Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INTOLERASI AKTIVITAS

Oleh
Mahendra Putra Wicaksana
P27220019217

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


PROFESI NERS
2019
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar
1. Pengertian
Suatu keadan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau
psikologis pada seseorang untuk bertahan atau menyelesaikan
aktivitas sehari-hari yang dibutuhkan atau diinginkan (Mubarak et al.,
2015).
2. Etiologi
(Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia 2017)
a. Tirah baring dan mobilitas.
b. Kelemahan secara umum.
c. Ketidak seimbangan antar suplai dan kebutuhan oksigen.
d. Berhubungan dengan gangguan sistem transpor oksigen :
1) Penyakit jantung kongenital PPOK
2) Kardiomiopati Atelektasis
3) Gagal jantung kongestif
4) Angina (Sirkulasi)
5) Infark miokard
6) Arteriosklerosis
7) Disritmia Hipovolemia
e. Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme :
1) Infeksi virus Operasi
2) Hepatitis Pemeriksaan diagnostic
3) Ginjal
4) Hepar
f. Berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi :
1) Obesitas
2) Malnutrisi
3) Ketidakadekuatan diet
g. Berhubungan dengan ketidakaktifan :
1) Depresi
2) Kurang motivasi
3) Gaya hidup monoton
3. Faktor Predeposisi
a. Penyakit kronik
b. Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia atau iskemia
c. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
d. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
e. Obat-obatan
4. Patofisiologi
Intoleransi aktivitas merupakan suatu diagnosa yang lebih
menitikberatkan respon tubuh yang tidak mampu untuk bergerak
terlalu banyak karena tubuh tidak mampu memproduksi energi yang
cukup. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, untuk bergerak, kita
membutuhkan sejumlah energi. Pembentukan energi dilakukan di sel,
tepatnya di mitokondria melalui beberapa proses tertantu. Untuk
membentuk energi, tubuh memerlukan nutrisi dan CO2.
Pada kondisi tertentu, dimana suplai nutrisi dan O2 tidak
sampai ke sel, tubuh akhirnya tidak dapat memproduksi energi yang
banyak. Jadi, apapun penyakit yang membuat
terhambatnya/terputusnya suplai nutrisi dan O2 ke sel, dapat
mengakibatkan respon tubuh berupa intoleransi aktifitas.
Intoleransi aktivitas pada klien dengan SNH (Stroke Non
Hemoragik) disebabkan adanya sumbatan pada aliran darah di otak
sehingga aliran darah ke otak terhambat dan menyebabkan jantung
tidak mampu untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen karena kerusakan
sifat kontraktil dari jantung dan curah jantung kurang dari normal. Hal
ini disebabkan karena meningkatnya beban kerja otot jantung,
sehingga bisa melemahkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
produksi energi menjadi berkurang (Hidayat, A. Aziz, A. & Musrifatul
U., 2016):

5. Pathway

Gangguan jantung Kebutuhan Energi


Tidak Tercukupi

Penurunan Dalam Kapasitas


Fisiologi Fisiologi

Defisit Perawatan
Kelemahan Umum
Diri

ketidak seimbangan antar suplai dan


kebutuhan oksigen

Tirah Baring
Intoleransi Aktivitas
( Price, sylvia Anderson 2009)

6. Manifestasi klinis
Menurut (Perry & Potter, 2006) manifestasi klinis pada
intoleransio aktivitas yaitu ridak mampu bergerak secara mandiri atau
perlu bantuan alat atau orang lain, memiliki hambatan dalam berdiri
dan memiliki hambatan dalam berjalan
a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Mengeluh sulit menggerakkan ekstemitas
Objektif : Kekuatan otot menurun, rentang gerakan (ROM)
menurun
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif : Nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan,
merasa cemas saat bergerak
Objektif : Sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan
terbatas, fisik lemah
7. Penatalaksanaan (Hidayat, A. Aziz, A. & Musrifatul U., 2016):
a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan aktivitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibelitas sendi. Posisi-posisi tersebut yaitu:
1) Memiringkan pasien
2) Posisi fowler
3) Posisi sims
4) Posisi Trendelenburg
5) Posisi genupectoral
6) Posisi dorsal recumbent
7) Posisi litotomi
b. Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini, baik ROM pasif maupun aktif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekuatan pada sendi dan kelemahan
otot.

