Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PENYAKIT DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA DENGAN


MASALAH PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS & ISTIRAHAT DI
RUANG DAHLIA RSUD Dr. DORIS SLYVANUS PALANGKARAYA

Di Susun Oleh:
Nama : Cindra
NIM : 2019.C.11a.1039

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Cindra
NIM : 2019.C.11a.1039
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada penyakit dengan
diagnosa medis anemia dengan gangguan aktivitas & istirahat ruangan Dahlia
Rsud dr. doris slyvanus palangkaraya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra
Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Lahan

Yesltria Ulina T, S.Kep.,Ners

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Juga
Asuhan Keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Kebutuhan Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat” Laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi ataupun melengkapi tugas mata
kuliah Praktik Praklinik Keperawatan I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.

2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I.
4. Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.,Ners Selaku dosen pembimbing Akademik

5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah memberikan izin
tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini
mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurnaq . Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan
laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai sasaran yang
diharapkan sehingga dapar bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 08 Juli 2021

Cindra

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
2.1 Konsep Dasar Anemia..........................................................................................
2.1.1 Definisi
2.1.2 Klasifikasi Anemia..........................................................................................
2.1.3 Etiologi............................................................................................................
2.1.4 Manisfetasi Klinis............................................................................................
2.1.5 Patofidiologi....................................................................................................
2.1.6 Komplikasi......................................................................................................
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................
2.1.8 Penetalaksanaan...............................................................................................
2.2 Konsep Dasar Kebutuhan Aktifitas dan Istirahat ...........................................
2.2.1 Kebutuhan Aktifitas.........................................................................................
2.2.2 Kebutuhan Istirahat.........................................................................................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.....................................................................
2.3.1 Pengkajian.......................................................................................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................
2.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan........................................................................
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................

iv
3.2 Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara
berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia.Anemia banyak terjadi
pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil.Anemia pada remaja putri sampai saat ini
masih cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 2
26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013). Anemia
merupakan salah satu factor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil.Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia adalah derajat tertinggi bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.

Perempuan yang meninggal Karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami
penurunan pada tahun 2013 sebesar 289.000 orang.Target penurunan angka kematian ibu sebesar
75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015). Jika perempuan mengalami anemia akan sangat
berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan
berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurangdari 2,5 kg). Selainitu, anemia
dapat mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan (Rajab,
2009).

Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%
dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24
tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu
nifas sebesar 45,1%, remaj aputri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19- 45 tahun sebesar
39,5%. Wanita mempunyai resiko terkenan anemia paling tinggi terutama pada remajaputri

(Kemenkes RI, 2013). Indonesia merupakan salahsatu dari 45besar negara dengan jumlah
penderita Anemiaterbanyak.Pada tahun 2014, Negara yang tergolong tengah berkembang ini
baru menempati peringkat ke30, dengan jumlah penduduk 3 yang pernah menderita
Anemiasebanyak 3,2juta jiwa. Peringkat ini diprediksi akan naik duatingkat
(menjadiperingkatke-28) pada tahun 2025. Sumatera Barat yang mengalami anemia sebesar
72%.Dari hasil laporan Dinas Kesehatantahun 2013kejadian anemia adalah 18,7%, tahun 2014
sebanyak 11,2% (Dinas KesehatanSumbar, 2013). Dari data yang di dapat di Ruang Rawat Inap
Ambun Suri Lantai IIIRSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018 dari bulan Januari
sampai dengan bulan Juni ditemukan sebanyak 41 orang yang mengalami penyakit Anemia.
Peran seorang perawat dalam kasus ini adalah memberikan inform

vi
operasi appendectomy di ruangan Eboni RSP UNAND Padang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diatas maka rumusan masalah pada penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien anemia di ruang dahlia RSUD
Dr.Doris Slvanus Palangakaraya

1.3 Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada Pasien anemia di ruang dahlia
RSUD Dr.Doris Slvanus Palangakaraya

2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah :

a. Manajemen asuhan keperawatan

1) Melaksanakan pengkajian yang komprehensif pada pasien

Anemia

2) Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien anemia

3) Membuat perencanaan dan implementasi keperawatan pada pasien anemia.

4) Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien anemia

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi institusi rumah sakit

. Sebagai bahan dan informasi bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit anemia.

2. Bagi profesi keperawatan

. Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman, memberikan dan menyusun


asuhan keperawatan pada klien dengan Anemia di ruang dahlia RSUD dr,Doris Sylvanus
Palangkaraya

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan penerapan asuhan keperawatan yang telah dipelajari di lembaga pendidikan.

vii
BAB II

TINJAU PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
hematokrit dibawah normal, secara fisiologis, anemia terjadi apa bila terdapat kekurangan
jumlah haemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. (Smeltzer,Suzanne C, 2001)

Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen akibat penurunan
produksi sel darah merah, dan / atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah. Anemia sering
didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb dalam darah sampai di bawah rentang normal 13,3 gr
% (pria), 11,5 gr% (wanita dan 11 gr% (anak-anak) (Fraser, Diane M, 2009).

Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen; hal tersebut dapat
terjadi akibat penurunan Sel Darah Merah (SDM), dan / atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam
darah. (Fraser Diane dan Cooper A Margaret, 2009) Sesuai dengan pengertian anemia menurut
para ahli, penulis dapat menyimpul kananemia adalah menurunnya jumlah sel darah merah
ataukonsentrasihemoglobin dalam sirkulasi darah menurun.

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limpa.Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lainkarena
berbentuk cairan.Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% -
10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap
orangtidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah.
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :

1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein
darah.

2) Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini.

3) Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± red blood cell).

4) Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).

5) Trombosit : butir pembeku darah ± platelet

viii
Gambar sel darah merah

Kriteria kadar / nilai HB pada Anemia

Tabel 2.1

No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin


1 laki-laki Hb <13gr/dl
2 perempuan dewasa tidak hamil Hb <12gr/dl
3 Perempuan Hb <11gr/d
4 Anak usia 6-14 tahun Hb <12gr/dl
5 Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada

umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut.

1. Hemoglobin<10gr/dl

2. Hematokrit <30%

3. Eritrosit <2,8juta

Tabel 2.2

ix
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI


Derajat 0 (nilai normal) >11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL < 6.5 g/Dl

2.1.2.1 Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7


mikron.Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepatdengan
jarak yang pendek antara membran dan inti sel.Warna kuning kemerahan-merahan, karena di
dalamnya mengandung suatu zat yang dsebut Hemoglobin. Komponen eritrosit adalah
membrane eritrosit, sistem enzim; enzim G6PD ( Glucose6-Phosphatedehydrogenase) dan
hemoglobin yang terdiri atas heme dan globin.Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa kira-
kira 11,5-15 gr dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%.
Sel darah merah memiliki bermacam antigen :

1) Antigen A, B dan O

2)Antigen Rh

Proses penghacuran sel darah merah terjadi karena proses penuaan dan proses patologis.
Hemolisis yang tejadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin yaitu
komponen protein dan komponen heme.

