N
DENGAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN NYERI
DI DESA KARANG MEDAIN MATARAM
TANGGAL 3-5 OKTOBER 2020
NIM : PO9
PRODI : NERS
TAHUN 2020-2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan atau disetujui
oleh pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :
Hari/Tanggal :
Bangsal/Ruangan :
Mengetahui,
Pembimbing Akademik,
( )
LAPORAN PENDAHULUAN
2
KONSEP DASAR TEORI DAN KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN NYERI
3
kecelakaan,bahaya,atau pemajanan pada lingkungan. Pada saat
sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti
infiksi, olehkarena itu bergantung padaprofesional dalam
sistempelayann kesehatan untuk perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang
mengambil prioritas lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan
fisiologis.
Misalnya,seorang perawat mungkin perlu
melindungiklien disointasi dari kemungkinan jatuh dari tempat
tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. (Potter&Perry, 2005).
b) Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang
manusia harus memahami apa yang diharapkan dari orang lain,
termasuk anggota keluarga dan profesionl pemberi perawatan
kesehatan. Seseorang harus mengethuai apa yang diharapkan
dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai
dalam lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman
keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang
tidak dikenal. (Potter&Perry,2005).
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu
memenuhi kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis
merekat tanpa bantuan dari profsional pemberi perawatan
kesehatan.Bagaimanapun,orang yang sakit atau acat lebih renta
untukterncam kesejahteraan fisik dan emosinya,sehingga
intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu
melindungi mereka dari bahaya. (Potter&Perry, 2005).
c. Lingkup Kebutuhan Keamanan atau keselamatan
Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan
dan kelangsungan hidup klien.
a) Kebutuhan Fisiologis
4
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap
oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang
optimum akan mempengauhi kemampuan seseorang.
1. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem
pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan
pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan
menyebabkan penumpukan karbondioksida.
2. Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan
klien, jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban
kulit akan terevaporasi dengan lambat
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat
atau benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang
tidak bersih akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan
makanan.
d. Macam-macam bahaya/kecelakaan:
a) Di rumah
b) Di RS : Mikroorganisme
c) Cahaya
d) Kebisingan
e) Cedera
f) Kesalahan prosedur
g) Peralatan medik, dll
e. Cara Meningkatkan keamanan:
a) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri
b) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah
c) Mengunci roda kereta dorong saat berhenti
d) Penghalang sisi tempat tidur
e) Bel yg mudah dijangkau
f) Meja yang mudah dijangkau
5
g) Kereta dorong ada penghalangnya
h) Kebersihan lantau
i) Prosedur tindakan
A KEBUTUHAN RASA NYAMAN
1. DEFINISI
Menurut Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui
hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
Menurut Wolf Weifsel Feurst (1972), mengatakan bahwa nyeri
merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan
yang bisa menimbulkan ketegangan.
Menurut Keperawatan, nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh
yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakannya.
Menurut International Association for Study of Pain
(IASP), nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
2. ISTILAH DALAM NYERI
a. Nosiseptor adalah serabut saraf yang mentransmisikan nyeri.
b. Non-nosiseptor adalah serabut saraf yang biasanya tidak
mentransmisikan nyeri.
c. Sistem nosiseptif adalah sistem yang terlibat dalam transmisi dan
persepsi terhadap nyeri.
d. Ambang nyeri adalah stimulus yang paling kecil yang akan
menimbulkan nyeri.
e. Toleransi nyeri adalah intensitas maksimum atau durasi nyeri yang
dapat ditahan oleh individu.
3. SIFAT – SIFAT NYERI
a. Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
b. Nyeri bersifat subjektif dan individual.
c. Nyeri tidak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X dan lab darah.
6
d. Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan
fisiologis, tingkah laku, dan dari pernyataan klien.
e. Hanya pasien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa
rasanya.
f. Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.
g. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya suatu kerusakan jaringan.
h. Nyeri mengawali ketidakmampuan.
i. Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri yang
tidak optimal.
Secara ringkas sifat nyeri dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Nyeri bersifat individu.
b. Nyeri tidak menyenangkan.
c. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi.
d. Bersifat tidak berkesudahan.
4. FISIOLOGIS NYERI
Untuk memudahkan dalam memahami nyeri, maka perlu mempelajari 3
komponen fisiologi nyeri, antara lain:
a. Resepsi : Proses perjalanan nyeri.
b. Persepsi : Kesadaran seseorang terhadap nyeri.
Adanya stimuli yang mengenai tubuh ( mekanik, termal, kimia ) akan
menyebabkan pelepasan substansi kimia ( histamine, bradikinin, kalium
). Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila
nosiseptor mencapai ambang nyeri maka akan timbul impuls saraf yang
akan dibawa menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu
hangat dan tekanan halus. Reseptor terletak di struktur permukaan.
c. Reaksi : Respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri.
1) Neuroregulator
a. Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf,
berperan penting pada pengalaman nyeri.
b. Substansi ini ditemukan pada nosiseptor yaitu pada akhir saraf
dalam kornudorsalis medulla spinalis dan pada tempat reseptor
dalam saluran spinotalamik.
7
c. Neororegulator ada 2 macam yaitu Neurotransmiter dan
Neuromodulator.
d. Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah
sinaptik antara 2 serabut saraf. ( Contoh: substansi P,
serotonin, prostaglandin ).
e. Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur
transmisi stimulus saraf tanpa mentransfer secara langsung
sinyal saraf yang melalui synaps.( Contoh: endorphin,
bradikinin ).
f. Neuromodulator diyakini aktivitasnya secara tidak langsung
bisa meningkatkan atau menurunkan efek sebagai
neurotransmitter.
2) Teory Gate Control
Teori ini dikenal oleh Melzak dan Wall pada tahun 1965.
Menurut teori ini, sinaps yang berada pada dorsal hom bekerja
seperti sebuah pintu membuka atau menutup sehingga apabila ada
rangsang nyeri, pintu tersebut akan ditutup sehingga nyeri tersebut
tidak sampai di otak atau pintu itu dibuka sehingga nyeri sampai ke
otak. Hipotesis teori ini adalah apabila ada sejumlah impuls nyeri
yang berjalan sepanjang serabut saraf tebal ( seperti: panas, dingin
atau sentuhan), maka sejumlah impuls nyeri tersebut berusaha
untuk dicegah dengan cara menutup pintu pada serabut saraf
tersebut. Individu akan merasakan nyeri hanya jika pintu sinaps
dibukivata atau impuls sangat dominan.
