rencana pemeriksaan rontgen
thorax. Tentukan tindakan KGD prioritas yang dilakukan.
Step 1 (kata sulit)
1. Syncope : penurunan kesadaran (pingsan)
Step 2 (pertanyaan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1) Pemberian sedative-morfin 10 mg IM (dewasa) atau 1 mg /tahun usia IM (anakanak), diberikan dalam 24 48 jam pertama.
2) Bila luka bakar luas penderita dipuaskan; kecuali bila cairan parenteral tidak dapat
diberikan dalam 30 menit dan bising usus baik, dapat diberikan larutan garam
peroral saja.
3) Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari tubuh;
perhatikan kemungkinan edema larin. Bila perlu lakukan trakeotomi. Pada mata
diberikan salap mata antibiotic dan atropine sulfat 1% tetes mata untuk mencegah
infeksi.
4) Terapi cairan
Diberikan pada luka bakar derajat dua / lebih seluas >20 % pada anak- anak, atau
> 30% pada dewasa. Jumlahnya berdasarkan luka bakar (% luka bakar/ %Luka
Bakar) dan berat badan (BB) dengan rumus Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4
mL.
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
(Purwadianto, Agus, Budi Sampurna. 2013. Kedaruratan Medik: Disertai Contoh
Kasus Klinis: Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Tangerang: Binarupa Aksara.)
5. Pertolongan pertama dan transportasi
a. Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplai) dengan oksigen dengan
menutup tubuh penderita dengan selimut, handuk, sprai dan lain- lain
b. Perhatikan keadaan umum penderita
c. Pendinginan
a) Membuka pakaian penderita
b) Merendam dalam air (20-30oC) atau air mengalir selama 20 30 menit, untuk
daerah wajah cukup dikompres dengan air.
c) Bila disebabkan oleh zat kimia, selain air dapat digunakan NaCl fisiologi
( untuk zat korosif) atau gliserin (untuk fenol)
d) Pendinginan ini tidak berguna lagi untuk luka bakar lebih dari 1 jam
d. Mencegah infeksi
a) Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering dan tidak dapat melekat
pada luka
b) Penderita dikerudungin kain bersih
c) Luka jangan diberi zat yang tidak larut dengan air, seperti : mentega, minyak,
kecap.
(Purwadianto, Agus, Budi Sampurna. 2013. Kedaruratan Medik: Disertai Contoh
Kasus Klinis: Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Tangerang: Binarupa Aksara.)
Memindahkan pasien dari paparan gas CO dan memberikan terapi oksigen dengan
masker nonrebreathing adalah hal yang penting. Intubasi diperlukan pada pasien
dengan penurunan kesadaran dan untuk proteksi jalan nafas. Kecurigaan terhadap
peningkatan kadar HbCO diperlukan pada semua pasien korban kebakaran dan
inhalasi asap. Pemeriksaan dini darah dapat memberikan korelasi yang lebih akurat
antara kadar HbCO dan status klinis pasien. Walaupun begitu jangan tunda pemberian
oksigen untuk melakukan pemeriksaanpemeriksaan tersebut. Jika mungkin perkirakan
berapa lama pasien mengalami paparan gas CO. Keracunan CO tidak hanya menjadi
penyebab tersering kematian pasien sebelum sampai di rumah sakit, tetapi juga
menjadi penyebab utama dari kecacatan.
(Louise W Kao, Kristine A Nanagas. Carbon Monoxide Poisoning. EmergMedClin N
Arn22 (2004) 985-1018.
lvan Blumenthal. Carbon monoxide poisoning. J R Soc Med 2001;94:270-272.)
6. Pemeriksaan penunjang:
a. Pulse Oximetry
Digunakan untuk mengukur saturasi hemoglobin yang meningkat palsu akibat
ikatan CO terhadap hemoglobin, sehingga kadar karboksihemoglobin seringkali
diartikan sebagai oksihemaglon.
b. Analisa Gas Darah
Untuk mengukur kadar karboksihemoglobin, keseimbangan asam basa, dan kadar
sianida. Sianida dihasilkan dari kebakaran rumah tangga dan biasanya terjadi
peningkatan kadar laktat plasma.
c. Elektrolit
Untuk memonitor abnormalitas elektrolit sebagai hasil dari resusitasi cairan dalam
jumlah besar.
d. Darah Lengkap
Hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan biasanya terjadi sesaat setelah trauma.
Hematokrit
intravaskular.
yang
menurun
Anemia
berat
secara
progresif
biasanya
akibat
terjadi
pemulihan
akibat
volume
hipoksia
atau
Step 4
Tn. R
Korban kebakaran
Syncope / pingsan
Trauma inhalasi
C-A-B-C
Penatalaksanaan
selanjutnya
Penatalaksanaan di
tempat kejadian
Pemeriksaan penunjang