2.1.2.2 Sel Darah Putih (Leukosit)

Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki


kapsul(pseudopodia). Mempunyai macam-macam inti sel, sehingga ia dapat dibedakan menurut
inti selnya serta warna bening (tidak berwarna). Sel darah putih dibentuk di sumsum tulang dari
sel-sel bakal. Jenis jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak bergranula, yaitu
limfosit T dan B ; monosit dan makrofag; serta golongan yang bergranula yaitu :

1)Eosinofil

2)Basofil

3)Neutrofil

x
Fungsi sel darah putih :

1) Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan bibit penyakit, bakteri yang
masuk ke dalam tubuh jaringan RES (sistem retikulo endotel).

2) Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak dari dinding ususmelalui limpa
terus ke pembuluh darah Jenis sel darah putih

1) Agranulosit

Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter 10- 12mikron. Dibagi
menjadi 3 jenis berdasarkan pewarnaannya :

a) Neutrofil

Granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang terangkai,

kadangseperti terpisah pisah, protoplasmanya banyak berbintikbintik halus/granula, serta


banyaknya sekitar 60-70%.

b) Eusinofil Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 24%.

c) Basofil

Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil daripadaeosinofil, tetapi
mempunyai inti yang bentuknya teratur. Eusinofil, neutrofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit
dalam mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel.

2) Granulosita

a) Limfosit

Limfosit memiliki nucleus bear bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit berkembang
dalam jaringan limfe

1) Limfosit T

Limfosit T meninggalkan sumsum tulang dan berkembang lama,kemudian bermigrasi


menuju timus. Setelah meninggalkan timus, sel-sel ini beredar dalam darah sampai mereka
bertemu dengan antigen dimana mereka telah di program untuk mengenalinya. Setelah
dirangsang oleh antigennya, selsel ini menghasilkanbahan-bahankimia yang menghancurkan
mikrooranisme dan memberitahu sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi infeksi.

2) Limfosit B

xi
Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampaimenjumpai antigen
dimana mereka telah diprogram untuk mengenalinya.Pada tahap ini limfosit B mengalami
pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta menghasilkan antibodi.

b) Monosit

Monosit dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses pematanganmenjadi


makrofag setelah msuk ke jaringan. Fungsinya sebagai fagosit. Jumlahnya 34% dari total
komponen yang ada di sel darah putih.

2.1.2.3 Keping Darah (Trombosit)

Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang
terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Trombosit
berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Fungsi lain dalam trombosit yaitu untuk
mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh darah yang cedera.

2.1.2.4 Plasma darah

Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning
kuningan.Hampir 90% plasma terdiri atas air. Plasma diperoleh dengan memutar sel darah,
plasma diberikan secara intravena untuk: mengembalikan volume darah, menyediakan substansi
yang hilang dari darah klien

2.1.2.5 Limpa

merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan. Limpa
terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks
yang berhadapan dengan 13 diafragma dan permukaan medialyang konkaf serta berhadapan
dengan lambung, fleksura, linealis kolon dan ginjalkiri.Limpa terdiri atas kapsula jaringan
fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa),dan pilpa merah ( jaringan ikat, sel eritrost, sel
leukosit). Suplai darah oleh arterilinealis yang keluar dari arteri coeliaca.

Fungsi Limpa

a) Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin).

b)Destruksi sel eritrosit tua.

c) Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan.

d)Produksi bilirubin dari eritrosit.

e) Pembentukan limfosit dalam folikel limpa.

f) Pembentukan immunoglobulin.

xii
g)Pembuangan partikel asing dari darah.

1.1.2.6 Fisiologi Sistem Hematologia.

Sebagai alat pengangkut yaitu :

1. Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.

2. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.

3. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikankeseluruh
jaringan/alat tubuh.

4. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui
kulit dan ginjal

5. Mengatur keseimbangan cairan tubuh.

6. Mengatur panas tubuh.

7. Berperan serta dala, mengatur pH cairan tubuh

8. Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi.

9. Mencegah perdarahan.

2.1.3 Etiologi

2.1.3.1 Berdasarkan ukuran sel darah merah

A. Anemia mikrositik (penurunan ukuran sel darah merah)

a) Kekurangan zat besi

b) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis yang mengakibatkan


tidak ade kuatnya kandungan hemoglobin)

c) Ganguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di temukan di Asia Tenggara)

d) Keracuanan timah

e) Penyakit kronis (infeksi, tumor)

B. Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)

a) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat

b) Kehilangan sel darah merah akut.

xiii
c) Gangguan hemolisis darah

d) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)

e) Ganggauan C hemoglobin

f) Sterocitosis banyak di temukan di eropa utara

g) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)

h) Anemia hemolitik (efek samping obat)

i) Anemia hemolisis autoimun.

C. Penurunan produksi sel darah merah

a) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yamg mengancam jiwa)

b) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)

D. Ekpansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan

2.1.3.2 Anemia defisiensi zat besi (Fe)

Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan bahan baku
pembuat sel darah dan hemoglobin. Kekurangan zat besi (Fe) dapat disebabkan oleh berbagai hal
yaitu :

A. Asupan yang kurang mengandung zat besi.

B. Penurunan resorbsi karena kelainan pada usus atau karena banyak mengkonsumsi teh.

C. Kebutuhan yang meningkat

D. Jika kebutuhan Fe tidak dipasok denang pemberian nutrisi yang mencukupi, maka akan
mengalami defisiensi Fe.

2.1.3.3 Anemia megaloblastik

Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat atau disebut dengan
anemia defisiensi asam folat. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan
RNA yang penting untuk metabolisme inti sel. DNA diperlukan untuk sintesis, sedangkan RNA
untuk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah, anemia megaloblastik tergolong dalam
anemia makrositik, seperti pada anemia pernissiosa.

Ada beberapa penyebab penurunan asam folat yaitu :

A. Masukan yang kurang.

xiv
B. Gangguan absorbsi. Adanya penyakit/ ganggguan pada gastrointestinal dapat menghambat
absorbsi bahan makanan yang diperlukan tubuh.

C. Pemberian obat yang antagonis tehadap asam folat. Obat-obat tersebut dapat menghambat
kerja asam folat dalam tubuh, karena mempunyai sifat yang bertentangan.

2.1.3.4 Anemia pernisiosa

Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12.Anemia pernisiosa ini
tergolong anemia defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya tergolong anemia makrositik
normokromik, yaitu ukuran sel darah merah yang besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb
normal.VitaminB12 (kobalomin) berfungsi untuk pematangan normoblas, metabolisme jaringan
saraf dan purin. Selain asupan yang kurang, anemia pernisiosa dapat disebabkan karena adanya
kerusakan lambung, sehingga lambung tidak dapat mngeluarkan secret yang berfungsi untuk
absorbsi B12.

2.1.3.5 Anemia pascaperdarahan

Terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang passif (perdarahan terusmenerus dalam jumlah
banyak) seperti pada kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan hebat yang dapat
terjadi secara mendadak maupun menahun. Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan
terjadi reflek cardiovascular yang fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah
ke organ yang kurang vital dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung).
Kehilangan darah yang mendadak lebih berbahaya dibandingkan dengan kehilangan darah dalam
waktu lama. Selain reflek kardiovaskuler, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskuler ke
intravaskuler agar tekanan osmotic dapat dipertahankan. Akibatnya, terjadi hemodialisis dengan
gejala :
1. Rendahnya Hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit

2. Leucositosis

3. Kadang terdapat gagal jantung

4. Kelainan cerebral akibat hiposekmia

5. Menurunnya aliran darah ke ginjal, sehingga dapat menyebabkan oliguria/anuria.

2.1.3.6 Anemia aplastik

Merupakan anemia yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah semua sel
darah) darah tepidan menurunya selularitas sumsum tulang.Berdasarkan bentuk sel darahnya,
anemia ini termasuk anemia normisitik seperti anemia pasca perdarahan. Beberapa penyebab
terjadinya anemia aplastik adalah:

xv
1. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah merah. Penurunan sel
induk terjadi karena bawaan,selain karena bawaan penurunan sel induk bisa terjadi karena
adanya pemakaian obat-obatan seperti bisulfan, kloranfenikol, dan klopromazina. Obat-obat
tersebut mengakibatkan penekanan pada sumsum tulang.