3) Respon fisiologis terhadap nyeri
a. Stimulus Simpatik : (nyeriringan, moderat, dan superficial)
1. Di latasi saluran bronchial dan peningkatan respirasi rate
2. Peningkatan heart rate
3. Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
4. Peningkatan nilai gula darah
5. Di aphoresis
6. Peningkatan kekuatan otot
8
7. Dilatasi pupil
8. Penurunan motilitas GI
b. Stimulus Parasimpatik: (nyeri berat dan dalam)
1. Muka pucat
2. Otot mengeras
3. Penurunan HR dan BP
4. Nafas cepat dan irregular
5. Nausea dan vomitus
6. Kelelahan dan keletihan
c. Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
1. Pernyataan verbal (Mengadu, Menangis, Sesak Nafas,
Mendengkur).
2. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletuk kangigi, Menggigit
bibir).
9
1. Tahap aktivasi (activation)
Dimulai saat pertama individu menerima rangsang nyeri
sampai tubuh bereaksi terhadap nyeri yang meliputi : respon
simpato adrenal, respon muskuler, dan respon emosional.
Respon Simpato Respon Muskuler Respon Emosional
Adrenal
Denyut nadi naik. Tensi otot Bergejolak.
Tekanan naik. Mudah
darahnaik. Ototkaku tersinggung.
Pernapasan naik. Menggeliat Perubahan
Berkeringat sakit. tingkah laku.
banyak. Gelisah. Berteriak.
Mual dan muntah, Mengambil Menangis.
karena posisi tertentu. Diam.
darahmengalir dari Imobilitas. Kewaspadaan.
otot visral ke otot Mengusap
paru, jantung, dan daerah yang
otot keras. nyeri.
Pucat.
Dilatasi bronchial.
Glikogenolisis.
Pelepasan eritrosit
dari limpa.
Dilatasi pupil.
10
Saat nyeri berlangsung lama tubuh mencoba untuk
beradaptasi melalui peran endorthins. Reaksi adaptasi tubuh
ini terhadap nyeri dapat berlangsung beberapa jam atau
beberapa hari. Bila nyeri berkepanjangan maka akan
menurunkan sekresi norepineprin sehingga individu merasa
tidak berdaya, tidak berharga dan lesu.
5. FASE NYERI
Menurut Meinhart dan McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman
nyeri:
a. Fase antisipasi, terjadi sebelum nyeri diterima.
Fase ini bukan merupakan fase yang paling penting, karena fase ini
bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan
seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri
tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting , terutama dalam
memberikan informasi pada klien.
b. Fase sensasi, terjadi saat nyeri terasa.
Fase ini terjadi ketika klien merasa nyeri, karena nyeri itu bersifat
subjektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda.
Toleransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu orang dengan
yang lain. Orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi terhadap
nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya
orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa
nyeri dengn stimulus nyeri kecil. Klien dengan tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya orang
toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya pencegahan
nyeri, sebelum nyeri datang. Keberadaan enkefalin dan endorphin
membantu menjelaskan bagaimana orang yang berbeda merasakan
tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorphin tiap individu,
individu dengan endorphin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu
dengan sedikit endorphin merasakan nyeri lebih besar.
c. Fase akibat (aftermath)
11
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini
klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat
krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala pasca nyeri.
Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon akibat
(aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat
berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk
meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.
6. KLASIFIKASI NYERI
a. Berdasarkan sumbernya
1) Cutaneus/ superficial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau
jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti
terbakar).Contoh: Terkena ujung pisau atau tergunting.
2) Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama
daripada cutaneus Contoh: Sprain sendi.
3) Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme
otot, ischemia, regangan jaringan.
b. Berdasarkan Penyebabnya
1) Fisik
Bisa terjadi karena stimulus, Contoh: fraktur femur
2) Psycogenik
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/ susah diidentifikasi,
bersumber dari emosi/ psikis dan biasanya tidak disadari.Contoh:
orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.
c. Berdasarkan lama/ durasi
1) Nyeri akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau
potensial, atau digambarkn dengan istilah (international association
for the study of pain) :awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
12
atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan(Judith M.
Wilkinson dan Nancy R. Ahren : 530)
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh mengalami cedera, atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas
bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai
pemberi peringatan akan adanya cedera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri ini kadang bisa hilang sendiri tanpa adanya
intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
2) Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosi yang
tidak menyenangkan, akibat kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau digambarkan dengan istilah kerusakan (Internasional
Association for the Study of Pain ); awitan yang tiba-tiba atau
perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya lebih dari
enam bulan.. (Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahren :537)
Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol,
karena pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif
lain. Nyeri ini dapat berlangsung terus sampai kematian. Klien
yang mengalami kronis akan mengalami periode remisi (gejala
hilang sebagian/ keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini
merupakan penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologis.
Sifat nyeri kronis yang tidak dapat diekspresikan membuat klien
menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis.
Individu yang mengalami kronik akan timbul perasaan yang tidak
aman, karena ia tidak tahu apa yang akan dirasakan dari hari ke
hari.
Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronis
13
menit (lamanya 1 detik bulan).
sampai kurang dari 6 bulan).
Ditandai dengan peningkatan Fungsi fisiologis bersifat normal.
BP, nadi, dan respirasi.
Respon pasien: fokus pada Tidak ada keluhan nyeri.
nyeri, menyatakan nyeri
dengan menangis atau
mengerang. Tidak ada aktifitas fisik sebagai
Tingkah laku menggosok respon terhadap nyeri.
bagian yang nyeri.
d. Berdasarkan lokasi/ letak
a) Radiating pain
Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (contoh:
cardiac pain).
b) Reffered pain
Nyeri di rasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal
dari jaringan penyebab.
c) Intracable pain
Nyeri yang sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri kanker maligna).
d) Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang hilang (contoh: bagian
tubuh yang di amputasi) atau bagian tubuh yang lumpuh karena injury
medulla spinalis.
