Di Susun Oleh:
Nama : Cindra
NIM : 2019.C.11a.1039
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra
Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangkaraya.
Pembimbing Lahan
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Juga
Asuhan Keperawatan dengan judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Kebutuhan Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat” Laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi ataupun melengkapi tugas mata
kuliah Praktik Praklinik Keperawatan I.
Laporan Pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak .Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.Kes Selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina ,Ners., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ners STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Araini , S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata Kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan I.
4. Yelstria Ulina Tarigan, S.Kep.,Ners Selaku dosen pembimbing Akademik
5. Secara Khusus kepada pihak dari Rumah Sakit Doris Sylvanus yang telah memberikan izin
tempat.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini
mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurnaq . Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan
laporan pendahuluan dan juga asuhan keperawatan ini dapat mencapai sasaran yang
diharapkan sehingga dapar bermanfaat bagi kita semua.
Cindra
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
2.1 Konsep Dasar Anemia..........................................................................................
2.1.1 Definisi
2.1.2 Klasifikasi Anemia..........................................................................................
2.1.3 Etiologi............................................................................................................
2.1.4 Manisfetasi Klinis............................................................................................
2.1.5 Patofidiologi....................................................................................................
2.1.6 Komplikasi......................................................................................................
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................
2.1.8 Penetalaksanaan...............................................................................................
2.2 Konsep Dasar Kebutuhan Aktifitas dan Istirahat ...........................................
2.2.1 Kebutuhan Aktifitas.........................................................................................
2.2.2 Kebutuhan Istirahat.........................................................................................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan.....................................................................
2.3.1 Pengkajian.......................................................................................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................
2.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan........................................................................
2.3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................
iv
3.2 Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara
berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia.Anemia banyak terjadi
pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil.Anemia pada remaja putri sampai saat ini
masih cukup tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia
dunia berkisar 40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar 2
26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI, 2013). Anemia
merupakan salah satu factor penyebab tidak langsung kematian ibu hamil.Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia adalah derajat tertinggi bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.
Perempuan yang meninggal Karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami
penurunan pada tahun 2013 sebesar 289.000 orang.Target penurunan angka kematian ibu sebesar
75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015). Jika perempuan mengalami anemia akan sangat
berbahaya pada waktu hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan
berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurangdari 2,5 kg). Selainitu, anemia
dapat mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan (Rajab,
2009).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%
dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24
tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012
menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu
nifas sebesar 45,1%, remaj aputri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19- 45 tahun sebesar
39,5%. Wanita mempunyai resiko terkenan anemia paling tinggi terutama pada remajaputri
(Kemenkes RI, 2013). Indonesia merupakan salahsatu dari 45besar negara dengan jumlah
penderita Anemiaterbanyak.Pada tahun 2014, Negara yang tergolong tengah berkembang ini
baru menempati peringkat ke30, dengan jumlah penduduk 3 yang pernah menderita
Anemiasebanyak 3,2juta jiwa. Peringkat ini diprediksi akan naik duatingkat
(menjadiperingkatke-28) pada tahun 2025. Sumatera Barat yang mengalami anemia sebesar
72%.Dari hasil laporan Dinas Kesehatantahun 2013kejadian anemia adalah 18,7%, tahun 2014
sebanyak 11,2% (Dinas KesehatanSumbar, 2013). Dari data yang di dapat di Ruang Rawat Inap
Ambun Suri Lantai IIIRSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2018 dari bulan Januari
sampai dengan bulan Juni ditemukan sebanyak 41 orang yang mengalami penyakit Anemia.
Peran seorang perawat dalam kasus ini adalah memberikan inform
vi
operasi appendectomy di ruangan Eboni RSP UNAND Padang.
Berdasarkan latar belakang yang diatas maka rumusan masalah pada penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien anemia di ruang dahlia RSUD
Dr.Doris Slvanus Palangakaraya
1.3 Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada Pasien anemia di ruang dahlia
RSUD Dr.Doris Slvanus Palangakaraya
2. Tujuan Khusus
Anemia
. Sebagai bahan dan informasi bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit anemia.
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan penerapan asuhan keperawatan yang telah dipelajari di lembaga pendidikan.
vii
BAB II
TINJAU PUSTAKA
Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen akibat penurunan
produksi sel darah merah, dan / atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah. Anemia sering
didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb dalam darah sampai di bawah rentang normal 13,3 gr
% (pria), 11,5 gr% (wanita dan 11 gr% (anak-anak) (Fraser, Diane M, 2009).
Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen; hal tersebut dapat
terjadi akibat penurunan Sel Darah Merah (SDM), dan / atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam
darah. (Fraser Diane dan Cooper A Margaret, 2009) Sesuai dengan pengertian anemia menurut
para ahli, penulis dapat menyimpul kananemia adalah menurunnya jumlah sel darah merah
ataukonsentrasihemoglobin dalam sirkulasi darah menurun.
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limpa.Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lainkarena
berbentuk cairan.Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% -
10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap
orangtidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah.
Darah terdiri atas 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit, dan protein
darah.
2) Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini.
3) Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± red blood cell).
4) Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).
viii
Gambar sel darah merah
Tabel 2.1
1. Hemoglobin<10gr/dl
2. Hematokrit <30%
3. Eritrosit <2,8juta
Tabel 2.2
ix
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
1) Antigen A, B dan O
2)Antigen Rh
Proses penghacuran sel darah merah terjadi karena proses penuaan dan proses patologis.
