DIARE
Dosen Pembimbing :
LILIS MAGHFUROH, S.Kep.Ns.M.Kes
Disusun Oleh :
1. RISTA NUR AYUNI 1802012623
2. BELLA SRI ALVIANTI 1802012636
3. ELLY ULFIATIN 1802012637
4. ALFIATUN KUSMIATI 1802012653
5. ISYFA’ MAULANA ACHMAD 1802012647
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
nya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN DIARE”. Makalah ini kami susun sebagai salah satu persyaratan untuk
memenuhi tugas keperawatan anak.
Dalam penyusunan, kami mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat
Bapak/Ibu:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep. M.Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Lamongan.
2. Arifal Aris, S. Kep.,Ners., M.Kes selaku Dekan Universitas Muhammadiyah
Lamongan.
3. Suratmi, S. Kep.,Ners., M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Lamongan.
4. Lilis Maghfuroh, S.Kep.Ns.M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
petunjuk dan saran dalam penyusunan makalah ini.
5. Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang diberikan.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Kami berharap semoga makalh ini
bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya.
Penulis,
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
kerena frekuensisatu kali atau lebih buang air besar dengan tinja encer dan cair
(Suriadi dan Rita, 2001).
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dan dapat
terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut: Dehidrasi (ringan, sedang, berat,
hipotonik, isotonic, atau hipertonik).Renjatan hipovelemik, hipokalimia, (dengan
gejala hipotonik otot, lemah, brikardi, meteorismus).Hipoglikemia, itoleransi skunder
akibat kerusakanvili mukosausus dan defesiensi enzim lactose.Kejang terjadi pada
dehidrasi hipertonik.Malnutrisi energiprotein (akibat muntah dan diare jika lama atau
kronik).
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima
tahun) terbesar di dunia. Menurut catatan Unicef, setiap detik satu balita meninggal
karena diare. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat
global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare
membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut
Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada
balita. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460
balita setiap harinya.Penyakit Diare di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan
kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih
menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap
tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare
infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections
dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter
jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan
Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Diare infeksi di negara berkembang,
menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak
terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang
lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Diare merupakan penyebab
kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur.
Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun.
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare menempati
urutan ke ketiga penyebab kematian bayi.Diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang
disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. (Depkes R I,
Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D, Jkt, 2002).Secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi,
keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di
lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. (Depkes
RI, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D , Jkt , 2002). Adapun penyebab-penyebab
tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan
atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Pada tahun 2004, Diare
merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak,
Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan.
Resiko diare pada anak apabila tidak di tangani Risiko terbesar diare adalah
dehidrasi. Jika kita diare, kita dapat hilang lima liter air setiap hari. Bersama dengan
air ini, kita juga menghilangkan zat mineral (‘elektrolit’) yang penting untuk fungsi
tubuh normal. Elektrolit utama adalah natrium dan kalium.Dehidrasi berat dapat
menyebabkan tubuh menjadi syok (kejut) dan dapat mematikan. Dehidrasi adalah
lebih berat untuk balita dan anak dibandingkan orang dewasa. Siapa pun yang diare
harus minum banyak cairan bening, misalnya teh, kaldu ayam, atau air soda. Ini lebih
baik daripada air saja, yang tidak mengembalikan zat mineral. Kita juga dapat minum
cairan elektrolit (oralit) yang dapat dibeli tanpa resep di apotek.Diare yang berlanjut
dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan penyerapan gizi yang kurang. Ini dapat
mengakibatkan wasting
Bayi dan anak merupakan kelompok umur yang sering mengelami diare,
masalah ini biasanya di timbulkan bukan hanya kerena infeksi tetapi dapat pula di
sebabkan karena kebersihan makanandi intoleransiterhadap karbohidrat, lemak dan
protein, jika tidak di tangani akan menyebabkan kekurangan keseimbangan volume
cairan dan elektrolit (dehidrasi, syok hipovolemik ),atau berakibat patal atau
kematian. Maka peran perawat sangatpenting untuk menerapaknan metode sebagai
berikut, Promotif melalui penyuluhan tentang pencegahan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan diare.Preventif untuk meningkatkan kemandirian klien akan pentingnya
kebersihan diri, keluarga dan lingkungan yang dapat menyebabkan diare.Kuratif
pemberian cairan yang adekuat dan penatalaksanaan.Rehabilitative yaitu dengan cara
memulihkan pasien sehingga dapat berfungsi secara optimal seperti memberikan
makanan yang bersih, berikan makanan lunak, bubur dan basi tim.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum :
Untuk memenuhi tugas seminar mata ajar keperwatan anak
2. Tujuan Khusus :
Agar mahasiswa dan mahasiswi dapat mengetahui dan memahami tentang :
B. ETIOLOGI
1. Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare, meliputi, Infeksi virus, Ecoli cholera, singela, Infeksi
pasif: entovirus, adeno virus, infeksi parasit, cacing, (ascorosis, oxyuris)
protozoa dan jamur.