14
dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika
nyeri diperiksakan.
b. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda
secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi
faktor budaya (contoh: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri).
c. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
merespon nyeri (contoh: suatu daerah yang menganut kepercayaan
bahwa nyeri adalah akibat dari kesalahannya sendiri).
d. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri
dan bagaimana mengatasinya.
e. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Teknik relaksasi, guided imagery merupakan teknik untuk mengatasi
nyeri.
f. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa
menyebabkan seseorang cemas.
g. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di masa lampau dan
saat ini nyeri yang lama timbul kembali, maka ia akan lebih mudah
mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
h. Pola koping
15
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri
dan sebaliknya koping maladaptif akan menyulitkan seseorang dalam
mengatasi nyeri.
i. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan
perlindungan.
8. JENIS PENYEBAB NYERI
Jenis penyebab Dasar fisiologis
1. a. Mekanik - Kerusakan jaringan, iritasi langsung
- Trauma jaringan (ex: operasi). pada reseptor nyeri, inflamasi.
- Perubahan jaringan - Penekanan pada reseptor nyeri
(ex:edema). - Distensi pada lumen
- Penyumbatan pada saluran - Penekanan pada reseptor nyeri,
tubuh. iritasi ujung saraf.
- Tumor. - Stimulasi pada reseptor nyeri.
- Spasme otot. - Kerusakan jaringan, perangsangan
2. b. Termal pada reseptor nyeri.
Panas/ dingin (ex: combustio). - Perangsangan pada reseptor nyeri
3. c. Kimia karena akumulasi asam laktat atau zat
- Iskemia jaringan karena kimia lain seperti asam laktat pada
sumbatan arteri koroner. jaringan.
- Spasme otot. -Sekunder terhadap stimulasi mekanik
yang menyebabkan iskemia jaringan.
9. MANAJEMEN NYERI
a. Management Farmakologi, terdiri atas:
1. Analgesik non opioids
Termasuk nonsteroidal anti inflamatory drugs ( NSAIDS ), seperti:
Aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen. Menurut American Pain
Society, obat-obatan ini bekerja pada saraf perifer di daerah luka dan
menurunkan tingkat/ level inflamasi.
2. Analgesik opioids
16
Analgesik opioids termasuk opium derivate, seperti morfin dan
kodein. Obat-obat ini bekerja dengan cara mengubah mood,
perhatian, perasaan pasien menjadi lebih baik, dan lebih nyaman
walaupun terdapat nyeri
3. Analgesik adjuvant
Analgesik adjuvant adalah terapi pengobatan selain menggunakan
analgesic, tetapi dapat mengurangi tipe-tipe nyeri kronik. Contohnya
Diazepam (Valium) yang dapat menggunakan rasa nyeri pada saat
terjadi spasme otot membantu bisa tidur nyenyak.
b. Management non Farmakologi, terdiri atas:
1. Intervensi fisik
Tujuan dari intervensi fisik adalah:
a) Membuat nyaman.
b) Mengurangi disfungsi fisik.
c) Menormalkan respon fisiologis.
d) Mengurangi ketakutan.
2. Cutaneous Stimulation
Yang termasuk cutaneous stimulation:
a) Pemijatan/massage
b) Kompres panas/dingin
c) Asupressure
d) Contralateral Stimulation
3. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat
kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot. Splint ini harus
diubah posisinya tiap 30 menit untuk mencegah terjadinya penyakit
baru seperti dicubitus.
4. Tens
Transcutaneous electrice nerve stimulation (TENS) adalah
noninvasive, teknik control nyeri nonalgesic untuk klien dengan
nyeri akut ataupun kronik.
17
5. Akupuntur
Akupuntur telah diterapkan di China dan mendapat perhatian tinggi
dari Amerika Utara. Biasanya digunakan untuk nyeri akut
6. Placebo
Placebo adalah salah satu bentuk treatment seperti medikasi atau
tindakan keperawatan yang menghasilkan efek pada klien, bahwa
tindakan yang dilakukan atau yang diberikan perawat dapat
menyembuhkan penyakit.
7. Distraksi
Contoh dari distraksi adalah pada saat klien dipindahkan dari ruang
bedah mungkin tidak merasakan nyeri saat melihat pertandingan
sepak bola di televisi, tapi nyeri akan dirasakan lagi pada saat
pertandingan itu sudah selesai.
8. Hypnosis
Hypnosis digunakan untuk memfokuskan konsentrasi dan
meminimalisir distraksi.
9. Relaksasi
Macam-macam teknik relaksasi : meditasi, yoga, dan latihan
relaksasi progresif. Teknik ini tidak dilakukan pada pasien yang
nyeri akut karena ketidakmampuan berkonsentrasi. Latihan relaksasi
progresif mencakup latihan control nafas, kontraksi, dan relaksasi
otot.
18
1. Obat
2. Injeksi
3.
I KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri
yang afektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan
dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat
perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti factor
fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian
nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk
mendapatkan data dari klien dan (b) observasi langsung pada respon
perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk
mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjek.
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
a. P (provkative or palliative) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat
atau ringannyanyeri.
b. Q (quality or quantity) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau
tersayat, seberapa sering keluhan dirasakan.
c. R (region or radiation ) yaitu daerah perjalanan nyeri, lokasi atau area
yang dikeluhkan.
d. S (skala or severty) adalah keparahan atau intensits nyeri.Skala 1-10.
e. T (time and treatment) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi
nyeri, hal-hal yang di coba untuk mengurangi keluhan ketika kambuh.
1. Riwayat Nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan
klien kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka
terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri.
Langkah ini akan membantu perawat memahami makna nyeri bagi
klien dan bagaimana ia berkoping terhadap aspek, antara lain :
a) Lokasi
19
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan
dengan bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian
tubuhnya yang mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama
untuk klien yang memiliki lebih dari satu sumber nyeri.
b) Intensitas Nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan
terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri
yang paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka
“0” menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi
menandakan nyeri “terhebat” yang dirasakan klien. Intensitas nyeri
dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala nyeri
wajah, yaitu Wong-Baker FACES Rating Scale yang ditujukan
untuk klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya
melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu
berkomunikasi secara verbal dan lan sia yang mengalami gangguan
komunikasi.
Keterangan
a. 0 : Tidak nyeri
b. 1-3 :Nyeri ringan (secara obyektif klien
dapat berkomunikasi dengan baik).
c. 4-6 :Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis,
menyeringai,dan menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskribsikan nyeri, dapat mengikuti perintah
dengan baik).
d. 7-9 :Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi, napas panjang dan distraksi.
e. 10 :Nyeri sangat berat (klien sudah tidak bisa
berkomunikasi.