Hemolisis yang tejadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen hemoglobin yaitu
komponen protein dan komponen heme.
1)Eosinofil
2)Basofil
3)Neutrofil
x
Fungsi sel darah putih :
1) Sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan bibit penyakit, bakteri yang
masuk ke dalam tubuh jaringan RES (sistem retikulo endotel).
2) Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak dari dinding ususmelalui limpa
terus ke pembuluh darah Jenis sel darah putih
1) Agranulosit
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter 10- 12mikron. Dibagi
menjadi 3 jenis berdasarkan pewarnaannya :
a) Neutrofil
c) Basofil
Granula berwarna biru dengan pewarnaan basa, sel ini lebih kecil daripadaeosinofil, tetapi
mempunyai inti yang bentuknya teratur. Eusinofil, neutrofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit
dalam mencerna dan menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel.
2) Granulosita
a) Limfosit
Limfosit memiliki nucleus bear bulat dengan menempati sebagian besar sel limfosit berkembang
dalam jaringan limfe
1) Limfosit T
2) Limfosit B
xi
Terbentuk di sumsum tulang lalu bersirkulasi dalam darah sampaimenjumpai antigen
dimana mereka telah diprogram untuk mengenalinya.Pada tahap ini limfosit B mengalami
pematangan lebih lanjut dan menjadi sel plasma serta menghasilkan antibodi.
b) Monosit
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang
terbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Trombosit
berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Fungsi lain dalam trombosit yaitu untuk
mengubah bentuk dan kualitas setelah berikatan dengan pembuluh darah yang cedera.
Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning
kuningan.Hampir 90% plasma terdiri atas air. Plasma diperoleh dengan memutar sel darah,
plasma diberikan secara intravena untuk: mengembalikan volume darah, menyediakan substansi
yang hilang dari darah klien
2.1.2.5 Limpa
merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu kepalan tangan. Limpa
terletak pada pojok atas kiri abdomen dibawah kostae. Limpa memiliki permukaan luar konveks
yang berhadapan dengan 13 diafragma dan permukaan medialyang konkaf serta berhadapan
dengan lambung, fleksura, linealis kolon dan ginjalkiri.Limpa terdiri atas kapsula jaringan
fibroelastin, folikel limpa (masa jaringan limpa),dan pilpa merah ( jaringan ikat, sel eritrost, sel
leukosit). Suplai darah oleh arterilinealis yang keluar dari arteri coeliaca.
Fungsi Limpa
f) Pembentukan immunoglobulin.
xii
g)Pembuangan partikel asing dari darah.
1. Mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
3. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikankeseluruh
jaringan/alat tubuh.
4. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui
kulit dan ginjal
9. Mencegah perdarahan.
2.1.3 Etiologi
c) Ganguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di temukan di Asia Tenggara)
d) Keracuanan timah
xiii
c) Gangguan hemolisis darah
e) Ganggauan C hemoglobin
Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan bahan baku
pembuat sel darah dan hemoglobin. Kekurangan zat besi (Fe) dapat disebabkan oleh berbagai hal
yaitu :
B. Penurunan resorbsi karena kelainan pada usus atau karena banyak mengkonsumsi teh.
D. Jika kebutuhan Fe tidak dipasok denang pemberian nutrisi yang mencukupi, maka akan
mengalami defisiensi Fe.
Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan asam folat atau disebut dengan
anemia defisiensi asam folat. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan
RNA yang penting untuk metabolisme inti sel. DNA diperlukan untuk sintesis, sedangkan RNA
untuk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah, anemia megaloblastik tergolong dalam
anemia makrositik, seperti pada anemia pernissiosa.
xiv
B. Gangguan absorbsi. Adanya penyakit/ ganggguan pada gastrointestinal dapat menghambat
absorbsi bahan makanan yang diperlukan tubuh.
C. Pemberian obat yang antagonis tehadap asam folat. Obat-obat tersebut dapat menghambat
kerja asam folat dalam tubuh, karena mempunyai sifat yang bertentangan.
Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12.Anemia pernisiosa ini
tergolong anemia defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya tergolong anemia makrositik
normokromik, yaitu ukuran sel darah merah yang besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb
normal.VitaminB12 (kobalomin) berfungsi untuk pematangan normoblas, metabolisme jaringan
saraf dan purin. Selain asupan yang kurang, anemia pernisiosa dapat disebabkan karena adanya
kerusakan lambung, sehingga lambung tidak dapat mngeluarkan secret yang berfungsi untuk
absorbsi B12.
Terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang passif (perdarahan terusmenerus dalam jumlah
banyak) seperti pada kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan hebat yang dapat
terjadi secara mendadak maupun menahun. Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan
terjadi reflek cardiovascular yang fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah
ke organ yang kurang vital dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung).
Kehilangan darah yang mendadak lebih berbahaya dibandingkan dengan kehilangan darah dalam
waktu lama. Selain reflek kardiovaskuler, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskuler ke
intravaskuler agar tekanan osmotic dapat dipertahankan. Akibatnya, terjadi hemodialisis dengan
gejala :
1. Rendahnya Hemoglobin, eritrosit, dan hematokrit
2. Leucositosis
Merupakan anemia yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah semua sel
darah) darah tepidan menurunya selularitas sumsum tulang.Berdasarkan bentuk sel darahnya,
anemia ini termasuk anemia normisitik seperti anemia pasca perdarahan. Beberapa penyebab
terjadinya anemia aplastik adalah:
xv
1. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah merah. Penurunan sel
induk terjadi karena bawaan,selain karena bawaan penurunan sel induk bisa terjadi karena
adanya pemakaian obat-obatan seperti bisulfan, kloranfenikol, dan klopromazina. Obat-obat
tersebut mengakibatkan penekanan pada sumsum tulang.