2. Lingkungan mikro (micro environment) seperti radiasi dan kemoterapi yang lama dapat
mengakibatkan sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel.

3. Penurunan poitin, sehingga yang berfungsi merangsang tumbuhnya sel-sel darah dalam
sumsum tulang tidak ada.

4. Adanya sel inhibitor (T. limposit) sehingga menekan / menghambat maturasi sel-sel induk
pada sumsum tulang.

2.1.3.7 Anemia hemolitik

Merupakan anemia yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/ prematur.Secara
normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari. Adanya penghancuran eritrosit yang berlebihan
akan mempengaruhi fungsi hepar, sehingga ada kemungkinan terjadinya peningkatan bilirubin.
Selain itu, sumsum tulang dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak system eritropoetik dari
biasanya, sehingga banyak dijumpai eritrosit dan retikulosit pada darah tepi.Kekurangan bahan
pembentuk sel darah, seperti vitamin, protein, atau adanya infeksi dapat mengyebabkan
ketidakseimbangan antara penghancuran dan pembentukan system eritropoetik. Penyebab
anemia hemolitik diduga adalah :

1. Congenital, misalnya kelainan rantai Hemoglobin dan difisiensi enzim G6PD

2. Didapat, misalnya infeksi, sepsis, penggunaan obat-obatan, dan keganasan sel

2.1.3.8 Anemia sickle cell

Merupakan anemia yang terjadi karena sintesa Hemoglobin abnormal dan mudah rusak,
serta merupakan penyakit keturunan (hereditary hemoglobinopathy).Anemia sickle cell ini
menyerupai anemia hemolitik.

2.1.4 Klasifikasi

Anemia Aplastik

1. Penyebab

 Obat-obatan (kloramphenikol, insektisida, anti kejang).

 Penyinaran yang berlebihan.

xvi
 Sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah merah.

2. Gejala Klinis

 Pucat

 Cepat lelah

 Lemah

 Gejala Icokopenia / trombositopeni

3. Pemeriksaan penunjang

Terdapat pensitopenia sumsum tulang kosong diganti lemak, neotrofil kurang dari 300
ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari 1% dan kepadatan seluler sumsum
tulang kurang dari 20%.

4. Pengobatan

 Berikan transfusi darah “Packed cell”, bila diberikan trombosit berikan darah segar/ platelet
concentrate.

 Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic, hygiene yang baik perlu untuk mencegah
timbulnya infeksi.

 Untuk anemia yang disebabkan logam berat dapat diberikan BAC (Britis Antilewisite
Dimercaprol)

 Transplantasi sumsum tulang

 Prednison dan testoteron (Prednison dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral, Testoteron dosis 1-2
mg/kg BB/hari secara parenteral, Hemopocitik sebagai ganti testoteron dosis 1-2 mg/kg BB/hari
per oral)

Anemia Defisiensi Zat Besi

1. Penyebab

 Masukan zat besi dalam makanan yang tidak adekuat

 Masukan makanan dari susu sapi secara tidak langsung

 Penyebab Hb yang tepat tidak terjadi

 Janin yang lahir dengan gangguan structural pada system pencernaan

 Kehilangan darah kronis akibat adanya lesi pada saluran pencernaan

xvii
2. Gejala klinis

Tampak lelah dan lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabe dan tidak tampak sakit karena
perjalanan penyakit menahun, tampak pucat terutama pada inukosa bibir, faring, telapak tangan
dan dasar kuku, konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau berwarna putih mutiara dan jantung
agak membesar.

3. Pemeriksaan penunjang

Ferritin serum rendah kurang dari 30 mg/l, MCV menurun ditemukan gambaran sel
mikrositik hipokrom, Hb dan eritrosit menurun.

4. Pengobatan

Dengan pemberian garam-garam sederhana peroral (sulfat, glukonat, fumarat), preparat,


besi secara parenteral besi dekstram, jika anak sangat anemis dengan Hb di bawah 4 gm/dl diberi
2-3 ml/kg packed cell, jika terjadi gagal jantung kongestif maka pemberian modifikasi transfusi
tukar packed eritrosis yang segar, dapat pula diberi furosemid.

Anemia Hemolitik

1. Penyebab

a. Faktor instrinsik

 Karena kekurangan bahan untuk membuat eritrosit

 Kelainan eritrosit yang bersifat congenital seperti hemoglobinopati

 Kelainan dinding eritrosit

 Abnormalita dari enzym dalam eritrosit

b. Faktor ekstrinsik

 Akibat reaksi non immunitas (akibat bahan kimia atau obat-obatan, bakteri)

 Akibat reaksi immunitas (karena eritrosit diselimuti anti body yang dihasilkan oleh tubuh itu
sendiri)

2. Gejala klinis

Badan panas, menggigil, lemah, mual muntah, pertumbuhan badan yang terganggu, adanya
ikhterus dan spelenomegali.

3. Pemeriksaan penunjang

xviii
Terjadi penurunan Ht; penggian bilirubin inderik dalam darah dan peningkatan bilirubin total
sampai 4 mg/dl dan peninggian urobilin.

4. Penatalaksanaan

Tergantung dari penyakit dasarnya, splenoktomi merupakan tindakan yang harus dilakukan.

Indikasi dan splenoktomi adalah :

- Sferositosis konginital

- Hipersplenisme

- Limfa yang terlalu besar sehingga menimbulkan gangguan mekanisme Berikan kortikosteroid
pada anemia hemolisis autoimum, transfusi darah dapat diberikan jika keadaan berat.

2.1.5 Patofisiologi ( W0C )

Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan
dasar:

a) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah

b) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia

xix
PatofisiologiWOC

xx
2.1.6 Manifestasi Klinis

Selain beratnya anemia, bebagai faktor mempengaruhi berat dan adanya

Gejala:

1. Kecepatan kejadian anemia

2. Durasinya (misal. Kronisitas)

3. Kebutuhan metabolisme pasien

4. Adanya kelainan lain atau kecacatan

5. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta yang mengakibatkan anemia. Semakin cepat
perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Pada orang yang normal penurunan
hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokirt tanpa gejala yang tampak atau
ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%, sedangkan
kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama.
Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama dengan kadar
hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama
sekali selain takikardi ringan saat latihan. Dispnea latihan biasanya terjadi hanya dibawah 7,5
g/dl, kelemahan hanya terjadi dibawah 6 g/dl, dispnea istirahat dibawah 3 g/dl, dan gagal jantung
hanya pada kadar sangat rendah 2-2,5 g/dl. Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami
berat mengalami gejala, dibanding orang yang tenang. Pasien dengan hipotiroidisme dengan
kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak bergejala sama sekali, tanpa takikardia atau
peningkatan curah jantung, pada kadar hemoglobin dibawah 10 g/dl.