20
c) Kualitas Nyeri
Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau
“ditusuk-tusuk”. Perawat perlu mencatat kata-kata yang
digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya sebab
informasi yang akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis
dan etiologi nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.
d) Pola
Pola nyeri meliputi: waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan
kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu
mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung,
apakah nyeri berulang dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
e) Faktor Presipitasi
Terkadang aktivitas tertentu dapat memicumunculnya nyeri.
Sebagai contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan
nyeri dada. Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang
sangat dingin atau sangat panas), stresor fisik dan emosional
juga dapat memicu munculnya nyeri.
f) Gejala yang menyertai
Gejala ini meliputi: mual, muntah, pusing dan diare. Gejala
tersebut bisa disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu
sendiri.
g) Pengaruh aktifitas sehari-hari
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas
harian klien akan akan membantu perawat memahami persepsi
klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu
dikaji terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi,
pekerjaan, hubungan interpesonal, hubungan pernikahan,
aktivitas di rumah, aktivitas waktu seggang serta status
emosional.
h) Sumber koping
Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh
21
oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh
agama/budaya.
i) Respon afektif
Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada
situasi, derajat dandurasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan
banyak faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan
ansietas, takut, lelah, depresi atau perasaan gagal pada diri
klien.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan Utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada
umumnya keluhan utamanya yakni adanya rasa kesemutan
pada kaki/tungkai bawah, adanya luka yang tidak sembuh-
sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. Untuk
memperoleh pengkajian tentang rasa nyeri, dilakukan
pengkajian dengan cara PQRST seperti diatas.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini sedang
dialaminya. Berisi tentang kapan terjadinya luka (nyeri),
penyebab serta upaya yang dilakukan penderita untuk
mengatasinya.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Menggambarkan apakah ada riwayat penyakit seperti yang
sedang dialami atau penyakit lain yang ada kaitannya dengan
penyakit yang dialami sekarang.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang mengalami peyakit yang sama, riwayat
kesehatan keluarga merupakan faktor keturunan dari salah satu
keluarga.
3. Observasi respons perilaku dan fisiologis
22
Banyak respons nonverbal/perilaku yang bisa dijadikan indikator nyeri
diantaranya :
1. Ekspresi wajah:
a) Menutup mata rapat-rapat
b) Membuka mata lebar-lebar
c) Menggigit bibir bawah
2. Vokalisasi:
a) Menangis
b) Berteriak
3. Imobilisasi (bagian tubuh yang mengalami nyeri akan digerakan
tubuh tanpa tujuan yang jelas):
a) Menendang-nendang
b) Membolak-balikkan tubuh diatas kasur
4. Sedangkan respons fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung
pada sumber dan durasi nyeri. Pada awal awitan nyeri akut,
respons fisiologis:
a) Peningkatan tekanan darah
b) Nadi dan pernapasan
c) Diaforesis
d) Dilatasi pupil akibat terstimulasinya sistem saraf simpatis.
Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama dan saraf simpatis
telah beradaptasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan
berkurang atau bahkan tidak ada. Karenanya, penting bagi
perawat untuk mengkaji lebih dari satu respons tersebut
merupakan indikator yang buruk untuk nyeri.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2) Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan.
C. Intervensi
1) Nyeri Akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakanselama 1x24 jam diharapkan nyeri
berkurang.
23
Kriteria hasil:
a. Nyeri berkurang
b. Ekspresi wajah tenang
c. Tanda-tanda vital (TD: 120/80 mmHg, N: 60-100 x/menit, R: 16-20
x/menit).
d. Klien dapat istirahat dan tidur normal sesuai dengan usianya.
Intervensi Rasional
a. Pantau karakteristik nyeri, catatan a. Variasi penampilan dan perilaku
laporan verbal, petunjuk pasien karena nyeri terjadi sebagai
nonverbal dan respon temuan pengkajian
hemodinamik b. Nyeri sebagai pengalaman subjektif
b. Ambil gambar lengkap terhadap dan harus digambarkan oleh pasien.
nyeri dari pasien termasuk lokasi Bantu pasien untuk menilai nyeri
dan intensitas lamanya, dengan membandingkan dengan
kualitas( dangkal atau menyebar) pengalaman nyeri
dan penyebaran c. Penundaan pelaporan nyeri
c. Anjurkan pasien untuk menghambat peredaran
melaporkan nyeri dengan segera nyeri/memerlukan peningkatan
d. Bantu melakukan teknik relaksasi dosis obat. Selain itu nyeri berat
misalnya : nafas dalam perlahan dapat menyebabkan syok dengan
perilaku distraksi merangsang system syaraf
e. Visualisasi dan bimbingan simpatis,mengakibatkan kerusakan
imajinasi lanjut dan mengganggu diagnostic
f. Periksa tanda-tanda vital sebelum serta hilangnya nyeri
atau sesudah penggunaan obat d. Membantu dalam penurunan
narkotik persepsi/respon nyeri
g. Berikan obat analgesic sesuai e. Memberikan control situasi,
indikasi meningkatkan perilaku positif
f. Hipotensi/depresi pernafasan dapat
terjadi sebagai akibat pemberian
narkotik
g. Membantu proses penyembuhan
24
pasien
2) Nyeri kronis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakanselama 2x24 jam diharapkan
nyeri teratasi sebagian.
Kriteria hasil:
a. Skala nyeri dalam rentang 1-3.
b. Raut muka tidak menahan nyeri.
c. Klien sudah tidak memegangi area yang nyeri.