c. Penilaian dengan tabel pola aktivitas dan latihan (Hidayat, 2014)


Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Eliminasi (BAK &BAB
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Keterangan :
0 : Mandiri
1: Alat Bantu
2: dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung total
8. Tanda dan Gejala
Menurut Asmadi tahun 2008 :
a. Konjungtiva pucat [hemoglobin (Hb) 6-10 g/dL]
b. Telapak tangan tangan pucat (Hb dibawah 8 g/dL)
c. Iritabilitas dan anoreksia (Hb 5g/dL atau lebih)
d. Takikardi, murmur sistolik.
e. Letargi, kebutuhan tidur meningkat
9. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan
aksis, iskemia dan kerusakan pola.
b. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi
atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
c. Rontgen dada; menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam
pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulnonal.
d. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau
penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
10. Pengkajian
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan kleien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, tidak dapat berkomunikasi,dan penurunan tingkat kesadaran.
2. Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang
sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan anti kougulan, aspirin,
vasodilatator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi
terdahulu.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat,
interaksi meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa
cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak
harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam
melakukan ibadah sehari-hari
3. Aktivitas sehari-hari.
a. Nutrisi
Klien makan sehari-hari apakah sering makan makanan yang
mengandung lemak, makanan apa yang ssering dikonsumsi oleh
pasien, misalnya: masakan yang mengandung garam, santan, goreng-
gorengan, suka makan hati, limpa, usus, bagaimana nafsu makan
klien.
b. Minum
Apakah ada ketergantungan mengkonsumsi obat, narkoba, minum
yang mengandung alcohol.
c. Eliminasi
Pada pasien stroke non hemoragik biasanya didapatkan pola
eliminasi BAB yaitu konstipasi karena adanya gangguan dalam
mobilisasi, bagaimana eliminasi BAK apakah ada kesulitan, warna,
bau, berapa jumlahnya, karena pada klien stroke mungkn mengalami
inkotinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik
dan postural.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau
riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus
optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus
III), gangguan dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan
dalam menggerakkan bola mata kelateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus
olfaktorius (nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus
vagus, adanya kesulitan dalam menelan
e. Dada
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan
Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup
Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I
dan II murmur atau gallop
f. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada
Auskultasi : Bisisng usus agak lemah
Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke non hemoragik biasnya ditemukan
hemiplegi paralisis atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan
perlu juga dilkukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif mutaqqin,2008)
Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali
Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada
sendi
Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi
Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan
Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang
Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan
penuh

11. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
b. Defisit Perawatan Diri Makan berhubungan dengan gangguan
kognitif
c. Defisit Perawatan Diri Mandi berhubungan dengan gangguan
kognitif
d. Defisit perawatan Diri Eliminasi berhubungan dengan gangguan
kognitif
12. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Kriteris Hasil Intervensi Rasional
Intoleransi 1.Observasi TTV 1. Untuk
Aktivitas 0 1 2 3 4
Aktivitas Makan dan minum 2.Bantu klien mengidentifikasi mengetahui
Mandi aktivitas yang mampu dilakukan keadaan umum
Eliminasi (BAK
3.Edukasi keluarga untuk membantu pasien
&BAB 2.Mengetahui
Berpakaian klien dalam pemenuhan aktivitas
Mobilisasi di tempat aktivitas yang
4.Kolaborasi dengan tenaga
tidur dapat dilakukan
rehabilitasi medik dalam
Pindah klien
Ambulasi merencanakan progam terapi
3. Agar pasien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, (ROM)
terindar dari
diharapkan pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan
cedera dan
kriteria hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai aktivitasnya

peningkatan tekanan darah, nadi dan RR dapat terpenuhi


2. TTV dalam rentang normal dengan bantuan
TD (sistol 120-130 mmHG,diastol 60-80 mmHG) 4. Membantu
N: 60-100x/menit
RR : 16-20x/menit meningkatkan
S : 36,5-37,5 C mobilisasi
3. Mampu berpindah tanpa atau dengan bantuan alat
4. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara pasien