Tanda dan gejala anemia sebenarnya bisa dideteksi . Sebenarnya kita bisa mengenali tanda
anemia itu salah satu cara untuk bisa menangani semenjak awal anemia ini dan juga memberikan
pengobatan anemia itu sendiri. Tanda anemia bisa berupa :

a) Klien terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa keseluruh tubuh
berkurang karena media transport hemoglobin berkurang sehingga tentunya yang membuat
energy berkurang dan dampaknya adalah lemah, letih dan lesu

b) Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas, karena darah yang
membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak
pada indra penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-kunang

c) Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk berkonsentrasi

d) Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit

xxi
e) Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka klien bisa menunjukkan tanda-tanda detak
jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki

2.1.7 Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat,
gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah
waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen

Komplikasi:

1. Perkembangan otot buruk

2. Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun

3. Interaksi sosial menurun

4. Daya konsentrasi menurun Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-
anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah
merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun.Pada orang
dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif.

Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-
serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan
ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering
berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus
Hemoglobin Strait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007)

a) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif

b) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek

c) SSP : Menyebabkan trombosis serebral

d) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus

e) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati

f) Ocular : Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer, pendarahan

xxii
g) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput humeri, daktilitis (biasanya
pada anak kecil)

h) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut

2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik
(DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt): 3,9 juta
per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria

3. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

4. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).

5. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan
tipe khusus anemia).

6. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.

7. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.

8. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).

9. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000–10.000
permokro liter

10. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)

a. Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000–400.000 per mikro liter darah. Hemoglobin
elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin
serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Perdarahan Pucat Infeksi sekunder Nyeri
akut Defisit Volume cairan Perfusi jaringan menurun Mobilitas fisik menurun Kelelahan
Intoleransi Aktivitas Gangguan Integritas kulit

11. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi

12. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)

xxiii
13. TBC serum : meningkat (DB)

14. Feritin serum : meningkat (DB)

15. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)

16. LDH serum : menurun (DB)

17. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)

18. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI

19. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).

20. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP),
lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

2.1.9.1 Keperawatan

a) Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang
mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat
besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal
ini mungkin melibatkan operasi.

b) Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang seringkali
suntikan seumur hidup vitamin B12. Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan
suplemen asam folat.

c) Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Suplemen zat
besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini. Namun, jika gejala menjadi parah,
transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal,
dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.

d) Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang
berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Perlu obat penekan kekebalan tubuh
untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh dan memberikan kesempatan sumsum tulang
ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.

e) Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat berkisar
dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.

xxiv
f) Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan tertentu,
mengobati infeksi terkait dan menggunakan obatobatan yang menekan sistem kekebalan, yang
dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan
kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang
sel-sel darah merah.

g) Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen, obat
menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan
antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.

2.1.9.2 Medis

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
a) Transpalasi sel darah merah.

b) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

c) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

d) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen

e) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

f) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Pengobatan (untuk pengobatan
tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemiadefisiensi besi

a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti
ikan, daging, telur dan sayur.

b) Pemberian preparat fe

c) Perrosulfat 3x200mg/hari/per oral sehabis makan

d) Peroglukonat 3x200mg/hari/oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B 12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfuse darah.

xxv
2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat
2.2.1 Kebutuhan Aktifitas
1. Definisi Aktivitas
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas, seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
2. Fisiologi Aktivitas
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal
dan sistem persarafan.
Sistem skeletal berfungsi:
1) Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
2) Melindungi bagian tubuh tertentu seperti paru, hati, ginjal, otak
3) Tempat melekatnya otot dan tendon
4) Sumber mineral seperti garam dan fosfat
5) Tempat produksi sel darah.
Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia yang kemudian dikelompokkan
menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang keras, tulang ekstremitas dan tulang
tak beraturan. Antara tulang yang satu dengan tulang yang lain dihubungkan
dengan sendi yang yang memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang dan sendi
membentuk rangka, sedangkan sistem otot berfungsi sebagai:

a. Pergerakan
b. Membentuk postur
c. Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi
Sistem persarafan berfungsi sebagai:

a. Saraf afferent menerima rangsangan dari luar kemudian diteruskan ke susuna


saraf pusat.

b. Sel saraf atau neuron membawa impuls dan kemudian memberikan respons
melalui saraf efferent.

xxvi
c. Saraf efferent menerima respond an diteruskan ke otot rangka.

Ada tiga faktor penting proses terjadinya pergerakan atau kontraksi yaitu:
a. Stimulasi saraf motorik
Kontraksi otot dimulai karena adanya stimulasi dari saraf motorik yang
dikontrol oleh korteks serebri, cerebellum, batang otak, dan bangsal
ganglia.Upper motor neuron merupakan saraf yang berjalan dari otak ke sinaps
pada bagian anterior horn medulla spinalis sedangkan lower motor neuron
merupakan saraf-saraf yang keluar dari medulla spinalis menuju ke otot rangka.
Signal listrik dan potensial aksi terjadi sepanjang mealin sepanjang akson saraf
motorik yang berjalan secara salutatory conduction. Impuls listrik berjalan dari
saraf motorik ke sel otot melalui sinaps dengan bantuan neurotransmitter
aserilkolin.
b. Transmisi neuromuscular
Aserilkolin dihasilkan dari vesikel pada akson terminal. Adanya depolarisasi
dan potensial aksi pada akson terminal merangsang ion kalsium dari cairan
ekstraseluler kemudian terjadi perpindahan ke membran akson terminal.
Bersamaan dengan itu, molekul asetilkolin masuk ke celah sinaps yang
selanjutnya akan ditangkap oleh reseptor maka terjadilah potensial aksi pada
sel otot dan terjadilah kontraksi. Setelah asetilkolin terpakai selanjutnya
dipecah atau dihidrolis oleh enzim asetilkolnesterase menjadi kolin yang
kemudian ditranspor kembali ke akson untuk bahan pembentukan asetilkolin.
c. Eksitasi-kontraksi coupling
Merupakan mekanisme molekuler peristiwa kontraksi. Adanya impuls di
neuron motorik menimbulkan ujung akson melepaskan asetilkolin dan
menimbulkan potensial aksi di serat otot. Potensial aksi menyebar ke seluruh
serat otot sampai ke sistem T. keadaan ini mempengaruhi retikulum
sarkoplasma melepaskan ion kalsium yang kemudian diikat oleh troponin C,
sehingga ikatan troponin I dengan aktin terlepas. Lepasnya ikatan troponin I
dengan aktin menimbulkan tropomiosin bergeser dan terbukalah celah atau
biding site aktin sehingga terjadi ikatan antara aktin dan miosin serta kontraksi
otot terjadi.