Intervensi Rasionalisasi
a. Catat karakteristik nyeri a. Mempermudah dalam tindakan
b. Berikan posisi semi fowler pengobatan kepada klien
c. Ajarkan teknik relaksasi b. Membantu memberikan rasa
d. Kolaborasi pemberian obat nyaman kepada klienmenambah
analgesic sesuai dengan pengetahuan pasien dalam
indikasi mengurangi rasa nyeri
c. Membantu pasien dalam
mengurangi rasa nyeri
D. Implementasi
Merupakan suatu tindakan selanjutnya setelah intervensi, dimana
rencana yang telah disusun dalam intervensi dilakukan dan di catat dalam
implementasi
E. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan
dalam merespon rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri,
menurunnya intensitas nyeri, adanya respon fisiologis yang baik dan pasien
mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan nyeri.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Wilkinson, Judith M dan Nancy R. Ahren. 2015. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan Edisi 9. Jakarta:EGC
27
I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk :-
Jam Masuk :-
Tanggal Pengkajian :-
Jam Pengkajian : 09.00 WITA
Ruangan : Di rumah pasien
Kamar No :-
Rumah Sakit :-
No. RM :-
Diagnosa Medis : Gout Arthritis
A. DATA BIOGRAFI
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. N
b. Umur : 35 tahun
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Agama : Hindu
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Suku/Bangsa : Bali sasak / Indonesia
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Alamat : Jln. Angsoka II no 26 KR. Medain
Mataram
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
28
Pasien mengatakan merasakann nyeri pada kaki di bagian
persendiannya.
P : Pasien mengatakan nyeri di rasakan karena gout arthritis yang di
alami pasien.
Q: Pasien mengatakan nyeri yang di raskan seperti di tusuk-tusuk
R: pasien mengatakan nyeri yang di rasakan pada kaki berfokus pada
sendi dan jari-jari kaki.
S: Paseien mengatakan nyeri yang di rasakan pada skala 7 (nyeri
berat)
T: Pasien mengatakan nyeri datang secara tiba-tiba dan hilang timbul
padala malam hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Genogram
29
Keterangan
: Laki - Laki
: Perempuan
: Laki – Laki Meninggal
: Perempuan Meninggal
: Pasien
: Garis Keturunan
: Garis Pernikahan
: Tinggal Serumah
C. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
1. Pola Persepsi dan Tatalaksana Hidup Sehat
a. Sebelum Sakit:
30
Pasien mengatakan pasien mengerti tentang pentingnya hidup
sehat, cara menjaga Kesehatan.
b. Saat Sakit
Pasien mengatakan kesehatan itu penting baginya. Pasien tetap
menjaga kesehatan diri, keluarga dan lingkungannya. Apabila
mengalami sakit pasien biasanya membeli obat di apotek.
3. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
Pasien mengatakan BAB 1x sehari pada pagi hari, dengan
konsistensi lembek bewarna kuning dan bau khas feses. BAK
kurang lebih 4-5x/hari dengan warna urine kuning jernih dan bau
pesing
b. Saat Sakit
Pasien mengatakan BAB 1x sehari pada pagi hari, dengan
konsistensi lembek bewarna kuning dan bau khas feses. BAK
kurang lebih 4-5x/hari dengan warna urine kuning jernih dan bau
pesing
31
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien tidur pada malam hari pukul 22.00
WITA dan bangun di pagi hari pukul 06.00 WITA. Pada siang
hari pasien mengatakan tidur kurang lebih 2 jam. Jadi pasien tidur
7-8 jam/hari
b. Saat Sakit
Pasien mengatakan tidur pasien tergangugu, pasien tidur pada
malam hari pukul 22.00 WITA dan bangun di pagi hari pukul
05.00 WITA tapi sering terbangun di malam hari karena rasa
nyeri yang datang pada sendi. Pada siang hari pasien mengatakan
tidur kurang lebih 1 jam. Jadi pasien tidur 5-6 jam/hari
32
7. Pola Kognitif dan Persepsi
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada kelima panca
indranya
b. Saat Sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan pada kelima panca
indranya
33
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada organ reproduksinya
10. Pola Mekanisme/Penanggulangan Stress dan Koping
a. Sebelum Sakit
Pasien mengatakan jika ada masalah selalu berdiskusi dengan istri
dan anak-anaknya. Pasien mengatakan bila pasien stress pasien
biasanya berlibur dengan keluarga, menonton TV dan Youtube,
serta mendekatkan diri kepada Tuhan YME
b. Saat Sakit
Pasien mengatakan jika ada masalah selalu berdiskusi dengan istri
dan anak-anaknya. Pasien mengatakan bila pasien stress pasien
biasanya berlibur dengan keluarga, menonton TV dan Youtube,
serta mendekatkan diri kepada Tuhan YME
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
a. Sebelum Sakit
Pasien mengatakan dirinya Bersama keluarga beragama Hindu.
Pasien mengatakan melakukan ibadah 2 kali sehari.
b. Saat Sakit
Pasien mengatakan dirinya Bersama keluarga beragama Hindu.
Pasien mengatakan melakukan ibadah 2 kali sehari.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
34
GCS : E4V5M6
TTV
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi / Heart Rate : 88 x/menit
- Respiration Rate : 20 x/menit
- Suhu : 36 °c
N Bagian
Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
O Tubuh
35
5 Mulut Bentuk - - -
simteris, tidak
ada stomatitis,
tidak ada
pembengkaka
n gusi,
mukosa bibir
lembab,
warna gigi
putih
kekuningan
36
Pengembanga Tidak ada Terdenga tambahan
n dinding nyeri tekan, n bunyi s3
dada simetris, pengembanga sonor Paru-paru :
tidak ada alat n dinding Terdengar
abntu nafas antar iga vesikuler
retraksi dada, normal di seluruh
tidak ada lesi, dinding
tidak ada jejas paru
37
E. TERAPI PEMBERIAN OBAT
Peroxicam 25mg
38
timbul padala
malam hari.
Do:
- Pasien mengatakn
nyeri yang di
rasakan yaitu pada
skala 7 (Nyeri
Berat) dengan
sekala numrik 0-10
- Keadaan umum:
baik
- GCS: E4VM6
- Kesadaran:
compos mentis
- TTV;
- Tekanan Darah :
120/80 mmHg
- Nadi / Heart Rate:
88 x/menit
- Respiration Rate :
20 x/menit
- Suhu : 36 °c
- kulit berwarna
kemerahan pada
bagian lutut dan
jari jari kaki
- Terdapat nyeri
tekan pada lutut
dan bagian jari jari
kaki pasien
39
tidur pasien Nyeri hebat
tergangugu, pasien
tidur pada malam
hari pukul 22.00
WITA dan bangun
di pagi hari pukul Gangguan pola tidur
05.00 WITA tapi
sering terbangun di
malam hari karena
rasa nyeri yang
datang pada sendi.
