Anda di halaman 1dari 8

Nama : Diki Wahyudi

NIM : 2019.C.11a.1042

Prodi : Keperawatan Tingkat II B

Mata kuliah : Keperawatan HIV-AIDS

Dosen : Kristin Rosela. S. ST.M.Kep

RINGKASAN

Mengenal obat antiretroviral untuk HIV ( ARV )

pasien HIV perlu minum obat antiretroviral (ARV) setiap hari. Ini akan membantu
mengendalikan virus dan memperlambat efeknya pada tubuh selama bertahun-tahun. Apa itu
ARV dan bagaimana obat ini bekerja dalam tubuh?

ARV mengandung tiga zat aktif Tenofovir, Lamivudine, dan Efavirenz (TLE) yang kini tersedia
dalam bentuk Fixed Dose Combination (FDC). Obat ini harus dikonsumsi penderita HIV/AIDS
tanpa putus sepanjang hidup.

Memang, obat ini tidak menyembuhkan HIV secara keseluruhan. Tetapi dapat mengurangi
jumlah virus dalam tubuh seseorang dengan HIV dan membangun sistem kekebalan tubuh cukup
kuat untuk melawan penyakit.

Selain itu, ARV juga tidak bekerja secara aktif membunuh virus. Sebaliknya, obat ini
menargetkan dan memblokir berbagai tahapan siklus hidup virus. Dengan melakukan itu, virus
tidak dapat mereplikasi diri.

Jika pengobatan berlanjut tanpa gangguan, populasi virus akan turun ke titik yang dianggap tidak
terdeteksi.Karena virus tidak terbunuh, ia dapat muncul kembali jika pengobatan tiba-tiba
dihentikan. Maka dari itu, ARV adalah obat penting yang harus terus menerus dikonsumsi pasien
HIV.Hal yang sama dapat terjadi jika obat-obatan tidak dikonsumsi konsisten seperti yang
ditentukan. Seiring waktu, dosis yang tidak konsisten dapat mengarah pada pengembangan
resistansi obat dan akhirnya kegagalan pengobatan.
Bila dokter telah menentukan berapa banyak ARV yang harus dikonsumsi dan berapa kali harus
diminum setiap harinya, hal ini wajib diikuti. Orang dengan HIV harus mengonsumsi ARV
sesegera mungkin, terutama pada mereka yang tengah dalam kondisi hamil, AIDS, dan infeksi
HIV dini.

Obat ARV terdiri dari lima kelas berbeda, yaitu:

 Entry inhibitors
 Nucleoside reverse transcriptase inhibitors
 Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors
 Integrase inhibitors
 Protease inhibitors

Pasien HIV umumnya mengonsumsi beberapa jenis ARV sekaligus. Sebab, ketika digunakan
dalam kombinasi, obat antiretroviral mampu secara efektif menekan banyak mutasi virus yang
bisa ada dalam populasi HIV. Jika obat A tidak mampu menekan mutasi tertentu, maka obat B
dan C biasanya bisa bekerja lebih baik.

Antiretroviral juga bisa digunakan untuk menurunkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak.
Untuk mencegah infeksi setelah paparan yang tidak disengaja, atau membantu orang yang HIV-
negatif agar tidak terinfeksi.

Penggunaannya tentu dibawah pengawasan dokter, sebab setiap orang akan mengonsumsi obat
ini dalam jumlah dan jenis berbeda.

Obat ini pun tak lepas dari efek samping seperti mual, muntah, diare, kelelahan, pusing, ruam
pada kulit, sulit tidur, kesemutan, dan mati rasa. Namun, sering kali efek samping akan hilang
ketika tubuh menyesuaikan diri dengan obat.

Ketersediaan ARV di Indonesia terbatas

Saat ini, ketersediaan ARV TE dalam bentuk FDC sedang mengalami masalah. Menurut
penjelasan Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition, Aditya Wardhana, salah satu
penyebabnya adalah tidak ada kesepakatan harga antara pemerintah dan perusahaan farmasi yang
memiliki izin edar obat tersebut.

"Proses pengadaan obat ARV Fixed Dose Combination jenis TLE ini di tahun 2018 dinyatakan
gagal. Alokasi dana APBN tidak bisa tersalurkan untuk membeli obat tersebut," kata Aditya.
Untuk mengatasi hal ini, Kemenkes melakukan pengadaan darurat dengan menggunakan dana
bantuan donor Global Fund dan membeli obat ARV TLE langsung di India.

"Obat sudah sampai di Jakarta awal Desember 2018 sejumlah 220 ribu botol dan hanya cukup
sampai bulan Maret 2019," katanya.

Setelah stok obat ARV TLE diperkirakan habis pada Maret 2019, proses pengadaan selanjutnya
masih belum dapat dipastikan.