2. Faktor parenteral adalah infeksi di luar perencanaan makanan seperti, OMA,
paringitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak di bawah dua tahun.
3. Factor malabsorbsi adalah disakarida intoleransi laktosa, mokosa, sukrosa)
monosakarida (intoleransi, glukosa dan galaktosa).
4. Factor makanan adalah makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
C. PATOFISIOLOGI
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan
akibat dari gangguan absorsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Cairan, sodium, potassium,dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke
dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi dan dapat terjadi asidosis metabolic.
Diare yang terjadi merupakan proses Dari: transport aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus. sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektolit. mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurun kearea
permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorsi cairan dan elektrolit.peradangan
akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorsi cairan dan elektolit dan
bahan makanan. ini terjadi pada sindrom malabsorsi. meningkatnya motilitas
intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorsi intestinal.
D. MANIFESTASI KLINIS
Mula pasien cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang,
kemudian timbul diare. Tinja cair bercampur dengan lendir dan darah, di anus
dan daerah sekitarnya timbul lecet kerena sering defekasi, berat badan menurun,
turgor kulit rkurang elastis, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, kulit
tampak kering dan anorexia.
E. KOMPLIKASI
Akibatdiare,kehilangan air dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
beragai komplikasi sebagai berikut:Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotenik,
isotonik, atau bhiper tonik). Renjatan hipovolemik,
hipokalimia, (dengan gejala hipotonik otot, lemah, brakardi, meteorismus).
Hipoglikemia, itoleransi sekunderakibat kerusakanvilimukosa usus dan
defisiensi enzim lactose.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaantinjameliputinakrokopis: Kerena feces biasanya di mulai dengan warna
coklat muda sampai kuning bercampur lendir, darah atau yang mana konsestennya
cair atau encer.
2. Mikroskopis: jumlah sel efitel leokosit dan eritrtosit meningkat.
3. Tes resisten terhadap antibiotik.
4. Kultur tinja.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian carian
Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan
keadaan umum. Terdiri dari: cairan peroral, pada klien dehidrasi ringan dan
dehidrasisedang cairandiberikan cairan peroralberupa cairan yang berisikan NaCl,
NaHCO3, KCL, dan glukosa, untuk gastroenteritis akut dan kolera pada anak di atas
9 bulan dengan dehidrasi ringan/ sedang kadar Na 50-60 mEq/1. Formula terdiri dari
dua yaitu permula lengkap oralit, dengan formula tidk lengkapdadalah garam dan
gula. (NaCL dan sukrosa) atau air tajin di beri garam dan gula.
Cairan parentral, sebenarnya ada berapa jenis cairan(riger laktat) yang di perlukan
seauai dengan kebutuhan tubuh klien seberapa banyak yang di berikan tergantung
dari berat atau ringannya dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badan.
2. Pengobatan dietetik
Untuk anak di bawah umur satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 Kg, jenis
makanan; susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM), makanan setengah padat(bubur),makanan
padat(nasi tim).
3. Obat-obatan
Perinsip pengobatan diare adalah pengantian cairan yang hilang melalui tinja atau
dengan muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbonhidrat lain (gula, air, tajin, tepung beras, dsb).
Obat anti sekresi: klorpamazin (dosis 0,5 mg/kgBB/hari),opium,loperami, antibiotic;
pada umumnya anti biotik tidak di perlukan untuk mengatasi gastroenteritis akut,
kecuali jika penyebabnya jelas, seperti kilera diberi tetrasklin 25-30 mg/KgBB/hari,
campiobacter diberikan eritromisin 40-50 mg/KgBB/hari.