Pada siang hari
pasien mengatakan
tidur kurang lebih 1
jam. Jadi pasien
tidur 5-6 jam/hari
- Wajah tampak
meringis
- Keadaan umum:
baik
- Kesadaran: compos
mentis
- TTV:
- Tekanan Darah:
120/80 mmHg
- Nadi / Heart Rate:
88 x/menit
- Respiration Rate: 20
x/menit
- Suhu : 36 °c
- kulit berwarna
kemerahan pada
bagian lutut dan jari
jari kaki
- Terdapat nyeri
tekan pada lutut dan
bagian jari jari kaki
pasien
40
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis pembengkakan
sendi di tandai dengan pasien mengatakn nyeri pada kaki berfokus
pada bagian sendi P: Pasien mengatakan nyeri di rasakan karena gout
arthritis yang di alami pasien, Q: Pasien mengatakan nyeri yang di
raskan seperti di tusuk-tusuk, R: pasien mengatakan nyeri yang di
rasakan pada kaki berfokus pada sendi dan jari-jari kaki, S: Paseien
mengatakan nyeri yang di rasakan pada skala 7 (nyeri berat), T:
Pasien mengatakan nyeri datang secara tiba-tiba dan hilang timbul
padala malam hari, wajah tampak meringis. Kulit pada bagian
ekstermitas bawah berwarna kemerahan kusunya pada bagian jari jari
kaki, adanya nyeri tekan pada bagian ekstermitas bawah yaitu bada
lutut dan jari jari kaki. Keadaan umum : Baik, Kesadaran : compos
Mentis, GCS: E4V5M6, Td: 120/80, Nadi: 80 x/menit, RR:
20x/menit, suhu : 36°c.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada pembengkakan
di tandai dengan pasien mengatakan nyeri, Pasien mengatakan tidur
pasien tergangugu, pasien tidur pada malam hari pukul 22.00 WITA
dan bangun di pagi hari pukul 05.00 WITA tapi sering terbangun di
malam hari karena rasa nyeri yang datang pada sendi. Pada siang hari
pasien mengatakan tidur kurang lebih 1 jam. Jadi pasien tidur 5-6
jam/hari, wajah tampak meringis, Keadaan umum: baik, Kesadaran:
compos mentis, Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi / Heart Rate:
88 x/menit, Respiration Rate: 20 x/menit, Suhu : 36 °c, kulit
berwarna kemerahan pada bagian lutut dan jari jari kaki, Terdapat
nyeri tekan pada lutut dan bagian jari jari kaki pasien
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama :Tn. N No. RM :-
Umur : 35 tahun Diagnosis Medis : gout artritish
41
keperawatan pasien
3x24 jam melalui TTV
diharapkan nyeri dengan
pasien dapat beberapa
terkontrol perubahan
dengan kriteria TTV yang
hasil: bisa
dimanifestasi
1. Mampu kan sebagai
mengontrol respon nyeri
nyeri (tahu dan penyakit
penyebab lain yang
nyeri, behubungan.
mampu
2. Lakukan pengkajian 2. Mengetahui
menggunaka penyebab
nyeri secara
n Teknik non nyeri dan
komperhensif,
farmakolgi intervensi
termasuk lokasi,
untuk lebih lanjut.
karakteristik, durasi,
mengurangi
frekuensi, kualitas
nyeri,
dan faktor
mencari
predesposisi.
bantuan)
2. Melaporkan
bahwa nyeri 3. Observasi reaksi 3. Mengetahui
bekurang nonverbal dan respon nyeri
dengan ketidak nyamanan. pasien secara
mengunakan tidak
manajemen langsung.
nyeri. 4. Sebagai
3. Mampu 4. Pilih dan lakukan terapi dalam
mengenali penangana nyeri pengobatan
nyeri (skala, (farmakologi, no pasien.
intensitas, farmakolgi dan Kompres
frekuensi, interpersonal). hangat
dan tanda Berikan relaksasi menstimulasi
nyeri) nafas dalam dan endofrin
4. Menyatakan kompres hangat dalam tubuh
rasa nyaman serta evaluasi hasil yang berguna
setelah pengkajian nyeri sebagai
nyeriberkura setelah di berikan Pereda nyeri
ng terapi kenyamanan,
nonfarmakolgi. penghilang
42
stress dll.
Metode nafas
dalam
menstabilaka
n emosi dan
intensitas
nyeri.
2. Sabtu, 3 II Setelah 1. Kaji penyebab pola 1. Mengetahui
oktober dilakukan tidur paisen yang ganguan
2020 Tindakan adekuat. pola tidur
keperawatan dan
3x24jam di intervensi
haraokan pola 2. Awasi ttv , nadi, lebih lanjut.
tidur dapat pernafasan, keluhan 2. Manifestasi
normal dengan nyeri pasien. pulomonal
kriteri hasil: dari upaya
jantung da
1. Jumlah tidur paru untuk
dalam batas membawa
normal (6- 3. Ciptakan jumlah
8jam/hari) lingkungan yang oksigen ke
2. Tidak nyaman jaringan.
Adanya 3. Lingkungan
nyeri pada yang
malam hari. nyaman
3. Pola tidur, dapat
kuaitas tidur membantu
dalam batas 4. Anjurkan pasien menenangk
normal untuk mandi dengan an pikiran
4. Perasaan air hangat sebelum pasien.
segar tidur. 4. Air hangat
sesudah tidur meningkatk
atau istrahat an sirkulasi
5. Mampu sendi yang
mengidentifk emngalami
asi hal hal inflamasi
yang dan
meningkatka merilekskan
n tidur. 5. Lakukan tindakan
otot
penghilang nyeri
sebelum tidur
5. Teknik
seperti
distraksi
distraksi(nafas
43
dalam) menjelang
tidur
membantu
meningkatk
an relaksasi
dan
menyiapkan
tidur.
6. Anjurkan posisi
sendi yang tepat
pada pasien 6. Posisi tepat
dapat
membantu
mencegah
nyeri
selama tidur
dan terjaga
44
120/80 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- RR: 20x/menit
- Suhu : 36°C
b. Pasien mengatakn
09.15 b. Melakukan pengkajian meraskan nyeri
WITA nyeri secara - P:Pasien mengatakan
komperhensif, termasuk nyeri di rasakan karena
lokasi, karakteristik, gout arthritis yang di
durasi frekuensi, kualitas alami pasien.
presipitasi. - Q: Pasien mengatakan
nyeri yang di raskan
seperti di tusuk-tusuk
- R: pasien mengatakan
nyeri yang di rasakan
pada kaki berfokus
pada sendi dan jari-jari
kaki.