2. Lingkungan mikro (micro environment) seperti radiasi dan kemoterapi yang lama dapat
mengakibatkan sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel.
3. Penurunan poitin, sehingga yang berfungsi merangsang tumbuhnya sel-sel darah dalam
sumsum tulang tidak ada.
4. Adanya sel inhibitor (T. limposit) sehingga menekan / menghambat maturasi sel-sel induk
pada sumsum tulang.
Merupakan anemia yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/ prematur.Secara
normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari. Adanya penghancuran eritrosit yang berlebihan
akan mempengaruhi fungsi hepar, sehingga ada kemungkinan terjadinya peningkatan bilirubin.
Selain itu, sumsum tulang dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak system eritropoetik dari
biasanya, sehingga banyak dijumpai eritrosit dan retikulosit pada darah tepi.Kekurangan bahan
pembentuk sel darah, seperti vitamin, protein, atau adanya infeksi dapat mengyebabkan
ketidakseimbangan antara penghancuran dan pembentukan system eritropoetik. Penyebab
anemia hemolitik diduga adalah :
Merupakan anemia yang terjadi karena sintesa Hemoglobin abnormal dan mudah rusak,
serta merupakan penyakit keturunan (hereditary hemoglobinopathy).Anemia sickle cell ini
menyerupai anemia hemolitik.
2.1.4 Klasifikasi
Anemia Aplastik
1. Penyebab
xvi
Sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah merah.
2. Gejala Klinis
Pucat
Cepat lelah
Lemah
3. Pemeriksaan penunjang
Terdapat pensitopenia sumsum tulang kosong diganti lemak, neotrofil kurang dari 300
ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang dari 1% dan kepadatan seluler sumsum
tulang kurang dari 20%.
4. Pengobatan
Berikan transfusi darah “Packed cell”, bila diberikan trombosit berikan darah segar/ platelet
concentrate.
Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic, hygiene yang baik perlu untuk mencegah
timbulnya infeksi.
Untuk anemia yang disebabkan logam berat dapat diberikan BAC (Britis Antilewisite
Dimercaprol)
Prednison dan testoteron (Prednison dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral, Testoteron dosis 1-2
mg/kg BB/hari secara parenteral, Hemopocitik sebagai ganti testoteron dosis 1-2 mg/kg BB/hari
per oral)
1. Penyebab
xvii
2. Gejala klinis
Tampak lelah dan lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabe dan tidak tampak sakit karena
perjalanan penyakit menahun, tampak pucat terutama pada inukosa bibir, faring, telapak tangan
dan dasar kuku, konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau berwarna putih mutiara dan jantung
agak membesar.
3. Pemeriksaan penunjang
Ferritin serum rendah kurang dari 30 mg/l, MCV menurun ditemukan gambaran sel
mikrositik hipokrom, Hb dan eritrosit menurun.
4. Pengobatan
Anemia Hemolitik
1. Penyebab
a. Faktor instrinsik
b. Faktor ekstrinsik
Akibat reaksi non immunitas (akibat bahan kimia atau obat-obatan, bakteri)
Akibat reaksi immunitas (karena eritrosit diselimuti anti body yang dihasilkan oleh tubuh itu
sendiri)
2. Gejala klinis
Badan panas, menggigil, lemah, mual muntah, pertumbuhan badan yang terganggu, adanya
ikhterus dan spelenomegali.
3. Pemeriksaan penunjang
xviii
Terjadi penurunan Ht; penggian bilirubin inderik dalam darah dan peningkatan bilirubin total
sampai 4 mg/dl dan peninggian urobilin.
4. Penatalaksanaan
Tergantung dari penyakit dasarnya, splenoktomi merupakan tindakan yang harus dilakukan.
- Sferositosis konginital
- Hipersplenisme
- Limfa yang terlalu besar sehingga menimbulkan gangguan mekanisme Berikan kortikosteroid
pada anemia hemolisis autoimum, transfusi darah dapat diberikan jika keadaan berat.
Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah
secara berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi
sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah
mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan
dasar:
b) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia
xix
PatofisiologiWOC
xx
2.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala:
5. Komplikasi tertentu atau keadaan penyerta yang mengakibatkan anemia. Semakin cepat
perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Pada orang yang normal penurunan
hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokirt tanpa gejala yang tampak atau
ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%, sedangkan
kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang sama.
Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama dengan kadar
hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak ada gejala sama
sekali selain takikardi ringan saat latihan. Dispnea latihan biasanya terjadi hanya dibawah 7,5
g/dl, kelemahan hanya terjadi dibawah 6 g/dl, dispnea istirahat dibawah 3 g/dl, dan gagal jantung
hanya pada kadar sangat rendah 2-2,5 g/dl. Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami
berat mengalami gejala, dibanding orang yang tenang. Pasien dengan hipotiroidisme dengan
kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak bergejala sama sekali, tanpa takikardia atau
peningkatan curah jantung, pada kadar hemoglobin dibawah 10 g/dl.