H. PATHWAY
FAKTOR
Makanan Malabsorbsi
Distensi abdomen
DIARE
Penurunan volume
Nafsu makan ↓
cairan
RESIKO
HIPOVELEMIA
KETIDAKSEIMBANGAN
CAIRAN
I. KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN
Pengkajian bersifat sistematis meliputi pengumpulan data, Dan penentuan masalah.
a. Identitas klien.
b. Riwayat kesehatan.
c. Awal serangan: awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anorexia kemudian timbul gastroenteritis.
d. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila banyak kehilangan banyak
air elektrolit dan terjadilah dehidrasi, berat badan turun, pada bayi ubun-ubun
cekung,tonus dan tugor kulit berkurang, selaput lender dan bibir kering,
prekuensi BAB lebih dari empat kali dengan konsetensi encer.
e. Riwat masa lalu, riwat penyakit yang diderita riwayat pemberian imunisasi.
f. Riwat psikososial keluarga: di rawat akan menjadi stesor bagi anak itu sendiri
dan keluarga. Kecemasan meningkat bila orang tua tidak mengetahui prosedur
dan pengobatan anak, setelah menyadari kesehatan anaknya, maka mereka
akan beraksi dengan rendah merasa bersalah.
g. Kebutuhan dasar
1. Pola ilminasi: Akan mengalami penurunan yaitu BAB lebih dari empat kali
sehari, BAK sedikit dan jarang.
2. Pola nutrisi: di awali dengan mual, muntah dan anorexia, menyebankan
penurunan berat badan klien.
3. Pola tidur dan istirahat: Akan tergantung akan adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4. Pola hygiene: kebiasan biasa mandi setiap hari.
5. Aktivitas: Akan tergantung dengan kondisi tubuh yang lemah dan adanya
rasa nyeri akibat distensi abdomen
h. Pemeriksan fisik
1. Pemeriksaan fisiologis: keadan umum tampak; lemah, kesadaran
komposmetis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernafasan agak cepat.
2. Pemeriksan sistemik
1) Inspeksi:mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir dan bibir kering,
berat badan turun dan anus kemerahan.
2) Perkusi; adanya distensi abdomen.
3) Palpasi; tugur kulit elastic.
4) Auskultasi; terdengar bising usus.
i. Pemeriksan tingkat pertumbuhan dan perkembangan: pada anak gastroenteritis
mengelami gangguan kerena anak dehidrasi sehinga berat badan menurun.
j. Tes diagnostik
a. Pemeriksan tinja.
Mikroskopis; warana feses dimulai berwarna coklat muda sampai warna
kuning yang bercampur dengan lendir, darh atau pus yang mana
konsestensinya encer.
Mikroskopis; jumlah sel eitel leukosit dan eritrosit terdiri dari dari PH feces,
biasanya menurun yang menunjukan keadan feces yang asam dan kadar
kadar gula yang diduga (ada sugar itoleran)
b. Pemeriksan darah
Darah lengkap:PH cadangan alkali dan elektrolit untukmenentukan gangguan
untuk keseimbamagam asam basa.
3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
Resiko ketidakseimbangan cairan d.d disfungsi intestinal
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tim pokja SDKI DPP PPNI.2017.SDKI Cetakan III (revisi). Jakarta : Dewan pengurus
pusat PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI.2019. SLKI Cetaka II. Jakarta : Dewan pengurus pusat PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. SDKI Cetakan II. Jakarta : Dewan pengurus pusat PPNI
A.G.M. Comdell & Neil Mcln Tosh. (1998). Text book of pediatrics (5th ed). New York
Churchhill Livingstone
Abdoerrachman, Alatas,Ali Dahlan Dkk. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
FKUI. Jakarta : Info Medika.
Ackley And Ladwig. (1999). Nursing diagnosis hand book : A guid to planning care (4th
ed.).St.Louis : Mosby
Suriadi, (2001) asuhan keperawatan pada anak sakit. Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung Seto
Wong dona . (2004) pedoman klinis perawatan pediatric, Alih bahasa : Monca Ester.
Jakarta :EGC