- S: Pasien mengatakan
nyeri yang di rasakan
pada skala 7 (nyeri
berat)
- T: Pasien mengatakan
nyeri datang secara
tiba-tiba dan hilang
timbul padala malam
Sabtu 3 II hari.
oktober
2020
c. Wajah pasien tampak
meringis
09.35
WITA d. Pasien tampat tenang
c. Mengobservasi reaksi dan nyaman
nonverbal dari ketidak e. Pasien memahmi dan
nyamanan mengerti dengan yang
09.45 di ajarkan.
d. Menciptakan lingkungan
WITA f. Pasien mengatakan
yang nyaman
nyeri berkurang yaitu
09.55 e. Mengajarkan Teknik dengan sekala 5 dengan
WITA relaksasi nafas dalam
45
10. 10 f. Memberikan teknik non skala numeik 0-10.
WITA farmkologi dengan
kompres hangat.
a. Pasien mengatakan tidur
10.15 pasien terganggu dan
WITA tidak terjaga dari tidur
a. Mengakji penyebab tpola karen nyeri hebat yang
tidur pasien tidak di rasakan di kakinya.
adekuat.
b. Ttv pasien dalam batas
normal
- TD: 120/80 mmHg
10.25 - N: 88 x/menit
WITA b. mengawasi ttv , nadi, - RR: 20 x/menit
pernafasan, keluhan - Suhu: 36°C
nyeri pasien.
c. Pasien mengerti dan
akan melakuannya
sebelum tidur.
46
oktober WITA - Tekanan darah :
2020 140/90 mmHg
- Nadi : 85x/menit
- RR: 20x/menit
- Suhu : 36,2°C
15.15
b. Pasien mengatakn
WITA b. Melakukan pengkajian nyeri meraskan nyeri
secara komperhensif, termasuk - P:Pasien mengatakan
lokasi, karakteristik, durasi nyeri di rasakan karena
frekuensi, kualitas presipitasi. gout arthritis yang di
alami pasien.
- Q: Pasien mengatakan
nyeri yang di raskan
seperti di tusuk-tusuk
- R: pasien mengatakan
nyeri yang di rasakan
pada kaki berfokus
pada sendi dan jari-jari
kaki.
- S: Pasien mengatakan
nyeri yang di rasakan
pada skala 4 (nyeri
sedang)
- T: Pasien mengatakan
nyeri datang secara
tiba-tiba dan hilang
timbul padala malam
hari.
II
Minggu 4 c. Wajah pasien tampak
oktober meringis
15.30
2020 c. Mengobservasi reaksi
WITA
nonverbal dari ketidak d. Pasien tampak tenang
15 40 nyamanan dan nyaman
d. Menciptakan lingkungan
WITA e. Pasien sudah bisa
yang nyaman
melakukan sendiri
15.50 e. Mengajarkan Teknik relaksasi teknik relaksasi nafas
nafas dalam dalam.
WITA f. Memberikan teknik non f. Pasien mengatakan
farmkologi dengan kompres nyeri berkurang yaitu
47
16.00 hangat. dengan skala nilai 4
WITA dengan skala numeik 0-
10.
a. Pasien mengatakan
tidurnya saat malam
hari terjaga dengan
teknik relaksasi nafas
dalam dan
16.05 a. Mengakaji penyebab pola
menggunakan bantal
tidur pasien tidak adekuat. untuk mengatur posisi
WITA
tidurnya
b. Ttv pasien dalam batas
normal
TD: 140/90 mmHg
N: 85 x/menit
RR: 20 x/menit
Suhu: 36,2°C
c. Pasien sudah
16.20 melakukannya saat
b. Mengawasi TTV, nadi, mandi di pagi hari dan
WITA pernafasan, keluhan nyeri mengatakan merasa
pasien. nyeri lebih berkurang
dengan merendam di air
hangat.
16.30 c. menganjurkan pasien untuk
merendam kaki dan mandi
WITA
dengan air hangat sebelm d. Pasien memebeli obat
anti nyeri nyeri proxicam
tidur.
25mg untk asam urat.
48
16.30 b. Melakukan pengkajian nyerinya telah
WITA nyeri secara berkuang dengan
komperhensif, termasuk sekala 3 dengan
lokasi, karakteristik, numerik 0-10
durasi frekuensi, kualitas Dan sudah tidak
presipitasi. menunjukan respon
nyeri.
c. Mendiskusikan dengan
pasien dan keluaraga d. Sebelum tidur pasien
tidur makan dan
tentang teknik tidue
17.45 minum air putih.
pasien
WITA
d. Memonitor waktu
makan dan minum
dengan waktu tidur
18.00
WITA
49
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama :Tn. N No. RM :-
Umur :35 Tahun Diagnosis Medis : Gout arthritis
1 Senis, 5 I 18.10 S:
Oktober - Pasien mengatakan nyerinya berukarang,
2020 sudah tidak menunjukan tanda yan di alami
sperti wajah meringis kesakitan, pasien
mengatakan nyeri pada kaki berkurang dari
skala 7 menjadi 3 dengan sekala numerik 0-10
O:
- Skala turun menjadi 3
- Ttv dalam batas normal
TD : 120/80 mmmHg
Nadi : 85 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36°C
A: Masalah teratasi
II 18.20 P: Intervensi di lanjutkan
- Menganjurkan teknik non farmakologi
(melakukan kompres air hangat)
S:
- Pasien mengatakan nyenyak saat tidur
- pasien mengatakan tidak terbangun saat tidur
50
O:
A: Masalah teratasi
P : intervensi di lanjutkan
- Ciptakan Lingkungan yang nyaman
- Diskusikan dengan keluarga dan pasien
tentang teknik tidur pasien (mengunakan ear
plug dan eyemask pada saat akan tidur)
DOKUMENTASI KEGIATAN
1. Proses Pengkajian
51
REFLEKSI JURNAL
1. Judul Jurnal
A. Judul peneltian
a) Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Gout
Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Wara Kota Palopo
b) Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Penderita Penyakit Artritis Gout
B. Author
a) Rezkiyah Hoesny,Zainal Alim, Rika Hartina
b) Chilyatiz Zahroh, Kartika Faiza
C. Tahun
a) 2017
b) 2018
D. Volume
a) Jurnal Fenomena Kesehatan, Vol. 01 No. 01. Mei 2018
b) Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 3, Desember 2018
E. Metode
1) Desain
a) Pada Penelitian ini desain yang di gunakan kuantitatif
menggunakan rancangan Desain Quasy Eksperimen One Group
pretest-Posttest tanpa menggunakan kelompok kontrol.
b) Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah Pra-Experimen
dengan pendekatan One group pra-post test design tanpa
menggunakan kelompok kontrol.