Tanda dan gejala anemia sebenarnya bisa dideteksi . Sebenarnya kita bisa mengenali tanda
anemia itu salah satu cara untuk bisa menangani semenjak awal anemia ini dan juga memberikan
pengobatan anemia itu sendiri. Tanda anemia bisa berupa :
a) Klien terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa keseluruh tubuh
berkurang karena media transport hemoglobin berkurang sehingga tentunya yang membuat
energy berkurang dan dampaknya adalah lemah, letih dan lesu
b) Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas, karena darah yang
membawa oksigen berkurang, aliran darah serta oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak
pada indra penglihatan dengan pandangan mata yang berkunang-kunang
d) Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit
xxi
e) Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka klien bisa menunjukkan tanda-tanda detak
jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki
2.1.7 Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat,
gagal jantung kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan cepat lelah
waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengurangan oksigen
Komplikasi:
4. Daya konsentrasi menurun Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-
anak kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel darah
merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak menurun.Pada orang
dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung progresif.
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-
serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan
ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria yang sering
berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus
Hemoglobin Strait juga dapat mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007)
xxii
g) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput humeri, daktilitis (biasanya
pada anak kecil)
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular rerata)
dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik
(DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt): 3,9 juta
per mikro liter pada wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
4. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang
terhadap kehilangan darah/hemolisis).
5. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan
tipe khusus anemia).
6. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel
darah merah : atau penyakit malignasi.
7. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
9. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik). Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000–10.000
permokro liter
10. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)
a. Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000–400.000 per mikro liter darah. Hemoglobin
elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin
serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Perdarahan Pucat Infeksi sekunder Nyeri
akut Defisit Volume cairan Perfusi jaringan menurun Mobilitas fisik menurun Kelelahan
Intoleransi Aktivitas Gangguan Integritas kulit
11. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi
xxiii
13. TBC serum : meningkat (DB)
19. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik
bebas (AP).
20. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP),
lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
2.1.9.1 Keperawatan
a) Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang
mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat
besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal
ini mungkin melibatkan operasi.
b) Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang seringkali
suntikan seumur hidup vitamin B12. Anemia karena kekurangan asam folat diobati dengan
suplemen asam folat.
c) Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Suplemen zat
besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini. Namun, jika gejala menjadi parah,
transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal,
dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.
d) Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang
berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat. Perlu obat penekan kekebalan tubuh
untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh dan memberikan kesempatan sumsum tulang
ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi lagi.
e) Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat berkisar
dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.
xxiv
f) Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan tertentu,
mengobati infeksi terkait dan menggunakan obatobatan yang menekan sistem kekebalan, yang
dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan
kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang
sel-sel darah merah.
g) Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen, obat
menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan
antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.
2.1.9.2 Medis
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
a) Transpalasi sel darah merah.
f) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau. Pengobatan (untuk pengobatan
tergantung dari penyebabnya) :
1. Anemiadefisiensi besi
a) Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti
ikan, daging, telur dan sayur.
b) Pemberian preparat fe
4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfuse darah.
xxv
2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Aktivitas dan Istirahat
2.2.1 Kebutuhan Aktifitas
1. Definisi Aktivitas
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan
aktivitas, seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak
terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
2. Fisiologi Aktivitas
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal
dan sistem persarafan.
Sistem skeletal berfungsi:
1) Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
2) Melindungi bagian tubuh tertentu seperti paru, hati, ginjal, otak
3) Tempat melekatnya otot dan tendon
4) Sumber mineral seperti garam dan fosfat
5) Tempat produksi sel darah.
Ada 206 tulang dalam struktur tubuh manusia yang kemudian dikelompokkan
menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang keras, tulang ekstremitas dan tulang
tak beraturan. Antara tulang yang satu dengan tulang yang lain dihubungkan
dengan sendi yang yang memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang dan sendi
membentuk rangka, sedangkan sistem otot berfungsi sebagai:
a. Pergerakan
b. Membentuk postur
c. Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi
Sistem persarafan berfungsi sebagai:
b. Sel saraf atau neuron membawa impuls dan kemudian memberikan respons
melalui saraf efferent.
xxvi
c. Saraf efferent menerima respond an diteruskan ke otot rangka.
Ada tiga faktor penting proses terjadinya pergerakan atau kontraksi yaitu:
a. Stimulasi saraf motorik
Kontraksi otot dimulai karena adanya stimulasi dari saraf motorik yang
dikontrol oleh korteks serebri, cerebellum, batang otak, dan bangsal
ganglia.Upper motor neuron merupakan saraf yang berjalan dari otak ke sinaps
pada bagian anterior horn medulla spinalis sedangkan lower motor neuron
merupakan saraf-saraf yang keluar dari medulla spinalis menuju ke otot rangka.
Signal listrik dan potensial aksi terjadi sepanjang mealin sepanjang akson saraf
motorik yang berjalan secara salutatory conduction. Impuls listrik berjalan dari
saraf motorik ke sel otot melalui sinaps dengan bantuan neurotransmitter
aserilkolin.
b. Transmisi neuromuscular
Aserilkolin dihasilkan dari vesikel pada akson terminal. Adanya depolarisasi
dan potensial aksi pada akson terminal merangsang ion kalsium dari cairan
ekstraseluler kemudian terjadi perpindahan ke membran akson terminal.