Risiko Efek Samping Obat Antiretroviral (ARV) Dalam Jangka Pendek dan Jangka
Panjang

Rutin mengonsumsi obat-obatan antiretroviral (ARV) membantu banyak orang dengan


HIV/AIDS (ODHA) untuk menjalani hidup lebih yang lebih berkualitas sembari mencegah
risiko penularan ke orang sekitar. Namun, seperti kebanyakan obat, efek samping ARV termasuk
sulit untuk dihindari. Reaksi seperti mual, sakit kepala, sakit perut, gelisah, atau sulit konsentrasi
adalah contoh efek samping obat HIV yang umum.

Di sisi lain, beberapa efek samping obat ARV bahkan bisa terasa sangat serius sehingga
memerlukan konsultasi dokter sesegera mungkin.

Risiko efek samping inilah yang menjadi adalah salah satu alasan terbanyak mengapa orang-
orang berhenti menggunakan obat HIV. Namun, jangan jadikan risiko efek samping obat ARV
sebagai alasan untuk menghentikan pengobatan HIV.

Bahaya efek samping ARV masih bisa diantisipasi melalui penanganan yang tepat. Pengobatan
HIV yang dihentikan secara sengaja malah dapat mengarah pada perkembangan penyakit atau
stadium HIV yang lebih parah.

Tujan pengobatan HIV dengan obat ARV

Rejimen pengobatan dengan ARV berfungsi mencegah HIV semakin berkembang biak dalam
tubuh sekaligus melindungi dan memperkuat sistem imun. Dengan begitu, ODHA dapat
memiliki harapan hidup yang sama dengan orang sehat lainnya

Yang wajib untuk diingat, Anda harus tetap rutin mengonsumsi obat dan jangan mengurangi
dosis kecuali dokter menyarankannya, meskipun Anda merasa tidak nyaman dengan gangguan
kesehatan yang ditimbulkan.
Jika Anda melewatkan banyak dosis atau mengurangi dosisnya sendirian, efektivitas obat
mungkin akan hilang. Namun, ada beberapa obat yang harus segera Anda hentikan saat efek
samping tertentu muncul.

Menurut WebMD, ada 2 jenis dari efek samping ARV, yaitu efek samping jangka pendek dan
jangka panjang.

Efek samping obat ARV jangka pendek

Efek samping obat hiv jangka pendek meliputi kelelahan, mual, diare dan ruam. Efek samping
obat ARV ini dapat berlangsung hingga beberapa minggu dan membaik seiring tubuh
menyesuaikan dengan pengobatan.Efek samping ARV yang bersifat sementara lainnya dapat
meliputi sakit kepala, demam, nyeri otot dan pusing.

Anda harus beri tahukan pada dokter Anda mengenai segala efek samping ARV yang Anda
alami, agar dokter dapat menentukan cara pengobatan terbaik untuk kondisi Anda.

1. Kehilangan nafsu makan

Efek samping obat ARV ini disebabkan oleh jenis obat Abacavir (Ziagen). Dalam mengatasi
efek samping ARV ini, Anda dapat makan beberapa porsi kecil dalam sehari sebagai pengganti 3
porsi besar.

Disarankan untuk mengonsumsi suplemen atau minuman bernutrisi untuk memastikan Anda
mendapatkan cukup vitamin dan mineral, seperti mengonsumsi stimulan penambah napsu
makan, minum jus buah sebagai pengganti air putih.

2. Diare

Diare sebagai efek samping ARV bisa disebabkan oleh konsumsi protease inhibitors dan obat-
obatan lain.

Untuk mengatasi efek samping obat ARV ini, Anda harus mengurangi asupan makanan
berminyak, berlemak, pedas dan produk susu serta lemak yang tidak larut (seperti sayuran
mentah, sereal gandum utuh, kacang-kacangan).

Selain itu, gunakan obat anti diare yang dijual bebas seperti loperamide (Imodium) atau
diphenoxylate dan atropine (Lomotil).

3. Kelelahan

Kelelahan akibat konsumsi antiretrovirus disebabkan oleh berbagai obat-obatan. Dalam


penanganan efek samping ARV ini, penting untuk mengonsumsi makanan sehat untuk
memberikan tenaga lebih dan hindari alkohol serta rokok.

Selain itu, Anda juga perlu untuk berolahraga secara rutin.


4. Depresi

Depresi atau munculnya rasa gelisah dan perubahan mood yang tidak menentu biasanya
disebabkan oleh obat ARV jenis Efavirenz (Sustiva). Dalam mengantisiapsi efek samping obat
ARV ini, Anda harus mengubah waktu pemberian dosis obat.

Selain itu, hindarilah konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang. Efek samping ARV ini juga
bisa diatasi dengan melakukan terapi atau obat-obatan antidepresan.

5. Mual dan muntah

Hampir semua jenis obat-obatan ARV menyebabkan efek samping obat HIV ini.

Cara mengatasi efek samping ARV ini adalah dengan mengonsumsi porsi makanan yang lebih
kecil beberapa kali dalam sehari daripada 3 porsi besar, serta konsumsi makanan hambar seperti
nasi putih dan crackers.