2) Populasi
a) Populasi dan sample berjumlah 23 orang dengan kriteria sample
yaitu diagnosa Gout arthritis yang di diagnose oleh dokter
Puskesmas WARA, tidak menggunakan obat anti nyeri atau obat-
52
obat dari penyakit yang sedang di alami, Teknik Pengambilan
sampling menggunakan Accidental Sampling yang merupakan
pasien Gout Arthritis.
b) Populasi dan sample berjumlah 30 orang di Paguyuban Lansia Budi
Luhur Surabaya yang diambil menggunakan Nonprobability
sampling dengan teknik total sampling.
3) Variabel
a) Variabel independen atau variable bebas pada penelitian ini adalah
Kompres Hangat dan variabel dependent yaitu Nyeri pada pasien
Gout Arthritis.
b) Variable independent atau variable bebas pada penelitian adalah
Pengaruh kompres hangat dan variabel dependent Penurunan Nyeri
Pada Penderita Penyakit Artritis Gout
4) Instrument
a) Penelitian ini menggunkan lembar observasi skala nyeri yang
dinilai melalui pain chart sebelum dan sesudah intervensi.
b) Peneltian menggungakan buli-buli dan air hangat yang telah diukur
suhunya dan numeric analog scale untuk mengukur nyeri.
5) Analisa
a) Uji statistic yang di gunakan yaitu uji Paired Sample T Test
b) Uji statistic yang di gunakan yatu uji Wilcoxson
6) Hasil
b) Dari hasil analisi dengan dengan uji wilcoxon sign rank test dengan
53
nilai bermakna = 0,05 didapatkan nilai = 0,000 (0,000< 0,05) maka
Ho ditolak yang berarti ada Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Penderita Penyakit Asam Urat Di
paguyuban Lansia Budi Luhur Surabaya, Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa adanya pengaruh kompres hangat terhadap
penu- runan nyeri pada penderita penyakit artritis gout.
2. Reference
3. Description
4. Dissection
54
teknik relaksasi nafas dalam dalam dan kompres hangat. Di dapatkan respon
postif dengan Tn. N merasa lebih nyaman dan nyeri pada kaki berfokus
pada sendi mulai berkurang. Saya beranggapan dengan menggunakan teknik
di atas sesuai dengan panduan teori dari jurnal penelitian mampu dalam
mengontrol intetias nyeri pada ekstermitas bawah pasien.
5. Discover
Gout Arthritis merupakan penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di
seluruh dunia.Gout arthritis atau biasa disebut dengan asam urat adalah
hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) purin, salah satu kelompok
struktur kimia pembentuk DNA. Saat DNA dihancurkan, purin pun akan
dikatabolisme (Sarif, 2012).
Gout artritis terjadi peningkatan asam urat yang menyebabkan
terjadinya penumpukan (Kristal).Hal ini mengakibatkan terjadinya nyeri
pada persedian local.Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang
tidak nyaman baik secara sensori maupun emosional yang dapat ditandai
dengan kerusakan jaringan ataupun tidak menggambarkan nyeri sebagai
perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan tubuh
(Syamsiah, 2015).
Faktor pemicu adalah makanan dan senyawa lain yang banyak
mengandung protein. Penatalaksanaan diet untuk Gout Arthritis (GA)
masalah diet rendah purin (Kowalak, 2011). Gejala nyeri yang dirasakan
penderita dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang berpengaruh
terhadap penampilan fisik dan menurunnya fungsi tubuh pada kehidupan
sehari-hari. Penderita GA dapat mengalami gangguan mobilitas fisik,
gangguan tidur, bahkan gangguan interaksi sosial. Sehingga hal tersebut
perlu mendapat penanganan segera.
Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan dengan memberikan
cairan hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau
membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot,
dan memberikan rasa hangat, dan tujuannya untuk memperlancar sirkulasi
darah, dan mengurangi rasa sakit atau nyeri (Uliyah & Hidayat 2008, dalam
55
jurnal Fajriyah Dan Winarsih, 2013). Penggunaan kompres hangat
merupakan terapi non farmakologis untuk menghilangkan atau menurunkan
rasa nyeri dengan memberikan rasa hangat,memenuhi kebutuhan rasa
nyaman, mengurangi atau membebaskan rasa nyeri, danmengurangi
terjadinya spasme otot dengan menggunakan air hangat (Hidayat, 2015).
56
REFRENSI
Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2017. Jurnal
Fenomena Kesehatan 1: 38-43 https://ojs.stikesgrahaedukasi.ac.id/index.php .
Diakses Pada Tanggal 3 Oktober 2020 Pada pukul 10.21 WITA.
Kowalak, Jennifer P. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
https://ojs.stikesgrahaedukasi.ac.id/index.php . Diakses Pada Tanggal 11
Oktober 2020 Pada pukul 20.10 WITA.
Nuniek Nizmah Fajriyah, Aida Tyas Kartika Sani, Winarsih. (2013). Efektifitas Kompres
Hangat Terhadap Skala Nyeri Pada Pasien Gout. Vol V, No 2,
September.http://jnk.phb.ac.id/index.php . Diakses Pada Tanggal 11 Oktober
2020 Pada pukul 20.14 WITA.
Ode, Sharif La. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.
http://jnk.phb.ac.id/index.php . Diakses Pada Tanggal 11 Oktober 2020
Pada pukul 20.14 WITA.
Zahroh C, Faiza K. 2018. Pengaruh kompres hangat terhadap penurunan nyeri pada
penderita penyakit Artritis Gout. Jurnal Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and
Midwifery) http://jnk.phb.ac.id/index.php . Diakses Pada Tanggal 3 Oktober
2020 Pada pukul 10.50 WITA.
57