Bersamaan dengan itu, molekul asetilkolin masuk ke celah sinaps yang
selanjutnya akan ditangkap oleh reseptor maka terjadilah potensial aksi pada
sel otot dan terjadilah kontraksi. Setelah asetilkolin terpakai selanjutnya
dipecah atau dihidrolis oleh enzim asetilkolnesterase menjadi kolin yang
kemudian ditranspor kembali ke akson untuk bahan pembentukan asetilkolin.
c. Eksitasi-kontraksi coupling
Merupakan mekanisme molekuler peristiwa kontraksi. Adanya impuls di
neuron motorik menimbulkan ujung akson melepaskan asetilkolin dan
menimbulkan potensial aksi di serat otot. Potensial aksi menyebar ke seluruh
serat otot sampai ke sistem T. keadaan ini mempengaruhi retikulum
sarkoplasma melepaskan ion kalsium yang kemudian diikat oleh troponin C,
sehingga ikatan troponin I dengan aktin terlepas. Lepasnya ikatan troponin I
dengan aktin menimbulkan tropomiosin bergeser dan terbukalah celah atau
biding site aktin sehingga terjadi ikatan antara aktin dan miosin serta kontraksi
otot terjadi.
xxvii
3. Energi Untuk Kontraksi
Energi untuk kontraksi diperoleh dari Adenosine Triphospat (ATP), sebelum dapat
digunakan ATP dipecah menjadi ADP dan ionorganik fosfat oleh enzim. Tipe
Kontraksi :
Kontraksi isometrik
Kontraki iometrik terjadi saat otot membentuk daya atau tegangan tanpa harus
memendek untuk memindahkan suatu beban, misalnya gerakan mendorong meja
dengan tangan lurus, tegangan yang terbentuk dalam otot untuk mempertahankan
kepala dan tubuh untuk tetap tegak.
Kontraksi isotonik
Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek untuk
mengangkat atau memindahkan suatu beban.
2.2.2 Istirahat Dan Tidur
1. Definisi Istirahat Dan Tidur
Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan,
aktivitas maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat
dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya.
Istirahat adalah sesuatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar.
Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badan yang berbeda.
2. Fisiologi Istirahat Dan Tidur
Irama Sirkardian
Irama siklus 24 jam siang-malam disebut irama sirkardian. Irama sirkardian
mempengaruhi perilaku dan pola fungsi biologis utama seperti suhu tubuh, denyut
jantung, tekanan darah, sekresi hormone, kemampuan sensorik dan suasana hati.
Irama sirkardian dipengaruhi cahaya, suhu dan faktor eksternal (aktivitas social dan
rutinitas pekerjaan). Setiap individu memiliki jam biologis sendiri. Kecemasan,
kurang istirahat, mudah tersinggung, dan gangguan penilaian merupakan gejala
gangguan tidur.
xxviii
SAR merupakan sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga.
Pengeluaran serotonin dari pons dan otak bagian tengah menimbulkan rasa kantuk
yang selanjutnya tidur. Terjaganya seseorang bergantung dari keseimbangan impuls,
reseptor sensori perifer dan sistem limbik.
3. Tahapan Tidur
Normalnya tidur dibagi menjadi dua, yaitu nonrapied eye movement (NREM) dan
rapied eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menadi empat
tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur.
Sedangkan tahap REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur
berakhir.
Tahapan tidur NREM:
Tahap I NREM
Tingkat transisi, merespons cahaya, berlangsung beberapa menit, mudah terbangun
dengan rangsangan, aktivitas fisik menurun, tanda vital, dan metabolisme menurun,
bila terbangun terasa sedang bermimpi
Tahap II NREM
Periode suara tidur, mulai relaksasi otot, berlangsung 10-20 menit, fungsi tubuh
berlangsung lambat, Dapat dibangunkan dengan mudah
Tahap III NREM
Keadaan tidur nyenyak, sulit dibangunkan, relaksasi otot menyeluruh, tekanan darah
menurun, berlangsung 15-30 menit
Tahap IV NREM
Tidur nyenyak, Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif, UntUk restorasi
dan istirahat, tonus otot menurun, Sekresi lambung menurun, Gerak bola mata cepat.
Tahapan tidur REM:
2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.
3) Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi
4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi.
xxix
Karakteristik tidur REM yaitu :
Mata (cepat tertutup dan terbuka), otot-otot (kejang otot kecil, otot besar imobilisasi),
pernapasan (tidak teratur, kadang dengan apnea), nadi (cepat dan ireguler), tekanan
darah (meningkat atau fluktuasi), sekresi gaster (meningkat), metabolisme (meningkat,
temperatur tubuh naik), gelombang otak (EEG aktif), siklus tidur (sulit dibangunkan).
4. Pola Tidur Normal
a) Neonatus sampai dengan 3 bulan
Kira-kira membutuhkan 16jam/hari, mudah berespons terhadap stimulus, pada
minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM.
b) Bayi
Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam, usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun
kira-kira tidur 14jam/hari, tahap Rem 20-30%.
c) Toddler
Tidur 10-12 jam/hari, tahap REM 25%.
d) Preschooler
Tidur 11 jam pada malam hari, tahap REM 20%.
e) Usia sekolah
Tidur 10 jam pada malam hari, tahap REM 18,5%.
f) Adolensia
Tidur 8,5 jam pada malam hari, Tahap REM 20%.
g) Dewasa muda.