xxvii
3. Energi Untuk Kontraksi
Energi untuk kontraksi diperoleh dari Adenosine Triphospat (ATP), sebelum dapat
digunakan ATP dipecah menjadi ADP dan ionorganik fosfat oleh enzim. Tipe
Kontraksi :
 Kontraksi isometrik
Kontraki iometrik terjadi saat otot membentuk daya atau tegangan tanpa harus
memendek untuk memindahkan suatu beban, misalnya gerakan mendorong meja
dengan tangan lurus, tegangan yang terbentuk dalam otot untuk mempertahankan
kepala dan tubuh untuk tetap tegak.
 Kontraksi isotonik
Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek untuk
mengangkat atau memindahkan suatu beban.
2.2.2 Istirahat Dan Tidur
1. Definisi Istirahat Dan Tidur
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,
aktivitas maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat
dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya.
Istirahat adalah sesuatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar.
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badan yang berbeda.
2. Fisiologi Istirahat Dan Tidur
 Irama Sirkardian
Irama siklus 24 jam siang-malam disebut irama sirkardian. Irama sirkardian
mempengaruhi perilaku dan pola fungsi biologis utama seperti suhu tubuh, denyut
jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan sensorik dan suasana hati.
Irama sirkardian dipengaruhi cahaya, suhu dan faktor eksternal (aktivitas social dan
rutinitas pekerjaan). Setiap individu memiliki jam biologis sendiri. Kecemasan,
kurang istirahat, mudah tersinggung, dan gangguan penilaian merupakan gejala
gangguan tidur.

xxviii
SAR merupakan sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga.
Pengeluaran serotonin dari pons dan otak bagian tengah menimbulkan rasa kantuk
yang selanjutnya tidur. Terjaganya seseorang bergantung dari keseimbangan impuls,
reseptor sensori perifer dan sistem limbik.
3. Tahapan Tidur
Normalnya tidur dibagi menjadi dua, yaitu nonrapied eye movement (NREM) dan
rapied eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menadi empat
tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.
Sedangkan tahap REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur
berakhir.
Tahapan tidur NREM:
 Tahap I NREM
Tingkat transisi, merespons cahaya, berlangsung beberapa menit, mudah terbangun
dengan rangsangan, aktivitas fisik menurun, tanda vital, dan metabolisme menurun,
bila terbangun terasa sedang bermimpi
 Tahap II NREM
Periode suara tidur, mulai relaksasi otot, berlangsung 10-20 menit, fungsi tubuh
berlangsung lambat, Dapat dibangunkan dengan mudah
 Tahap III NREM
Keadaan tidur nyenyak, sulit dibangunkan, relaksasi otot menyeluruh, tekanan darah
menurun, berlangsung 15-30 menit
 Tahap IV NREM
Tidur nyenyak, Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif, UntUk restorasi
dan istirahat, tonus otot menurun, Sekresi lambung menurun, Gerak bola mata cepat.
Tahapan tidur REM:

1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.

2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.

3) Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi

4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi.

xxix
Karakteristik tidur REM yaitu :

Mata (cepat tertutup dan terbuka), otot-otot (kejang otot kecil, otot besar imobilisasi),
pernapasan (tidak teratur, kadang dengan apnea), nadi (cepat dan ireguler), tekanan
darah (meningkat atau fluktuasi), sekresi gaster (meningkat), metabolisme (meningkat,
temperatur tubuh naik), gelombang otak (EEG aktif), siklus tidur (sulit dibangunkan).
4. Pola Tidur Normal
a) Neonatus sampai dengan 3 bulan
Kira-kira membutuhkan 16jam/hari, mudah berespons terhadap stimulus, pada
minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
b) Bayi
Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam, usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun
kira-kira tidur 14jam/hari, tahap Rem 20-30%.
c) Toddler
Tidur 10-12 jam/hari, tahap REM 25%.
d) Preschooler
Tidur 11 jam pada malam hari, tahap REM 20%.
e) Usia sekolah
Tidur 10 jam pada malam hari, tahap REM 18,5%.
f) Adolensia
Tidur 8,5 jam pada malam hari, Tahap REM 20%.
g) Dewasa muda.
Tidur 7-9jam/ hari, tahap REM 20-25%.
h) Usia dewasa pertengahan
Tidur ± 6jam /hari, tahap REM 20%.
i) Usia Tua
Tidur ± 6 jam/ hari, tahap REM 20-25%, Tahap IV NREM menurun dan
kadang-kadang absen, sering terbangun pada malam
5. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur
a) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang lebih banyak
dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur

xxx
atau tidak dapat tidur.
b) Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyama, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d) Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap
REM.
e) Kecemasan
Pada keadaaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpastis
sehingga terjadi tidurnya.
f) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g) Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
 Diuretik: menyebabkan insomnia
 Anti depresan: supresi REM
 Kafein: meningkatkan saraf simpatis
 Beta bloker: menimbulkan insomnia
 Narkotika: mensupresi REM.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

A. Identitas pasien, meliputi :

Nama, Umur : biasa nya yang terserang anemia umumnya adalah dewasa,

Jenis Kelamin : biasa nya yang dominan terkena Anemia adalah perempuan

xxxi
Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, No. Register, Diagnosa
medis Penanggung jawab, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan pasien

B. Alasan Masuk

Klien mengeluh pusing,lemah,mual dan muntah,badan terasa letih,pucat,akral dingin

C. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keletihan, kelemahan, malaise umum

b. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

c. Klien mengatakan bahwa ia depresi

d. Sakit kepala

e. Nyeri mulut & lidah

f. Kesulitan menelan

g. Dyspepsia, anoreksia

h. Klien mengatakan BB menurun

i. Nyeri kepala,berdenyut, sulit berkonsentrasi

j. Penurunan penglihatan

k. Kemampuan untuk beraktifitas menurun

B. Riwayat kesehatan dahulu

Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan melakukan serangkaian pertanyaan,


meliputi:

a. Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia.

b. Apakah meminum suatu obat tertentu dalam jangka lama.

c. Apakah pernah menderita penyakit malaria.

d. Apakah pernah mengalami pembesaran limfe.

e. Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti kanker payudara,
leukimia, dan multipel mieloma.

xxxii
f. Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan penyinaran dengan radiasi.

g. Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati.

h. Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endoktrin.

i. Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti vitamin B12 asam folat,
vitamin C dan besi.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Kecendrungan keluarga untuk anemia.

b. Adanya anggota keluarga yang mendapat penyakit anemia congenital.

c. Keluarga adalah vegetarian berat.

d. Social ekonomi keluarga yang rendah.

GENOGRAM : Untuk mengetahui riwayat penyakit dari keluarga dan klien.

D. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Composmentis

GCS : 15 ( E:4 V:5 M:6)

TTV : TD :Biasanya menurun

N :Biasana meningkat

P :Biasanya cepat

S :Biasanya meningkat

Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Bagaimana kesimetrisan,warna rambut,kebersihan kepala,rambut kering, mudah putus, menipis,


ada uban atau tidak, sakit kepala, pusing,

2) Mata

Sclera tidak ikterik,konjungtiva anemis,pupil isokor.

xxxiii
3) Telinga

Kesimetrisan telinga, fungsi pendengaran, kebersihan telinga.

4) Hidung

Kesimetrisan,fungsi penciuman, kebersihan, apakah ada perdarahan pada hidung atau tidak.

5) Mulut

Keadaan mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi, kebersihan gigi, stomatitis (sariawan
lidah dan mulut)

6) Leher

Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid / tidak, adanya pembesaran kelenjar getah
bening.

7) Thorax

Paru-paru :

I :Pergerakan dinding dada, takipnea,orthopnea, dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek, dan
cepat lelah saat melakukan aktivitas jasmani merupakan menifestasi berkurangnya pengiriman
oksigen.