Selain itu, hindari makanan yang berlemak dan pedas. Hidangkan makanan dengan dingin dan
tidak panas. Penting untuk menggunakan obat anti-emetic untuk mengendalikan efek samping
obat ARV yang membuat mual.

6. Ruam

Mengonsumsi jenis obat HIV Nevirapine dapat menyebabkan munculnya ruam di kulit. Dalam
mengatasi efek samping ARV ini, penting untuk melembapkan kulit dengan menggunakan losion
setiap hari dan hindari mandi air panas.

Selain itu, gunakan sabun dan deterjen yang tidak mengiritasi. Kenakan kain yang dapat
bernapas, seperti katun. Konsultasikan pada dokter apakah Anda dapat menggunakan obat
antihistamin.

7. Gangguan tidur

Penyebab dari gangguan tidur saat menjalani pengobatan antiretroviral adalah penggunaan
Elfavirenz (Sustiva) dan jenis obat-obatan HIV lainnya.

Efek samping ARV berupa gangguan tidur dapat diatasi dengan berolahraga secara rutin. Selain
itu, ikuti jadwal tidur dan hindari tidur siang, serta hindari kafein dan stimulan lain beberapa jam
sebelum tidur.

Selain itu, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan obat tidur apabila gangguan
berlanjut.

Efek samping obat ARV jangka pendek


Selain rentetan gejala ringan di atas, risiko efek samping obat ARV bisa serius dan muncul
seiringnya waktu. Efek samping obat ARV ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan jangka
panjang yang memerlukan penanganan medis yang tepat untuk mengatasinya.

1. Perubahan pada distribusi lemak tubuh (Lipodistrofi)

Lipodistrofi disebut juga dengan redistribusi lemak. Artinya, Anda memiliki masalah dalam
produksi, penggunaan, dan penyimpanan lemak.

Efek samping ARV ini dapat termasuk kehilangan lemak di wajah dan anggota gerak, dan
penumpukan lemak jadi berpindah ke perut dan belakang leher. Penyebabnya adalah rangkaian
pengobatan dari NRTI dan kelas protease inhibitor.

Olahraga pelatihan kekuatan dan tesamorelin, suatu obat dengan resep yang menargetkan lemak
perut, dapat membantu mengurangi efek samping pengobatan HIV ini.

Selain itu, Anda juga harus mendapatkan suntikan polylactic acid (New Fill, Sculptra) di wajah
Anda jika Anda kehilangan lemak di area tersebut.

Tanyakan dokter mengenai obat tesamorelin (Egrifta), yang mengurangi kelebihan lemak perut
pada orang-orang yang mengonsumsi obat-obatan HIV.

2. Kolestrol dan trigliserida (lipid) tinggi pada darah

Efek samping ARV ini disebabkan oleh protease inhibitors dan obat-obatan lain.

Untuk mengatasinya, penting untuk mengurangi asupan lemak pada pola makan (bicarakan
dengan ahli diet tentang cara yang paling aman) dengan mengonsumsi ikan dan makanan lain
yang kaya asam lemak omega-3.

Disarankan juga untuk melakukan pemeriksaan darah untuk melihat kadar kolestrol dan
trigliserida. Anda perlu mulai mengonsumsi obat kolesterol dan menghindari lemak dalam diet
Anda, gunakan statin atau obat penurun lipid lainnya.

3. Resistensi insulin

Konsumsi obat ARV dapat menyebabkan resistansi insulin atau adanya kelainan dalam kadar
gula darah Anda. Dalam penanganan efek samping ARV ini, diperlukan adanya perubahan pada
diet dan obat Anda.

4. Berkurangnya kepadatan tulang

Efek samping ARV ini bisa menjadi masalah yang penting, terutama untuk orang dewasa
penderita HIV yang lebih tua.
Pengeroposan tulang atau osteoporosis dapat menyebabkan peningkatan resiko cedera dan patah
tulang. Langkah pencegahan termasuk olahraga angkat bebas dan diet yang mendukung
kesehatan tulang.

5. Asidosis laktat

Asidosis laktat adalah kondisi penumpukan laktat dalam tubuh, produk buangan sel tubuh.

Gejala yang muncul karena efek samping ARV ini termasuk kehilangan nafsu makan, mual,
muntah, dan nyeri perut. Selain itu, hal ini dapat menyebabkan masalah mulai dari nyeri otot
sampai gagal hati.

6. Kerusakan hati

Tanda dan gejala dari efek samping ARV ini termasuk nyeri perut, urin berwarna gelap, dan tinja
berwarna terang atau seperti tanah liat. Dokter Anda dapat menjalankan tes dan menentukan
tindakan apa yang harus diambil.
REFERENSI

https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/mengenal-obat-antiretroviral-untuk-hiv

https://hellosehat.com/seks/hivaids/hasil-tes-hiv-positif-negatif/

Anda mungkin juga menyukai