Tidur 7-9jam/ hari, tahap REM 20-25%.
h) Usia dewasa pertengahan
Tidur ± 6jam /hari, tahap REM 20%.
i) Usia Tua
Tidur ± 6 jam/ hari, tahap REM 20-25%, Tahap IV NREM menurun dan
kadang-kadang absen, sering terbangun pada malam
5. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur
a) Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang lebih banyak
dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur
xxx
atau tidak dapat tidur.
b) Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyama, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
c) Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan
untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
d) Kelelahan
Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap
REM.
e) Kecemasan
Pada keadaaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpastis
sehingga terjadi tidurnya.
f) Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
g) Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain:
Diuretik: menyebabkan insomnia
Anti depresan: supresi REM
Kafein: meningkatkan saraf simpatis
Beta bloker: menimbulkan insomnia
Narkotika: mensupresi REM.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Nama, Umur : biasa nya yang terserang anemia umumnya adalah dewasa,
Jenis Kelamin : biasa nya yang dominan terkena Anemia adalah perempuan
xxxi
Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, No. Register, Diagnosa
medis Penanggung jawab, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan pasien
B. Alasan Masuk
C. Riwayat Kesehatan
d. Sakit kepala
f. Kesulitan menelan
g. Dyspepsia, anoreksia
j. Penurunan penglihatan
e. Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti kanker payudara,
leukimia, dan multipel mieloma.
xxxii
f. Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan penyinaran dengan radiasi.
g. Apakah pernah menderita penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati.
i. Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti vitamin B12 asam folat,
vitamin C dan besi.
D. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
N :Biasana meningkat
P :Biasanya cepat
S :Biasanya meningkat
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
2) Mata
xxxiii
3) Telinga
4) Hidung
Kesimetrisan,fungsi penciuman, kebersihan, apakah ada perdarahan pada hidung atau tidak.
5) Mulut
Keadaan mukosa mulut, kebersihan mulut, keadaan gigi, kebersihan gigi, stomatitis (sariawan
lidah dan mulut)
6) Leher
Kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid / tidak, adanya pembesaran kelenjar getah
bening.
7) Thorax
Paru-paru :
I :Pergerakan dinding dada, takipnea,orthopnea, dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek, dan
cepat lelah saat melakukan aktivitas jasmani merupakan menifestasi berkurangnya pengiriman
oksigen.
P :Sonor
Jantung
P :pekak
8) Abdomen
I : Kesimetrisan,diare,muntah,melena / hematemesis.
xxxiv
P : Terdapat bunyi timpani,
11) Ekstermitas : Pucat pada kulit, dasar kuku, dan membrane mukosa, Kuku mudah patah dan
berbentuk seperti sendok, kelemahan dalam melakukan aktifitas.
13) Persyarafan
Nervus I (Olfaktorius) : Suruh klien menutup mata dan menutuo salah satu lubang hidung,
mengidentifikasi dengan benar bau yang berbeda (misalnya jeruk nipis dan kapas alkohol)
Nervus II (Optikus) : Persepsi terhadap cahaya dan warna, periksa diskus optikus, penglihatan
perifer.
Nervus III (Okulomotorius) : Kelopak mata terhadap posisi jika terbuka, suruh klien mengikuti
cahaya
Nervus IV (Troklearis) : Suruh klien menggerakan mata kearah bawah dan kearah dalam.
Nervus V (Trigeminus) : Lakukan palpasi pada pelipis dan rahang ketika klien merapatkan
giginya dengan kuat, kaji terhadap kesimetrisan dan kekuatan, tentukan apakan klien dapat
merasakan sentuhan diatas pipi (bayi muda menoleh bila area dekat pipi disentuh) dekati dari
samping, sentuh bagiang mata yang berwarna dengan lembut dengan sepotong kapas untuk
menguji refleks berkedip dan refleks kornea.
Nervus VI (Abdusen) : Kaji kemampuan klien untuk menggerakan mata secara lateral.
Nervus VII (Fasialis) : Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi larutan manis (gula),
asam (lemon). Kaji fungsi motorik dengan cara tersenyumdan menglihatkan giginya.
Nervus IX (Glosofaringeus) : Uji kemampuan klien untuk mengidentifikasi rasa pada lidah.
Nervus X (Vagus) : Kaji klien refleks menelan, sentuhkan tong spatel pada lidah ke posterior
faring untuk menentukan refleks muntah, jangan menstimulasi jika ada kecurigaan epiglotitis.
xxxv
Nervus XI (Asesorius) : Suruh klien memutar kepala kesamping dengan melawan tahanan,
minta klien untuk mengangkat bahunya kemudian kita tahan apakah klien mampu untuk
melawannya.
Nervus XII (Hipoglasus) : Minta klien untuk mengeluarkan lidahnya,periksa deviasi garis
tengah, dengarkan kemampuan anak untuk mengucapkan ‘R’.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Bakta, 2006).
1. pemeriksaan penyaring (terdiri dari pengukuran kadar Hb, indeks eritrosit, dan apusandarah
tepi).
2. pemeriksaan darah seri anemia (meliputi hitung leukosit, trombosit, retikulosit, dan lajuendap
darah).
3. pemeriksaan sumsum tulang, dan pemeriksaan khusus sesuai jenis anemia. Selain itu,
diperlukan pulaa pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal,
atau faal tiroid. Tahap diagnosis anemia terdiri dari
4. menentukan ada tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil pengobatan
(Bakta, 2006).
Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya perti anemia akibat
penyakit kronik, thalassemia, dan anemia sideroblastik. Perbedaan yang ditemukan diantaranya
seperti derajat anemia, (Bakta, 2006)
b) Jumlah eritrosit : menurun , menurun berat (aplastik), mikrositik dengan eritosit hipokromik,
peningkatan, pansiitopenia (aplastik)
d) Pewarnaan Sel darah merah: mendeteksi perubahan warna & bentuk (dapat mengindikasikan
tipe khusus anemia)
xxxvi
f) Massa hidup Sel darah merah : untuk membedakan diagnosa anemia
h) Sel darah putih : jumlah sel total sama dengan Sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
p) Guaiiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukkan
perdarahan akut/kronis.
q) Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatann pH dan tak adanya asam hidrokolorik
bebas.
r) Aspirasi sum-sum tulang/pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia
1.2.2 Diagnosa
1. . Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d Penurunan hemokosentrasi darah
2. Intoleransi aktifitas b.d penurunan sel darah merah
3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyait anemia
1.2.3 Intervensi
xxxvii
1 Ketidak efektifan Perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor keadaan umum
jaringan perifer b.d
keperawatan 2. Ukur tanda – tanda vital
penurunan
hemokosentrasi darah 2 x 24 jam masalah perfusi 3. Monitor intake & output
jaringan dapat teratasi hasil : 4. Observasi pemberia cairan
- Tanda – tanda vital IV (RL)
dalam batas normal 5. Pemberian tranfusi darah
- Mukosa bibir lembab sesuai program Anjurkan
Hb lebih dari 10 j/dl keluarga untuk memotivasi
pasien minum banyak
2 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Motivasi pasien untuk
penurunan sel darah
keperawatan 3 x 24 jam melakukan aktifitas
merah
toleransi aktifitas dapat 2. Pantau asupan nutrisi
dilakukan dengan kriteria untuk memastikan
hasil : keadekuatan sumber-
- Pasien dapat sumber energi
beraktifitas dengan normal 3. Pantau pola istirahat
- Asupan nutrisi adekuat pasien
4. Kolaborasi dalam
pemberian transfusi
darah
3 Kurang pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan
kurangnya informasi keperawatan 2 x 24 jam pasien tentang penyakit
masalah kurang pengetahuan anemia
dapat teratasi dengan kriteria 2. Berikan informasi yang
hasil : tepat kpd pasie tentang
Pasien mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
penyakit yang sedang
dialamunya
1.2.4 Implementasi
xxxviii
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan ( Potter & Perry,
2012)
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
BAB III
xxxix
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa :Cindra
Nim :2019.C.11a.1039
Ruang Praktek :Dahlia
Tanggal Praktek :09 Juli 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 09 Juli 2021 jam 08:00 WIB
I. PENGKAJIAN
A. Biodata Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Timpah Jl.Jaga Nyaring Rt 02
Pekerjaan :-
Agama : Kristen Prostestan
Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Dayak/indonesia
Status : Menikah
Diagnosa Medis : Anemia
Tgl MRS : 09 juli 2021
B. Penanggung Jawab
Nama : Tn A
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Timpah jl jaga nyaring Rt02
Perkerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Dayak/indonesia
Agama : Kristen Prostestan
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan pasien : Suami
xl
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Badan terasa lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dr.Doris Sylvanus pada tanggal 09 Juli 2021 dengan
keluhan badan terasa lemas,pusing,pucat anemis, TTV pasien TD: 180/90 mmHg, N:
80 x/menit, S: 38,3 ̊ C, RR: 22 x/mnt.
Pada saat pengkajian pada tanggal 09 Juli 2021 jam 08.00 WIB di Ruang Dahlia
RSUD dr.Doris Sylvanus pasien mengatakan merasakan lemah dan letih, BAB 3x,
haus, membran mukosa bibir kering, kulit teraba hangat dan tampak kemerahan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah BAB berwarna hitam
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti yang dialami pasien.
GENOGRAM KELUARGA
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan :
: Hubungan keluarga
- - - - - - : Tinggal serumah
: Laki-laki
xli
: Perempuan
X : Meninggal
: Klien
xlii
Klien biasa tidur 6-8 jam, tidur dengan nyenyak
- Saat dikaji
Klien dapat tidur 8 jam per hari saat dirawat di RS
6. Berpakaian
- Sebelum sakit
Klien biasa memakai pakaian sendiri tanpa bantuan orang lain
- Saat dikaji
Selama dirawat klien dalam berpakaian di bantu keluarga
7. Personal Hygiene
- Sebelum sakit
Klien sebelum sakit biasa mandi 2x per hari serta menggosok gigi 2 x per hari
- Saat dikaji
Selama dirawat klien dibantu perawat dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
personal hygienenya
8. Aman dan nyaman
- Sebelum sakit
Klien merasa nyaman saat berkumpul dengan sanak keluarganya di rumah
- Saat dikaji
Klien ditemani oleh anak dan anggota keluarganya
9. Komunikasi
