Anda di halaman 1dari 16

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

DIRUANG ISOLASI
RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE

OLEH:
KELOMPOK I

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
HEPATITIS

A. DEFINISI
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat atau alkohol (Price, 2012). Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus
disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau
oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J,
2009).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia
serta seluler yang khas. Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah
hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa
(jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik
yang sama (Smeltzer Suzanne C 2010).

B. ETIOLOGI
Penyebab hepatitis menurut Wening Sari (2008) meliputi:
1. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan
hepatitis akut.
2. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
3. Infeksi virus.
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang memiliki
ukuran 42 nm, Ditularkan melalui darah atau produk darah, saliva, semen, sekresi
vagina. Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada
bayi selama proses persalinan, Masa inkubasi 40 – 180 hari dengan rata- rata 75
hari, Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi,
perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis, para
pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra
seksual baik heteroseksual maupun pria homoseksual.
C. KLASIFIKASI
Menurut Wening (2008) Klasifikisi hepatitis adalah :
1. Hepatitis A
Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai
tunggal dan disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi
pada usia anak-anak & dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan,
penularan melalui air, parenteral (jarang), seksual (mungkin) dan penularan
melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari pada usia anak-anak dan
dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat seperti rumah
sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah
endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.
Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi
didalam feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi
IgM anti-HAV meningkat tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis
secara tepat adanya suatu inveksi HAV. Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV
menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga menunjukkan bahwa penderita
pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki imunitas sedangkan
keadaan karier tidak pernah ditemukan.
Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala.
Ketika gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan
anoreksia yang terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat
kegagalan sel hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang
abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa nyeri epigastium,mual,
nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase ikterus.
2. Hepatitis B
Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung
ganda yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-
oral) terutama melalui darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan
perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko
penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual multipel, pengguna obat
melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan, tranfusi
darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi
bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan,
dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah.
Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna
gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga panjangnya
mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior juga
membesar.
Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg,
HbsAg, HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap
berada dalam serum selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan
penularan virus tersebut.
3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA
untai tunggal yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui
darah hubungan seksual dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-
rata 50 hari. Resiko penularannya pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis,
pekerja layanan keehatan, hubungan seksual, resipien infeksi sebelum Juli 1992,
resipien faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi.
HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm.
Pemeriksaan imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak
menghasilkan negatif-palsu sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan
suplemental (recombinant assay, RIBA).
4. Hepatitis D
Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus
RNA untai tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah
tapi sebagian melalui hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60
hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan
pada pengguna obat IV, penderita hemovilia dan resipien konsentrat faktor
pembekuan.
Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan
antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis
B yang beresiko terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg
pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D
serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih cenderung untuk menderita hepatitis
fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta sirosis hati.
5. Hepatitis E
Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen
virus RNA untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air,
bisa terjadi pada dewasa muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari,
rata-rata 40 hari. Resiko penularannya pada air minum terkontaminasi dan
wisatawan pada daerah endemis.
HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih
32-34 nm dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B,
pemeriksaan serologis untuk HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang
dikodekan khusus.
6. Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau
preparat lain yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia,
mual dan muntah. Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan
secara dini atau kontak dengan penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan pada
tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, penggantian darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan pendukung.
7. Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat
Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan
denagn cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang
dipakai untuk mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,,
psikotropik, antikonvulsan dan antituberkulosis.

D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahanbahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal (Baradero, 2008).
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati, selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi
dan eksresi bilirubin (Smeltzer dan Bare, 2010).
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan
terbawa sampai ke hati. Di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan
dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan
SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasi
bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan
ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu
makan (anoreksia). Salah satu fungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika
toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka
hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar
sebagai penetral racun (Syaifuddin, 2006).
Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat
menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga
merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan alkohol
yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi
pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba atau palpasi hati. Nyeri
tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak (Syaifuddin, 2006).
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati. pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka
bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan
kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal
pada ikterus (Smeltzer dan Bare, 2010).