P :Taktil premitus simetris

P :Sonor

A :Bunyi nafas vesikuler, bunyi nafas tambahan lainnya

Jantung

I :jantung berdebar-debar, Takikardia dan bising jantung

menggambarkan beban jantung dan curah jantung meningkat

P :Tidak teraba adanya massa

P :pekak

A :Bunyi jantung murmur sistolik

8) Abdomen

I : Kesimetrisan,diare,muntah,melena / hematemesis.

A : Suara bising usus

xxxiv
P : Terdapat bunyi timpani,

P : Terabanya pembesaran hepar / tidak, adanya nyeri tekan / tidak.

9) Genitalia : Normal / abnormal

10) Integumen : Mukosa pucat,kering dan Kulit kering

11) Ekstermitas : Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Kuku mudah patah dan
berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan aktifitas.

12) Punggung : Kesimetrisan punggung,warna kulit, dan keberishan.

13) Persyarafan

 Nervus I (Olfaktorius) : Suruh klien menutup mata dan menutuo salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk nipis dan kapas alkohol)

 Nervus II (Optikus) : Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus, penglihatan
perifer.

 Nervus III (Okulomotorius) : Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh klien mengikuti
cahaya

 Nervus IV (Troklearis) : Suruh klien menggerakan mata kearah bawah dan kearah dalam.

 Nervus V (Trigeminus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika klien merapatkan
giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat
merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh) dekati dari
samping, sentuh bagiang mata yang berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk
menguji refleks berkedip dan refleks kornea.

 Nervus VI (Abdusen) : Kaji kemampuan klien untuk menggerakan mata secara lateral.

 Nervus VII (Fasialis) : Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi larutan manis (gula),
asam (lemon). Kaji fungsi motorik dengan cara tersenyumdan menglihatkan giginya.

 Nervus VIII (Vestibulocochlearis) : Uji pendengaran.

 Nervus IX (Glosofaringeus) : Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi rasa pada lidah.

 Nervus X (Vagus) : Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong spatel pada lidah ke posterior
faring untuk menentukan refleks muntah, jangan menstimulasi jika ada kecurigaan epiglotitis.

xxxv
 Nervus XI (Asesorius) : Suruh klien memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan,
minta klien untuk mengangkat bahunya kemudian kita tahan apakah klien mampu untuk
melawannya.

 Nervus XII (Hipoglasus) : Minta klien untuk mengeluarkan lidahnya,periksa deviasi garis
tengah, dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan ‘R’.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis anemia terdiri dari : pengobatan

(Bakta, 2006).

1. pemeriksaan penyaring (terdiri dari pengukuran kadar Hb, indeks eritrosit, dan apusandarah
tepi).

2. pemeriksaan darah seri anemia (meliputi hitung leukosit, trombosit, retikulosit, dan lajuendap
darah).

3. pemeriksaan sumsum tulang, dan pemeriksaan khusus sesuai jenis anemia. Selain itu,
diperlukan pulaa pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal,
atau faal tiroid. Tahap diagnosis anemia terdiri dari

1. menentukan adanya anemia

2. menentukan jenis anemia,

3. menentukan etiologi anemia, dan

4. menentukan ada tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil pengobatan
(Bakta, 2006).

Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya perti anemia akibat
penyakit kronik, thalassemia, dan anemia sideroblastik. Perbedaan yang ditemukan diantaranya
seperti derajat anemia, (Bakta, 2006)

a) Jumlah darah lengkap(JDL) : Hemoglobin& Hematokrit menurun

b) Jumlah eritrosit : menurun , menurun berat (aplastik), mikrositik dengan eritosit hipokromik,
peningkatan, pansiitopenia (aplastik)

c) Jumlah retikulosit bervariasi :menurun, meningkat (hemolisis)

d) Pewarnaan Sel darah merah: mendeteksi perubahan warna & bentuk (dapat mengindikasikan
tipe khusus anemia)

e) Laju endap darah : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi

xxxvi
f) Massa hidup Sel darah merah : untuk membedakan diagnosa anemia

g) Tes kerapuhan eritrosit : Menurun

h) Sel darah putih : jumlah sel total sama dengan Sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)

i) Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat, normal/tinggi (hemolitik)

j) Hemoglobinelektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb

k) Bilirubin Serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (hemolitik)

l) Folat serum dan vitamin B12 : membantu mendiagnosa anemia

m) Besi serum : tak ada, tinggi (hemolitik

n) Masa perdarahan : memenjang (aplastik)

o) Tes Schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urin

p) Guaiiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut/kronis.

q) Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatann pH dan tak adanya asam hidrokolorik
bebas.

r) Aspirasi sum-sum tulang/pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia

s) Pemeriksaan endoskopoi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdaraha Gastro


Intestinal

1.2.2 Diagnosa
1. . Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d Penurunan hemokosentrasi darah
2. Intoleransi aktifitas b.d penurunan sel darah merah
3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyait anemia

1.2.3 Intervensi

No Diagnosa NOC NIC

xxxvii
1 Ketidak efektifan Perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor keadaan umum
jaringan perifer b.d
keperawatan 2. Ukur tanda – tanda vital
penurunan
hemokosentrasi darah 2 x 24 jam masalah perfusi 3. Monitor intake & output
jaringan dapat teratasi hasil : 4. Observasi pemberia cairan
- Tanda – tanda vital IV (RL)
dalam batas normal 5. Pemberian tranfusi darah
- Mukosa bibir lembab sesuai program Anjurkan
Hb lebih dari 10 j/dl keluarga untuk memotivasi
pasien minum banyak
2 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Motivasi pasien untuk
penurunan sel darah
keperawatan 3 x 24 jam melakukan aktifitas
merah
toleransi aktifitas dapat 2. Pantau asupan nutrisi
dilakukan dengan kriteria untuk memastikan
hasil : keadekuatan sumber-
- Pasien dapat sumber energi
beraktifitas dengan normal 3. Pantau pola istirahat
- Asupan nutrisi adekuat pasien
4. Kolaborasi dalam
pemberian transfusi
darah
3 Kurang pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan
kurangnya informasi keperawatan 2 x 24 jam pasien tentang penyakit
masalah kurang pengetahuan anemia
dapat teratasi dengan kriteria 2. Berikan informasi yang
hasil : tepat kpd pasie tentang
Pasien mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
penyakit yang sedang
dialamunya

1.2.4 Implementasi

Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat


untukmembantu klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi kedalam suatu kasus

xxxviii
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan ( Potter & Perry,
2012)

1.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.

BAB III

xxxix
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa :Cindra
Nim :2019.C.11a.1039
Ruang Praktek :Dahlia
Tanggal Praktek :09 Juli 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 09 Juli 2021 jam 08:00 WIB

I. PENGKAJIAN
A. Biodata Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Timpah Jl.Jaga Nyaring Rt 02
Pekerjaan :-
Agama : Kristen Prostestan
Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Dayak/indonesia
Status : Menikah
Diagnosa Medis : Anemia
Tgl MRS : 09 juli 2021

B. Penanggung Jawab
Nama : Tn A
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Timpah jl jaga nyaring Rt02
Perkerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Dayak/indonesia
Agama : Kristen Prostestan
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Suami

xl
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Badan terasa lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dr.Doris Sylvanus pada tanggal 09 Juli 2021 dengan
keluhan badan terasa lemas,pusing,pucat anemis, TTV pasien TD: 180/90 mmHg, N:
80 x/menit, S: 38,3 ̊ C, RR: 22 x/mnt.