mandiri
Keterangan :
0 : Mandiri
1: Alat Bantu
2: dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung total
Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, 1.Observasi kemampuan klien untuk 1.Mengetahui
Perawatan diharapkan defisit perawatan diri makan dapat berkurang makan kemampuan
Diri Makan dengan kriteria hasil : 2.Memberikan bantuan fisik sesuai klien dalam
1. Mampu untuk memakan makanan dan cairan secara
kebutuhan perawtan diri
mandiri dengan atau tanpa bantuan oranglain
3.Pastikan posisi pasien yang tepat sendiri
2. Perjalanan makanan padar atau cairan secara aman
untuk memfasilitasi mengunyah dan 2. Membantu
dari mulut ke lambung
3. Mengungkapkan kepuasan makan dan terhadap menelan pasien dalam
kemampuan untuk makan sendiri 4. Ajarkan keluarga untuk mendorong perawatan diri
kemandirian klien, untuk memberikan 33. Agar pasien
bantuan hanya jika pasien tidak mudah dalam
mampu untuk melakukannya melakukan
aktivitas makan
34. agar klien
meningkat
kemampuanya
dalam makan
secara mandiri
Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, 1.Kaji jumlah dan jenis bantuan yang 1.Mengetahui
Perawatan diharapkan defisit perawatan diri mandi dapat berkurang dibutuhkan kemampuan
Diri Mandi dengan kriteria hasil : 2.Mempertimbangkan usia pasien klien dalam
1. Mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara
ketika mempromosikan aktivitas perawtan diri
mandiri dengan artau tanpa bantuan alat
perawatan diri sendiri
2. Mampu untuk mempertahankan kebersihan dan
3.Mendorong keluarga berpartisipasi 2.Menghindari
penampilan yang rapi secara mandiri dengan atau
dalam kebiasaan mandi pasien cidera pada
bantuan alat
3. Mampu untuk merawat mulut dan gigi secara mandiri 4.Memberikan bantuan sampai pasien klien
dengan atau tanpa bantuan alat sepenuhnya dapat mengasumsikan33.Agar pasien
4. Mampu mempertahankan mobiltas yang diperlukan
perawatan diri mudah dalam
untuk ke kamar mandi dan menyediakan perlengkapan
melakukan
mandi
aktivitas makan
5. Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang
34.agar klien
kebersihan tubuh dan oral hygiene
meningkat
kemampuanya
dalam makan
secara mandiri
Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, 1.Kaji kemampuan pasien dalam 1.Mengetahui
perawatan diharapkan defisit perawatan diri eliminasi dapat berkurang eliminasi kemampuan
diri dengan kriteria hasil : 2. Pertimbangkan usia pasien ketika klien dalam
1. Mampu untuk melakukan aktivitas eliminasi secara
eliminasi mempromosikan aktivitas perawatan perawtan diri
mandiri atau tanpa alat bantu
diri sendiri
2. Mampu duduk dan turun dari kloset
3. Membersihkan diri serelah eliminasi 3.Membantu pasien ke toilet 2. Menghindari
4. Mengenali dan mengetahui kebutuhan bantuan untuk
4. Menyediakan alat bantu (misalnya cidera pada
eliminasi
cateter sesuai kebutuhan pasien) klien
33. Agar klien
mudah dalam
melakukan
aktivitas
eliminasi
34. membantu pasien
dalam eliminasi
urin
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi., 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika

Hidayat, A. Aziz Amilul & Musrifatul Uliyah. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Dasar. Jakarta: Salemba Medika

Marlina, 2012. Mobilisasi Pada Pasien Fraktur Melalui Pendekatan. Idea


Nursing Journal, I(1).

Mubarak, Lilis & Joko, 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 1.
Jakarta: Salemba medika.
Nurarif, Amin H & Hardi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc. Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
Riyadi, S. & Widuri, H., 2015. Kebutuhan Dasar Manusia Aktivitas Istirahat
Diagnosis NANDA. Yogyakarta: Gosyen.

Saputra, L., 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang:


Binarupa Aksara.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai