S DENGAN
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA
DENGAN MASALAH UTAMA STROKE NON HEMORAGIK PADA TN.S
DI LINGKUNGAN DASAN CERMEN TIMUR
TANGGAL 2 – 6 Maret 2021
Oleh :
Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus ini telah disahkan dan disetujui
oleh pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :
Mengetahui :
( ) ( )
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
D. Struktur Keluarga
Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:
1. Pola dan proses komunikasi.
Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a. Bersifat terbuka dan jujur
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga
c. Berpikiran positif
d. Tidak mengulangi isu dan pendapat sendiri
1) Karakteristik pengirim
a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkhualitas
c) Selalu meminta dan menerima umpan yang baik
2) Karakteristik penerima
a) Siap mendengarkan
b) Memberikan umpan balik
c) Melakukan validasi
2. Struktur peran.
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan, yang dimaksud posisi atau status
adalah posisi yang diberikan, yang dimaksud posisiatau status
adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya status sebagai
istri, suami, atau anak.
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk merubah perilaku ke arah yang positif.
4. Nilai – nilai keluarga
Nilai meruoakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
E. Fungsi Keluarga
Lima fungsi dasar keluarga menurut Friedman adalah :
1. Fungsi Afektif
Apakah anggota keluarga merasa kebutuhan-kebutuhan
individu-individu lain dalam keluarga terpenuhi, apakah orang tua
(suami/istri) mampu menggambarkan kebutuhan-kebutuhan
persoalan-persoalan lain dari anak-anak mereka dan pasangannya,
apakah mereka saling menghormati satu sama lain, bagaimana
mereka saling mendukung satu sama lain.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak lahir. keluarga merupakan
tempat individu belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga di capai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang di wujudkan dalam sosialisasi. Anggota
keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma, budaya, dan
perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya
program keluarga bencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
4. Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang,pangan dan papan.Dan sejauh mana keluarga
memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga.
5. Fungsi perawatan keluarga
Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku keluarga
terhadap kesehatan, definisi keluarga tentang tingkat pengetahuan
mereka. Apakah keluarga dapat melaporkan mulai kapan terjadi
stroke dan menyebutkan tanda-tanda atau perubahan yang terjadi
pada anggota keluarga dengan stroke. Apakah yang sudah di
lakukan keluarga, apa persepsi keluarga tentang hal yang telah di
lakukan dalam mengatasi masalah tersebut.
Bagaimana kebiasaan tidur keluarga : apakah anggota
keluarga memenuhi syarat tidur sesuai dengan tuntutan usia.
Kebiasaan menggunakan obat-obatan : Apakah keluarga terbiasa
mengonsumsi alkohol, kopi, teh dan rokok. Apakah keluarga secara
reguler menggunakan obat yang di beli di toko untuk
menghilangkan pusing. Peran keluarga dalam perawatan diri :
Apakah yang di lakukan kelurga untuk memperbaiki satus
kesehatan. Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
keluarga.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang pengertian, penyebab, tanda
gejala, komplikasi,serta penanganannya.
b. Identifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
c. Dorong sikap emosi yang sehat dalam mengatasi masalah
keluarga.
d. Beri penjelasan tentang keuntungan mengenal masalah-
masalah kesehatan.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam
melakukan tidakan kesehatan yang tepat.
Intervensi :
a. Musyawarah bersama keluarga mengenai akibat – akibat
bila mereka tidak mengambil keputusan.
b. Perkenalkan kepada keluarga tentang alternatif yang dapat
mereka pilih dan sumber – sumber yang di perlukan untuk
melakukan tindakan keperawatan.
c. Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
Intervensi:
a. Beri penjelasan keluarga cara perawatan anggota keluarga
yang sakit.
b. Gunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
c. Awasi keluarga melakukan perawatan.
d. Bantu anggota mengembangkan kesanggupan dalam
merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
pribadi anggota keluarga.
Intervensi:
a. Modifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
b. Beri penjelasan tentang keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan rumah.
c. Gali sumber – sumber keluarga yang mendukung
memperbaiki keadaan fisik rumah yang tidak sehat.
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber daya di
masyarakat guna memelihara kesehatan.
Intervensi:
a. Kenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga.
b. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang fungsi
fasilitas kesehatan.
c. Bantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
d. Beri penjelasan tentang keuntungan menggunakan fasilitas
kesehatan bagi keluarga.
e. Berikan penjelasan kepada keluarga pentingnya sanitasi
dan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang
telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yangberlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara
hasil implementasi dengan criteria dan standar yang telah
ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kerangka kerja
valuasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika
secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik
maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi
tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998).
A. Definisi
1. Stroke dapat didefinisikan sebagai defisit neurologik yang mempunyai
awitan endadak dan berlangsung 24 jam. (Keperawatan Kritis)
2. Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui system suplai arteri otak. (Sylvia A Price, 2006)
3. Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat
emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi
perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008).
B. Klasifikasi
1. Stroke non hemoragik
a. Trombosis cerebri, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah
otak perlahan karna proses arterosklerosis cerebral dan
perlambatan sirkulasi serebral.
b. Embolisme cerebral, penyempitan pembuluh darah terjadi
mendadak akibat abnormalitas patologik pada jantung. Embolus
biasanya menyumbat arteri cerebral tengah atau cabang-
cabangnya,yang merusak sirkulasi cerebral.
2. Stroke Haemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun.
C. Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian ketiga pada orang dewasa di
Amerika Serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru atau
rekuren adalah lebih dari 200.000. Insiden stroke secara nasional
diperkirakan adalah 750.000 per tahun. Berdasarkan data dari seluruh
dunia, statistiknya bahkan lebih mencolok yaitu bahwa penyakit jantung
koroner dan stroke adalah penyebab kematian tersering pertama dan kedua
dan menempati urutan kelima dan keenam sebagai penyebab kecacatan.
D. Etiologi
1. Trombosis cerebri ( bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau
leher).
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material yang di bawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain).
3. Iskemia cerebral( penurunan aliran darah ke otak).
4. Aterosklerosis.
E. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena
gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung).
Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting trhadap otak.
Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi
pembuluh darah.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus
dan embolus maka mulai terjadi kekurangan O2 kejaringan otak.
Kekurangan selama 1 menit dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis
neuron-neuron area kemudian di sebut infark.
Kekurangan O2 pada awalnya mungkin akibat iskemik umumnya
(karena henti jantung / hipotensi ) / hipoksia karena proses anemia /
kesulitan bernafas. Jika neuron hanya mengalami iskemik,maka masih ada
peluang untuk menyelamatkannya. Suatu sumbatan pada arteri koroner
dapat mengakibatkan suatu infark disekitar zona yang mengalami
kekurangan O2. Stroke karena embolus merupakan akibat dari bekuan
darah, lemak dan udara, emboli pada otak kebanyakan berasal dari
jantung.
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis
1. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang
belawanan dari otak. Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi
(paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan dan hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh)
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa
dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal
berikut :
a. Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif
atau reseptif.
c. Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya.
3. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi
tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari
orang atau objek ditempat kehilangan penglihatan
4. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan
kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
5. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada
lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual
mungkin terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang
perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang
motivasi.
6. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami
inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol motorik
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga
mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh
pemindaian CT).
3. CT Scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik
dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari
pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
I. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami
komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi yaitu infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis yaitu nyeri pada daerah punggung,
dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak yaitu epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
J. Penatalaksanaan
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
dengan melakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
2. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
5. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
6. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala
yang berlebihan.
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas dan istirahat.
Gejala : Kesulitan dalam beraktivitas; kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis, mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot)
Tanda : Perubahan tingkat kesadaran, perubahan tonus otot (flaksid
atau spastis), paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum, gangguan
penglihatan
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung , endokarditis bakterial).
Tanda : Hipertensi arterial, Disritmia, perubahan EKG. Pulsasi :
kemungkinan bervariasi, denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau
aorta abdominal.
c. Integritas ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.
Tanda : Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediaan,
kegembiraan, kesulitan berekspresi diri.
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia, anuria. Distensi abdomen (kandung kemih
sangat penuh), tidak adanya suara usus (ileus paralitik)
e. Makan / minum
Gejala : Nafsu makan hilang. Nausea / vomitus menandakan adanya
Peningkatan Tekanan Intra Kranial. Kehilangan sensasi lidah, pipi,
tenggorokan, disfagia. Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan
faring). Obesitas.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat
seperti lumpuh/mati. Penglihatan berkurang. Sentuhan: kehilangan
sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral
(sisi yang sama). Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : Status mental: koma biasanya menandai stadium perdarahan,
gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif. Ekstremitas: kelemahan/paraliysis pada
semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya
reflek tendon dalam. Wajah: paralisis/paraparese. Afasia (kerusakan
atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan ekspresif/kesulitan
berkata kata, reseptif/kesulitan berkata kata komprehensif, global/
kombinasi dari keduanya. Kehilangan kemampuan mengenal atau
melihat, pendenga. Kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya.
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial.
h. Respirasi
Gejala : Perokok (faktor resiko).
i. Keamanan
Tanda : Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan. Perubahan
persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit. Tidak mampu
mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali.
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin / gangguan regulasi
suhu tubuh. Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri.
j. Interaksi sosial
Gejala : Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular.
2. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensori, transmisi,
integrasi.
3. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan neuromuskuler.
4. Resiko kerusakan integritas kulit b.d hemiplegia.
5. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d interupsi aliran darah
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Perubahan persepsi Tingkat kesadaran 1. Lihat kembali proses patologis 1. Kesadaran akan tipe atau daerah yang
sensori b.d perubahan dan fungsi kondisi individual. terkena membantu dalam mengkaji atau
resepsi sensori , perseptual tidak mengantisipasi defisit spesifik dan
transmisi, integrasi memburuk perawatan.
d.d disorientasi
terhadap waktu, 2. Evaluasi adanya gangguan 2. Munculnya gangguan penglihatan dapat
tempat, orang. penglihatan. berdampak negatif terhadap
kemampuan pasien untuk menerima
lingkungan dan mempelajari kembali
keterampilan motorik dan
meningkatkan resiko terjadinya cedera.
3. Berikan stimulasi terhadap rasa 3. Membantu melatih kembali jarak
sentuhan, seperti berikan sensorik untuk mengintegrasikan
pasien suatu benda untuk persepsi dan interpretasi stimulasi.
menyentuh, meraba. 4. Membantu pasien untuk
4. Lakukan validasi terhadap mengidentifikasi ketidakkonsistenan
persepsi pasien. dari persepsi dan integrasi dan integritas
stimulus dan mungkin menurunkan
distorsi persepsi pada realitas.
3. Kerusakan Mengindikasikan 1. Kaji tipe dan derajat disfungsi. 1. Membantu menentukan daerah dan
komunikasi verbal b.d pemahaman derajat kerusakan serebral yang
kerusakan tentang masalah kesulitan pasien dalam beberapa atau
neuromuskuler komunikasi seluruh tahap proses komunikasi.
2. Intervensi yang dipilih tergantung pada
2. Bedakan antara afasia dan tipe kerusakannya.
disatria. 3. Melakukan peniliaian terhadap adanya
kerusakan motorik.
3. Berikan metode komunikasi 4. Mengurangi isolasi sosial pasien dan
alternatif. meningkatkan penciptaan komunikasi
yang efektif.
4. Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi,
seperti masa protrombin, kadar
dilantin.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Dx 1 : Kerusakan mobilitas fisik teratasi.
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta: EGC.
Reeves, Charlene J., dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba
Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA Tn.S DENGAN
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA
DENGAN MASALAH UTAMA STROKE NON HEMORAGIK PADA Tn.S
DI LINGKUNGAN DASAN CERMEN TIMUR
TANGGAL 3 – 6 Maret 2021
I. PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama kk : Tn. S
2. Umur : 58 Tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Pedagang
5. Alamat : Lingkungan Dasan Cermen Timur
6. Komposisi Keluarga
No Nama Umur Jenis Hub. dengan Status Pekerjaan
(inisial) Kelamin Kepala Keluarga Perkawinan
1. Tn. S 58 tahun Laki – laki Kepala keluarga Menikah Wiraswasta
2. Ny. S 52 tahun Perempuan Istri Pasien Menikah IRT
3. Ny. Y 24 tahun Perempuan Anak Menikah Swasta
4. An. N 18 tahun Perempuan Anak Belum Pelajar
menikah
7. Genogram
Keterangan:
: Laki - laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
8. Tipe keluarga
Tipe keluarga Tn.S adalah keluarga anak remaja
9. Budaya
a. Suku bangsa : Sasak
b. Bahasa yang digunakan : Indonesia
10. Agama : Islam
11. Status sosial ekonomi keluarga
Dalam keluarga Tn.S penghasilannya ± Rp. 1.000.000,-/per bulan
dan Tn.S mengatakan penghasilannya sangat kurang, terlebih harus
membiayai anak-anaknya bersekolah. Biasanya Tn. S membuat
modal dengan cara mengolah dan menjual kue
12. Aktivitas rekreasi atau waktu luang
Pasien mengatakan aktivitas waktu luangnya dihabiskan dengan
anak-anak bermain di lingkungan rumah dan tetangganya
C. LINGKUNGAN
17. Karakteristik rumah
a. Denah rumah
Kamar Wc
Kamar Tidur
Tidur
Dapur
Ruang Kamar
Keluarga Tidur
4 4 5 5 5 5 5 5
Data Tambahan :
1. Tanda – tanda vital
a. Tn.S : TD : 180/100 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 18 x/menit
b. Ny. S : TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36 0C
RR : 18 x/menit
4 4
TD : 180/100 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 18 x/menit
2. DS : Stroke Manajemen Kesehatan
- Ny. S mengatakan tidak efektif
suaminya jatuh di kamar Kerusaka fungsi otak berhubungan dengan
mandi dan sudah pada neuron motorik ketidakmampuan
mendertia stroke ±8 tahun keluarga dalam
yang lalu. Kehilangan kontol memodifikasi
volunter terhadap lingkungan yang tepat
DO : tekanan motorik (Resiko Cidera)
- Terdapat jendela dan
ventilasi udara di rumah Hemiparesis
namum pencahayaan
Gangguan Mobilitas
rumah Ny.S kurang baik Tn fisik
tampak hanya berbaring di
tempat tidur saja dan Resiko Cedera
sesekali duduk di depan
rumah. ketidakmampuan
- Ekstremitas atas dan bawah keluarga memelihara
lingkungan rumah
regio kiri paralisis
yang dapat
- Kekuatan otot mempengaruhi
4 3 kesehatan
4 4
B. RUMUSAN DIAGNOSA
1. Manajemen keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
anggota keluarga yang sakit (mobilitas fisik) ditandai dengan Keluarga
Tn. S mengatakan ada salah satu anggota keluarganya yang sedang
mengidap penyakit stroke yaitu TN. S yang sebagai kepala keluarga di
keluarganya. Saat ini Tn.S tidak mampu untuk menggerkan tangan
kirinya secara mandiri, hanya mampu di bantu bergerak oleh tangan
kanannya, serta semua kebutuhan ADL dibantu. Keluarga mengatakan
Tn.S sudah diberikan dua bulan terkhir tetapi berhenti karena tidak
mempunya uang untuk membeli obat dan mencoba dipijat dan dilatih
bergerak, namun keluarga Tn.S merasa takut dan berhenti melakukan
latihan gerak karena Tn.S sering merasakan kesakitan. Tn.S tampak
hanya berbaring di tempat tidur saja dan sesekali keluar untuk duduk di
depan rumahnya . Ekstremitas atas dan bawah regio kiri paralisis.
Terdapat nyeri tekan pada ekstremitas atas kiri Kekuatan otot 4 3
4 4
TD : 180/100 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 18 x/menit
2. Manajemen kesehtan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam memodifaksi lingkungan yang tepat (Resiko Cidera)
ditandai dengan Ny. S mengatakanTn .S tampak hanya berbaring di
tempat tidur saja, dan sesekali duduk di depan rumahnya. Ekstremitas
atas dan bawah regio kiri paralisis. Terdapat jendela dan ventilasi udara
di rumah namum pencahayaan rumah Tn.S kurang baik
Kekuatan otot
4 3
4 4
III. RENCANA KEPERAWATAN
09.45
WIT
A
3. kamis, 4 Gangguan 09.00 1. Memberikan penjelasan 1. Keluarga dan pasien mengerti tentang
Maret mobilitas fisik WIT kembali ke keluarga penjelasan perawat tentang penyakit yang
2021 dengan masalah A tentang penyakit yang dideritanya yaitu stroke. Dimana keluarga
ketidakmampuan diderita pasien yaitu mengatakan sudah mengerti penyebabnya
keluarga merawat tentang penyakit stroke antara lain tekanan darah tinggi, pecahnya
anggota keluarga pembuluh darah di otak, adanya
yang sakit pembekuan dalam darah menuju ke otak.
berhubungan Keluarga juga mengerti tentang
dengan perawatan yang bisa dilakukan yaitu
ketidakmampuan latihan gerak sendi dan otot (ROM Pasif),
keluarga merawat menjaga posisi kepala agar mudah dalam
anggota keluarga bernafas, menjaga pola hidup sehat dan
yang menderita bersih, menjaga pola makan dan membuat
stroke lingkungan yang nyaman
09.45
WIT
A
4. Kamis , Resiko cedera 09.50 1. Memodifikasi kembali 1. Keluarga pasien mengerti tentang
4 Maret dengan masalah WIT lingkungan yang penjelasan mengenai menjaga lingkungan
2021 ketidakmampuan A mendukung kesehatan yang aman, nyaman dan bersih untuk
keluarga seperti memeberikan pasien dan langsung melakukan apa yang
memelihara penerangan yang cukup, telah dikatakan perawat seperti :
lingkungan rumah hindari dari kebisingan, memeberikan penerangan yang cukup,
yang dapat memberikan pembatas menghindari dari kebisingan, memberikan
mempengaruhi atau side trill pada pembatas yaitu bantal pada tempat tidur,
kesehatan dan tempat tidur, jauhkan jauhkan dari benda tajam dan lantai licin,
perkembangan dari benda tajam dan menyediakan tempat tidur yang nyaman
pribadi anggota licin, menyediakan dan bersih
keluarga tempat tidur yang
berhubungan nyaman dan bersih
dengan
ketidakmampuan 2. Memberikan penjelasan 2. Keluarga mengerti tentang penjelasan dan
keluarga 10.00 kembali tentang mampu mengulangi kembali yang telah
memodifikasi WIT keuntungan dan manfaat dikatakan perawat tentang menjaga
lingkungan A pemeliharaan kesehatan dan pemeliharaan lingkungan
lingkungan rumah. rumah bagi keluarga dan pasien salah
satunya yaitu menjegah terjadinya resiko
cedera, menjegah terjadinya penyebaran
virus dan penyakit, meningkatkan
imunitas dan membuat perasaan tenang
dan nyaman. Rumah tampak bersih, tidak
ada bau tidak sedap, ruangan tampak
terang, tidak ada benda berbahaya di
sekitar pasien, tempat tidur bersih.