- Sebelum sakit
Klien biasa menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi
- Saat dikaji
Klien mudah di ajak komunikasi dengan menggunakan bahasa jawa
10. Keyakinan dan nilai
- Sebelum sakit
Klien seorang muslim, biasa shalat 5 waktu
- Saat dikaji
Klien tidak menjalankan shalat selama sakit dan hanya berdoa untuk
kesembuhannya
E. Keadaan Umum
xliii
- KU : Cukup
- Kesadaran : Compos mentis
- TD : 180/90 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36,0 0 C
- RR : 26 x/menit
xliv
9. Ekstremitas
Atas : Terpasang infuse RL pada vena radialis dextra RL 16 tpm,
akral teraba hangat
Bawah : terdapat odema dipergelangan kaki kanan dan kiri (piting odema+1)
10. Kulit
Tampak kemerahan pada warna kulit
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (16 Juli 2012)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
H. Therapi
1. Oral
- Captopril : 3 x 1 tab
2. Parenteral
- Infus RL : 16 tpm
- Cefo : 2 x 1 gr
- Rantin : 2 x 1 amp
- Lasix (premed) : 1 amp
- Transfusi PRC (Pack Red Cell) 2 kolf
-
I. ANALISA DATA
No Dx Hari/tgl/jam Data Subjektif dan data Kemungkinan Masalah
objektif penyebab
xlv
Jam 09:00 - Pasien mengatakan perifer tidak i darah
lemas dan pusing efektif
Do :
- Anemis,pucat
- Mukosa bibir kering
- TD : 180/90 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- Hb : 5,3 g/dl
Do :
- Pasien terlihat lemah
dalam beraktifitas, misalnya
selalu dibantu dalam
pemenuhan makan dan
toileting
- HB : 5,3 g/dl
xlvi
6. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyait anemia
xlvii
3 Pantau pola
istirahat pasien
Kolaborasi dalam
pemberian transfusi
darah
3 Kurang pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan 1 Kaji pengetahuan
kurangnya informasi keperawatan 2 x 24 jam pasien tentang
masalah kurang pengetahuan penyakit anemia
dapat teratasi dengan kriteria 2 Berikan informasi yang
hasil : tepat kpd pasie
Pasien mengetahui tentang tentang penyakit yang
penyakit yang sedang
dideritanya
dialamunya
1. jumat, 09/07/2012
09.45 1. Memonitor keadaan umum KU cukup
09.50 2. Mengukur tanda-tanda vital TD : 140/80 mmHg
N : 100 x /menit
S : 36,0 0 C
R : 26 x/mnt
10.00
3. Mengobservasi pemberian RL 16 tpm
cairan IV (RL)
10.00
4. Memotivasi pasien untuk Pasien kooperatif
banyak istirahat
10.05
5. Menganjurkan keluarga untuk
memotivasi pasien minum
banyak
xlviii
2. jumat, 09/07/2021
10.10 1. Memotivasi pasien untuk Pasien dapat
melakukan aktifitas memahami
10.15 2. Memantau asupan nutrisi
untuk memastikan Pasien makan ¼
keadekuatan sumber-sumber porsi
energi
10.15 3. Mengkolaborasikan dalam Masuk 1 kolf, tidak
pemberian transfusi darah ada alergi
10.30 4. Memantau pola istirahat pasien Pasien terlihat tidur
3. jumat , 09/07/2021
11.00 1. Mengkaji pengetahuan pasien Pasien tidak
tentang penyakit yang mengetahui tentang
dideritanya penyakitnya
1. sabtu, 10/07/2021
09.30 1. Memonitor keadaan umum KU baik
09.40 2. Mengobservasi pemberian RL 20 tpm
cairan IV (RL)
09.45 3. Mengukur tanda-tanda vital TD : 130/80 mmHg
4. Memberikan tranfusi darah 1
N : 90 x /menit
10.40 kolf
S : 36,0 0 C
R : 20 x/mnt
2. sabtu, 10/07/2021
11.00 1. Memotivasi kembali pasien Pasien dapat
11.10 untuk melakukan aktifitas memahami
2. Memantau asupan nutrisi Pasien makan ½
untuk memastikan porsi
keadekuatan sumber-sumber
xlix
energi
3. Memantau pola istirahat pasien
12.45 Pasien terlihat
beristirahat
3. sabtu, 10/07/2021
13.30 1. Memberikan informasi tentang Pasien kooperatif
penyait yang sedang saat diberika
dideritanya pengertian tentang
penyakitnya
1. sabtu , 10/07/2021
14.30 1. Memonitor keadaan umum KU baik
14.40 2. Mengobservasi pemberian RL 20 tpm
cairan IV (RL)
14.45 3. Mengukur tanda-tanda vital TD : 130/80 mmHg
4. Memberikan tranfusi darah 1
N : 90 x /menit
16.40 kolf
S : 36,0 0 C
R : 20 x/mnt
2. sabtu, 18/07/2021
17.00 1. Memotivasi kembali pasien Pasien dapat
17.10 untuk melakukan aktifitas memahami
2. Memantau asupan nutrisi Pasien makan ½
untuk memastikan porsi
keadekuatan sumber-sumber
energi
19.45 3. Memantau pola istirahat pasien Pasien terlihat
beristirahat
l
V. EVALUASI
No Hari/tgl/ Evaluasi Paraf
Dx Jam
P : Lanjutkan intervensi :
1. Berikan pendidikan kesehatan
li
1. sabru, 10/07/2021 S : Pasien mengatakan lemas dan pusing,
09.00 O : Pasien terlihat lebih fresh,
TD : 130/80 mmHg, N : 90 x /menit
Hb : 9,4 g/dl
A : Masalah gangguan perfusi jaringan belum
teratasi
P : pantau tanda vital dan KU
-kolaborasi pemb tranfusi
P : pertahankan intervensi
lii
TD : 120/80 mmHg, N : 90 x /menit,
Hb : 9,4
A : Masalah gangguan perfusi jaringan belum
teratasi
P: - pantau tanda vital dan KU
- Tranfusi PRC 1 kolf
liii
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
liv
DAFTAR PUSTAKA
Betz & sowden, 2009.Buku saku keperawatan Edisi 3 Alih Bahasa dr. Jan
EGC
Fraser Diane & Cooper Margaret .2009 Rencana Asuhan Keperawatan Medical
Bedah. Jakarta.EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien
AesculapiusJakarta
lv
EGC : Jakarta
lvi