Pada saat pengkajian pada tanggal 09 Juli 2021 jam 08.00 WIB di Ruang Dahlia
RSUD dr.Doris Sylvanus pasien mengatakan merasakan lemah dan letih, BAB 3x,
haus, membran mukosa bibir kering, kulit teraba hangat dan tampak kemerahan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah BAB berwarna hitam
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien.
GENOGRAM KELUARGA
GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :
: Hubungan keluarga
- - - - - - : Tinggal serumah

: Laki-laki

xli
: Perempuan
X : Meninggal
: Klien

D. Pola Fungsional Virginia Handerson


1. Pernafasan
- Sebelum sakit
Klien bernafas dengan spontan tanpa alat bantu nafas, pola nafas teratur/reguler
- Saat dikaji
Klien bernafas dengan normal tanpa alat bantu napas, RR 24 x/mnt
2. Nutrisi
- Sebelum sakit
Klien biasa makan secara mandiri tanpa bantuan orang lain dengan frekuensi
3x/hari dengan menu nasi dan lauk pauk seperti tahu, tempe, dan kadang-kadang
ikan atau daging
- Saat dikaji
Klien makan ½ porsi dari menu makan yang disediakan RS
3. Eliminasi
- Sebelum sakit
Klien biasa BAB 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas. Klien
biasa BAK 5-6 x/hari
- Saat dikaji
Klien BAB 3x dan BAK 4x
4. Aktivitas
- Sebelum sakit
Klien dirumah beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain
- Saat dikaji
Klien tidak bisa beraktifitas seperti biasa karena sedang dirawat di RS. Klien
hanya berbaring di tempat tidur dan tampak lemah
5. Tidur dan istirahat
- Sebelum sakit

xlii
Klien biasa tidur 6-8 jam, tidur dengan nyenyak
- Saat dikaji
Klien dapat tidur 8 jam per hari saat dirawat di RS
6. Berpakaian
- Sebelum sakit
Klien biasa memakai pakaian sendiri tanpa bantuan orang lain
- Saat dikaji
Selama dirawat klien dalam berpakaian di bantu keluarga
7. Personal Hygiene
- Sebelum sakit
Klien sebelum sakit biasa mandi 2x per hari serta menggosok gigi 2 x per hari
- Saat dikaji
Selama dirawat klien dibantu perawat dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
personal hygienenya
8. Aman dan nyaman
- Sebelum sakit
Klien merasa nyaman saat berkumpul dengan sanak keluarganya di rumah
- Saat dikaji
Klien ditemani oleh anak dan anggota keluarganya
9. Komunikasi
- Sebelum sakit
Klien biasa menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi
- Saat dikaji
Klien mudah di ajak komunikasi dengan menggunakan bahasa jawa
10. Keyakinan dan nilai
- Sebelum sakit
Klien seorang muslim, biasa shalat 5 waktu
- Saat dikaji
Klien tidak menjalankan shalat selama sakit dan hanya berdoa untuk
kesembuhannya
E. Keadaan Umum

xliii
- KU : Cukup
- Kesadaran : Compos mentis
- TD : 180/90 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36,0 0 C
- RR : 26 x/menit

F. Pemeriksaan Fisik (Cepalo-caudal)


1. Kepala
Mesochepal, rambut beruban, bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
2. Mata
Sklera anikterik, konjungtiva anemis
3. Hidung
Tidak ada benjolan, tidak ada sumbatan jalan nafas
4. Mulut
Mukosa bibir kering, stomatitis berangsur sembuh
5. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tak ada pembearan vena jugularis
6. Thorax
I : Tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot
bantu nafas
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Paru sonor
A : Paru vesikuler
7. Abdomen
I : Tidak ada jejas
A : Peristaltik 12x/menit
P : Tidak terasa nyeri tekan
P : Tidak ada distensi abdomen
8. Genetalia
Tidak terdapat kelainan pada genitalia, jenis kelamin perempuan

xliv
9. Ekstremitas
Atas : Terpasang infuse RL pada vena radialis dextra RL 16 tpm,
akral teraba hangat
Bawah : terdapat odema dipergelangan kaki kanan dan kiri (piting odema+1)
10. Kulit
Tampak kemerahan pada warna kulit
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (16 Juli 2012)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

HB 5,3 g/dl 11,7-17,3


Urea 28,3 mg/dl 10-50
Crea 0,58 mg/dl 0,5-0,9
SGOT 43,4 (H) u/L 1-31
SGPT 30,5 u/L 1-32

H. Therapi
1. Oral
- Captopril : 3 x 1 tab
2. Parenteral
- Infus RL : 16 tpm
- Cefo : 2 x 1 gr
- Rantin : 2 x 1 amp
- Lasix (premed) : 1 amp
- Transfusi PRC (Pack Red Cell) 2 kolf
-
I. ANALISA DATA
No Dx Hari/tgl/jam Data Subjektif dan data Kemungkinan Masalah
objektif penyebab

1. jumat, Ds : Perfusi Penurunan


09/07/2021 jaringan hemokosentras

xlv
Jam 09:00 - Pasien mengatakan perifer tidak i darah
lemas dan pusing efektif
Do :
- Anemis,pucat
- Mukosa bibir kering
- TD : 180/90 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Hb : 5,3 g/dl

2. jumat, Ds : Intoleransi Penurunan sel


09/07/2021 - Pasien mengatakan aktifitas darah merah
Jam 09.40 letih

Do :
- Pasien terlihat lemah
dalam beraktifitas, misalnya
selalu dibantu dalam
pemenuhan makan dan
toileting
- HB : 5,3 g/dl

3. Kamis, Ds : ps tidak mengetahui Kurang Kurang adanya


09/07/2021 tentang penyakit yang sedang pengetahuan informasi
Jam 09.45 dideritanya
Do :
- Pasien tampak bingung
dan banyak bertanya
tentang penyakit yang
dideritanya

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


4. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d Penurunan hemokosentrasi darah
5. Intoleransi aktifitas b.d penurunan sel darah merah

xlvi
6. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyait anemia

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kritria hasil Intervensi

1 Ketidak efektifan Perfusi Setelah dilakukan tindakan 1 Monitor keadaan


jaringan perifer b.d
keperawatan umum
penurunan
hemokosentrasi darah 2 x 24 jam masalah perfusi 2 Ukur tanda – tanda
jaringan dapat teratasi hasil : vital
- Tanda – tanda vital 3 Monitor intake &
dalam batas normal output
- Mukosa bibir lembab 4 Observasi pemberia
Hb lebih dari 10 j/dl cairan IV (RL)
5 Pemberian tranfusi
darah sesuai program
Anjurkan keluarga
untuk memotivasi
pasien minum banyak
2 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1 Motivasi pasien
penurunan sel darah
keperawatan 3 x 24 jam untuk melakukan
merah
toleransi aktifitas dapat aktifitas
dilakukan dengan kriteria 2 Pantau asupan
hasil : nutrisi untuk
- Pasien dapat memastikan
beraktifitas dengan normal keadekuatan
- Asupan nutrisi adekuat sumber-sumber
energi

xlvii
3 Pantau pola
istirahat pasien
Kolaborasi dalam
pemberian transfusi
darah
3 Kurang pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan 1 Kaji pengetahuan
kurangnya informasi keperawatan 2 x 24 jam pasien tentang
masalah kurang pengetahuan penyakit anemia
dapat teratasi dengan kriteria 2 Berikan informasi yang
hasil : tepat kpd pasie
Pasien mengetahui tentang tentang penyakit yang
penyakit yang sedang
dideritanya
dialamunya