E. PATWAY

F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis hepatitis menurut Price (2012) terdiri dari 3 tahapan
meliputi:
1. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu
badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
2. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat
pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.
Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai
dirasakan selama 1-2 minggu.
3. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,
namun lemas dan lekas capai.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi hepatitis menurut Smeltzer (2010) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2006) adalah:
1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyakpasien akan
merasakan lebih baik dengan pembatas aktifitas fisik, kecuali diberikan pada
mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk.
2. Obat-obatan
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati. Contoh obat : Asam
glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih
dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air
bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien
yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring
terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan atau gangguan hati
(Doengoes, 2010).
1. Aktifitas
Kelemahan, kelelahan, dan malaise.
2. Sirkulasi
Bradikardi, ikterik pada sclera kulit, dan membran mukosa.
3. Eliminasi
urine gelap dan diare feses warna tanah liat.
4. Makanan dan cairan
Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan oedem dan
asietas.
5. Neurosensori
Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.
6. Nyeri atau kenyamanan
Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, sakit kepala dan gatal.
7. Keamanan
Demam, urtikaria, eritema, splenomegali dan pembesaran nodul servikal
posterior.
8. Seksualitas
Pola hidup atau perilaku meningkat resiko terpajan.
9. Pemeriksaan dianostik pada pasien hepatitis yang perlu dikaji menurut
Doengoes (2010):
a. Test fungsi hati: Abnormal (4-10 kali normal) untuk membedakan
hepatitis virus dari non virus.
b. SGOT/SGPT: Awalnya meningkat (dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
c. Darah lengkap: Sel darah merah (SDM) menurun karena penurunan
masa hidup SDM (gangguan fungsi hati).
d. Difersnsual darah lengkap: Ekositosis, monositosis dan sel plasma.
e. Alkali fostatase: Agak meningkat.
f. Feses: Warna tanah liat, dan diare feses warna tanah liat.
g. Gula darah: Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
h. Anti-HAV IgM: Positif pada tipe A.
i. HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A).
Catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.
j. Masa protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati).
k. Bilirubin serum: Di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml)
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler).
l. Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
m. Biopsi hati: Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
n. Scan hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
o. Urinalisa: Peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.
b. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis
menurut (Doengoes, 2010):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis.
4. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus.
c. Intervensi dan Rasional
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
- Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi.
- Kriteria hasil: kebutuhan nutrisi adekuat, tidak ada tanda malnutrisi,
mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau
dibutuhkan.
- Intervensi
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling sering.
Rasional : pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal
dan menurunkan kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan.
Rasional : akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru
dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak.
Rasional : glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan
energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga
akan membebani hepar.
b. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
- Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol.
- Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keerawatan nyeri berkurang,
skala nyeri menurun. Tekanan darah :TTV dalam rentang normal
- Intervensi
1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri.
Rasional : nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak
nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui
pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan
nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2. Memonitoring perkembangan nyeri.
Rasional :mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan.
3. Memonitoring tanda – tanda vital darah dan nadi.
Rasional : untuk mengetahui keadaan pasien.
4. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam.
Rasional : mengurangi rasa nyeri untuk pasien.
5. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan.
Rasional : menigkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan
perhatian pada sesuatu disamping diri atau ketidak nyamanan.
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai advis dokter
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.
c. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis.
- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan keletihan menghilang
- Kriteria : Klien mengatakan tidak letih, klien meningkat dalam aktivitas
mandiri
- Intervensi
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu.
Rasional : dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan
klien cenderung lebih tenang.
2. Sarankan klien untuk tirah baring.
Rasional : tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan
sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
3. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,
kemampuan-kemampuan dan minat-minat.
Rasional : memungkinkan klien dapat memprioritaskan
kegiatankegiatan yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran
energi untuk kegiatan yang kurang penting.
4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan.
Rasional : keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi
kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan.
5. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi).
Rasional : untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis.
d. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu badan turun
- Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu.
- Intervensi :
1. Monitor tanda vital : suhu badan
Rasional : sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi.
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
Rasional : dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang
memicu timbulnya dehidrasi.
3. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahan linen tempat tidur sesuai
indikasi.
Rasional : suhu ruangan harus diubah untuk mempertahan kan sushu
mendekati normal
4. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur.
Rasional : menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan.
5. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
Rasional : kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.
6. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik.
Rasional : gunakan untuk mengurangi demam atau panas
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan
kulit
- Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
- Intervensi :
1. Kaji kemampuan klien dalam beraktifitas.
Rasional : untuk mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
beraktifitas.
2. Batasi klien dalam beraktifitas.
Rasional : Agar pasien tidak cepat lelah.
3. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering , Sering
mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin), Keringkan kulit, jaringan digosok.
Rasional : kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan
merangsang ujung syaraf.
4. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu
ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal.
Rasional : penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan
meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.
5. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk.
Rasional : penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan
lebih banyak pruritus.
6. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin.
Rasional : pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan.
f. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.
- Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi
- Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
- Intervensi :
1. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat
untuk menangani semua cairan tubuh.
Rasional : pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi
virus hepatitis.
2. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan
yang terkontaminasi.
Rasional : teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak
dengan materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit.
3. Dorong dan pertahankan masukan TKTP.
Rasional : kurangi kerentanan individu terhadap infeksi.
4. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,
keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
Rasional : mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak
rantai transmisi infeksi.
5. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat.
Rasional : rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber
pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi.
6. Beri therapy antibiotik sesuai program dokter.
Rasional : mencegah segera terhadap infeksi.
Daftar Pustaka

Baradero Mary, Mary Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Hati. Jakarta: EGC.

Corwin Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media

Doenges, M E dkk. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.

Smeltzer SC., Bare BG. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Syaifuddin, (2006), Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Editor


Monica Ester, Jakarta : EGC

Price SA, Wilson LM. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi ke-6.
Jakarta: EGC.

Wening Sari, L. I. (2008). Care Yourself Hepatitis. Jakarta: Penebar Plus.

Anda mungkin juga menyukai