3. Menggali kembali 3. Keluarga mengatakan selalu melakukan
sumber-sumber keluarga kebersihan lingkungan rumah dan
10.05 yang mendukung lingkungan dengan suppotrtif
WIT memperbaiki keadaan tetangganya, keluarga besar, kader, RT
A fisik rumah yang tidak maupun kepala lingkungan
sehat.
5. jumat, 5 Gangguan 10.00 1. Memonitoring TTV 1. Keadaan Umum Baik. Ekstremitas atas
Maret mobilitas fisik WIT pasien sebelum/sesudah dan bawah bagian kanan paralisis.
2021 dengan masalah A latihan Kekuatan Otot :
ketidakmampuan 5 3
keluarga merawat 5 4
anggota keluarga
yang sakit 2. Mengkaji kembali 2. TTV pasien :
berhubungan 10.05 kemampuan pasien TD :160/100 mmHg, N:80x/mnt,
dengan WIT dalam ambulasi dan RR: 18x/mnt, S:36,8ºC
ketidakmampuan A rentang gerak
keluarga merawat 3. Mengajarkan keluarga 3. Keluarga dan pasien diajarkan dan
anggota keluarga kembali untuk dimotivasi dalam melakukan rentang
yang menderita 10.10 melakukan melakukan gerak sendi dan otot. Keluarga mampu
stroke WIT latihan ROM Pasif. melakukan latihan ROM pasif. Keluarga
A Monitor TTV setelah dan pasien juga mengerti untuk selalu
latihan. Anjurkan merubah posisi tiap 2 jam dan diajar untuk
keluarga untuk duduk.
memiringkan pasien TTV : 160/100 mmHg, N:84x/mnt,
setiap 2 jam RR: 20x/mnt
4. Membantu dan 4. Keluarga mengatakan mengerti dan
mengajarkan keluarga mampu mengulangi kembali tentang
kembali dalam penjelasan perawat untuk membantu
10.35 pemenuhan ADL pasien dalam kebutuhan aktifitas sehari-hari
WIT ibunya seperti ganti pampers, seka badan,
A ganti baju, makan dll
10.45
WIT
A
6. jumat, 5 mobilitas fisik 10.00 1. Memonitoring TTV 1. Keadaan Umum Baik. Ekstremitas atas
Maret dengan masalah WIT pasien sebelum/sesudah dan bawah bagian kanan paralisis.
2021 ketidakmampuan A latihan Kekuatan Otot :
keluarga merawat 5 3
anggota keluarga 5 4
yang sakit
berhubungan 2. Mengkaji kembali 2. TTV pasien :
dengan 10.05 kemampuan pasien TD :160/100 mmHg, N:80x/mnt,
ketidakmampuan WIT dalam ambulasi dan RR: 18x/mnt, S:36,8ºC
keluarga merawat A rentang gerak
anggota keluarga 3. Mengajarkan keluarga 3. Keluarga dan pasien diajarkan dan
yang menderita kembali untuk dimotivasi dalam melakukan rentang
stroke 10.10 melakukan melakukan gerak sendi dan otot. Keluarga mampu
WIT latihan ROM Pasif. melakukan latihan ROM pasif. Keluarga
A Monitor TTV setelah dan pasien juga mengerti untuk selalu
latihan. Anjurkan merubah posisi tiap 2 jam dan diajar untuk
keluarga untuk duduk .
memiringkan pasien TTV : 160/100 mmHg, N:84x/mnt,
setiap 2 jam RR: 20x/mnt
10.45
WIT
A
V. EVALUASI SUMATIF