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


No Hari/tgl/ Implementasi Evaluasi ( SOAP ) Paraf
Dx jam

1. jumat, 09/07/2012
09.45 1. Memonitor keadaan umum KU cukup
09.50 2. Mengukur tanda-tanda vital TD : 140/80 mmHg

N : 100 x /menit
S : 36,0 0 C
R : 26 x/mnt
10.00
3. Mengobservasi pemberian RL 16 tpm
cairan IV (RL)
10.00
4. Memotivasi pasien untuk Pasien kooperatif
banyak istirahat
10.05
5. Menganjurkan keluarga untuk
memotivasi pasien minum
banyak

xlviii
2. jumat, 09/07/2021
10.10 1. Memotivasi pasien untuk Pasien dapat
melakukan aktifitas memahami
10.15 2. Memantau asupan nutrisi
untuk memastikan Pasien makan ¼
keadekuatan sumber-sumber porsi
energi
10.15 3. Mengkolaborasikan dalam Masuk 1 kolf, tidak
pemberian transfusi darah ada alergi
10.30 4. Memantau pola istirahat pasien Pasien terlihat tidur

3. jumat , 09/07/2021
11.00 1. Mengkaji pengetahuan pasien Pasien tidak
tentang penyakit yang mengetahui tentang
dideritanya penyakitnya

1. sabtu, 10/07/2021
09.30 1. Memonitor keadaan umum KU baik
09.40 2. Mengobservasi pemberian RL 20 tpm
cairan IV (RL)
09.45 3. Mengukur tanda-tanda vital TD : 130/80 mmHg
4. Memberikan tranfusi darah 1
N : 90 x /menit
10.40 kolf
S : 36,0 0 C
R : 20 x/mnt
2. sabtu, 10/07/2021
11.00 1. Memotivasi kembali pasien Pasien dapat
11.10 untuk melakukan aktifitas memahami
2. Memantau asupan nutrisi Pasien makan ½
untuk memastikan porsi
keadekuatan sumber-sumber

xlix
energi
3. Memantau pola istirahat pasien
12.45 Pasien terlihat
beristirahat

3. sabtu, 10/07/2021
13.30 1. Memberikan informasi tentang Pasien kooperatif
penyait yang sedang saat diberika
dideritanya pengertian tentang
penyakitnya

1. sabtu , 10/07/2021
14.30 1. Memonitor keadaan umum KU baik
14.40 2. Mengobservasi pemberian RL 20 tpm
cairan IV (RL)
14.45 3. Mengukur tanda-tanda vital TD : 130/80 mmHg
4. Memberikan tranfusi darah 1
N : 90 x /menit
16.40 kolf
S : 36,0 0 C
R : 20 x/mnt
2. sabtu, 18/07/2021
17.00 1. Memotivasi kembali pasien Pasien dapat
17.10 untuk melakukan aktifitas memahami
2. Memantau asupan nutrisi Pasien makan ½
untuk memastikan porsi
keadekuatan sumber-sumber
energi
19.45 3. Memantau pola istirahat pasien Pasien terlihat
beristirahat

l
V. EVALUASI
No Hari/tgl/ Evaluasi Paraf
Dx Jam

1. senin, 09/07/2021 S : Pasien mengatakan masih lemah dan pusing


09.00 O : Pasien masih terlihat lemah, TD :
180/90 mmHg, N : 90 x /menit, HB : 5,3
g/dl
A : Masalah gangguan perfusi jaringan belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi:
1. Monitor keadaan umum
2. Ukur tanda – tanda vital
3. Kolaborasi pemberian tranfusi darah
4. Observasi pemberian cairan IV (RL)

2. senin, 09/07/2021 S : Pasien mengatakan masih lemah.


09.10 O : Pasien masih terlihat lemah, HB : 5,3
g/dl
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
1. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas
2. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
keadekuatan sumber-sumber energi
3. Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah

3. senin, 09/07/2021 S : Pasien mengatakan belum mengetahui tentang


09.15 penyakitnya
O : terlihat bingung
A : Masalah kurang pengetahuan belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi :
1. Berikan pendidikan kesehatan

li
1. sabru, 10/07/2021 S : Pasien mengatakan lemas dan pusing,
09.00 O : Pasien terlihat lebih fresh,
TD : 130/80 mmHg, N : 90 x /menit
Hb : 9,4 g/dl
A : Masalah gangguan perfusi jaringan belum
teratasi
P : pantau tanda vital dan KU
-kolaborasi pemb tranfusi

2. sabtu, 10/07/2021 S : Pasien mengatakan lemah jauh


10.05 berkurang
O : Pasien masih terlihat lemah, asupan
nutrisi belum adekuat
A : Masalah intoleransi aktvitas belum teratasi
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
1. Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas
2. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
keadekuatan sumber-sumber energi
3. Kolaborasi dalam pemberian transfusi darah
4. Pantau pola istirahat pasien

3. sabtu, 10/07/2021 S : Pasien mengatakan sekarang lebih tau tentang


10.15 penyakit yang dideritanya
O : pasien sudah tidak bertanya tentang
penyakitnya
A : Masalah kurang pengetahuan teratasi

P : pertahankan intervensi

1. sabtu, 10/07 / 2021 S:-


11.00 O : Pasien terlihat masih pucat,

lii
TD : 120/80 mmHg, N : 90 x /menit,
Hb : 9,4
A : Masalah gangguan perfusi jaringan belum
teratasi
P: - pantau tanda vital dan KU
- Tranfusi PRC 1 kolf

2. sabtu, 10/07 / 2021 S : Pasien mengatakan sudah tidak merasa lemas


11.00 O : Pasien masih terlihat lemah, asupan
nutrisi belum adekuat
A : Masalah teratasi teratasi
P : pertahankan intervensi :
1. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
keadekuatan sumber-sumber energi

liii
BAB IV

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

liv
DAFTAR PUSTAKA

Bakta . 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Jakarta: SalembaMedika

Betz & sowden, 2009.Buku saku keperawatan Edisi 3 Alih Bahasa dr. Jan

Tamboyang EGC: Jakarta

Carpenito & M0yet, 2012. Handbook Of Nursing Diagnosis. Ed USA : Lippincot

Williams & Wilkins Inc.

Corwin. 2009. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :

EGC

Fraser Diane & Cooper Margaret .2009 Rencana Asuhan Keperawatan Medical

Bedah. Jakarta.EGC

Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Marlyn D.2009 Rencana Asuhan Keperawatan EGC : Jakarta

Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media

AesculapiusJakarta

Noer sjaifullah 2006.Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

Potter & Perry 2012, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi

keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2.

lv
EGC : Jakarta

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta

Varney H. 2006. Bukuajar asuhan keperawatan padaklien dengan gangguansitem

hematologi. Jakarta : Salemba Medika.

lvi

Anda mungkin juga menyukai