Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 Kewenangan Klinis (Clinical Privilege)
2.1.1 Pengertian
Pada dasarnya semua pelayanan kesehatan yang terjadi di sebuah rumah sakit dan
akibatnya menjadi tanggung jawab institusi rumah sakit itu sendiri, hal ini sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perumahsakitan. Oleh
karenanya rumah sakit harus mengatur seluruh pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga keperawatan sedemikian rupa agar aman bagi pasien.

Dengan demikian, bila seorang perawat telah diizinkan melakukan pelayanan


kesehatan dan prosedur klinis lainnya di sebuah rumah sakit berarti yang bersangkutan
telah diistimewakan dan diberikan hak khusus (privilege) oleh rumah sakit. Hak perawat
tersebut disebut sebagai kewenangan klinis (clinical privilege).

Kewenangan klinis (clinical privilege) tenaga keperawatan adalah kewenangan


yang diberikan oleh kepala rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan
asuhan keperawatan dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang
dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis. Penugasan klinis adalah penugasan
kepala/direktur rumah sakit kepada tenaga keperawatan untuk melakukan asuhan
keperawatan atau asuhan kebidanan di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang telah ditetapkan baginya.

Kewenangan klinis diberikan kepada perawat dengan tujuan agar tidak


menimbulkan konflik di antara tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan lain dapat merasa
bahwa lahan pekerjaan yang dimilikinya dicampuri atau diambil alih oleh pihak lain.
Konflik yang timbul tentunya akan mempengaruhi kualitas pelayanan dari perawat dan
rumah sakit yang bersangkutan. Dengan diaturnya kewenangan klinis tersebut maka
setiap perawat akan mempunyai batas yang jelas dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien. Pemberian kewenangan klinis juga bertujuan untuk melindungi
keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga keperawatan yang memberikan
asuhan keperawatan dan kebidanan memiliki kompetensi dan kewenangan klinis yang
jelas (Permenkes, 2011).

2.1.2 Kredensial
Pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) kepada seorang perawat
dilakukan dengan melakukan suatu proses yang disebut kredensial. Kredensial adalah
proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis. Proses kredensial mencakup tahapan review, verifikasi, dan evaluasi
terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan.

Proses kredensial dilakukan oleh sub komite kredensial di komite keperawatan


rumah sakit. Komite keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankandan meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan
etika dan disiplin profesi sehingga pelayanan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan
kepada pasien diberikan secara benar (ilmiah) sesuai standar yang baik (etis) sesuai kode
etik profesi serta hanya diberikan oleh tenaga keperawatan yang kompeten dengan
kewenangan yang jelas (Permenkes,2011).

Komite Keperawatan merupakan kelompok profesi tenaga keperawatan yang secara


struktur fungsional berada di bawah kepala/direktur rumah sakit dan bertanggungjawab
langsung kepada kepala/direktur rumah sakit. Komite Keperawatan dibentuk melalui
mekanisme yang disepakati dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Permenkes, 2011). Komite Keperawatan hendaknya dapat memberikan jaminan
kepada kepala/direktur rumah sakit, bahwa tenaga keperawatan memiliki kompetensi
kerja yang tinggi sesuai standar pelayanan dan berperilaku baik sesuai etika profesinya.
Komite Keperawatan bertugas membantu kepala/direktur rumah sakit dalam melakukan
kredensial, pembinaan disiplin dan etika profesi tenaga keperawatan serta pengembangan
profesional berkelanjutan (Permenkes, 2011).

Kredensial secara umum merupakan istilah yang memayungilisensi, sertifikasi,


akreditasi dan pendaftaran/registrasi yaitu :

a. Sertifikasi
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang
tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya di
seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi (PMK 1796, pasal 1). Untuk
memperoleh sertifikat kompetensi, sebelumnya dilakukan uji kompetensi. Uji
kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan
sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi (PMK 1796, pasal 1).
Pelaksanaa uji kompetensi dilaksanakan oleh MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan
Propinsi). Setelah dinyatakan lulus, yang bersangkutan akan memperoleh Sertifikat
Kompetensi yang ditetapkan oleh ketua MTKP.
b. Registrasi
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi dan telah memenuhi kualifikasi tertentu serta diakui secara
hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya (PMK 1796, pasal
1). Surat Tanda Registrasi (STR) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat
kompetensi. Penjelasan tersebut tertuang dalam Permenkes RI No. 1796 tahun 2011,
pasal 9
c. Akreditasi
Aspek kredensial yang terkait dengan akreditasi meliputi ijazah yang dikeluarkan
oleh institusi pendidikan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan untuk
memperoleh STR dimana salah satu syaratnya memiliki ijazah. Ijazah tersebut akan
diberikan atau dikeluarkan oleh institusi pendidikan yang telah terakreditasi oleh
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

2.1.3 Tahapan Pemberian Kewenangan Klinis


Secara garis besar tahapan pemberian kewenangan klinis yangharus diatur lebih
lanjut oleh rumah sakit adalah sebagai berikut :

a. Tenaga keperawatan mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada kepala atau


direktur rumah sakit dengan mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang
telah disediakan rumah sakit dengan dilengkapi bahan-bahan pendukung.
b. Berkas permohonan tenaga perawat yang telah lengkap disampaikanoleh kepala atau
direktur rumah sakit kepada komite keperawatan.
c. Kajian terhadap formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telahdiisi oleh
pemohon.
d. Dalam melakukan kajian subkomite kredensial dapat membentuk panel atau panitia
ad-hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan
klinis yang diminta berdasarkan buku putih (white paper).
e. Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panel atau panitia ad-hoc
dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan, bidang disiplin
dan kompetensi yang bersangkutan
f. Pengkajian oleh subkomite kredensial meliputi elemen :
1) Kompetensi
a) Berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensiyang disahkan oleh
lembaga pemerintah yang berwenang untuk itu
b) Kognitif
c) Afekif
d) Psikomotor
2) Kompetensi fisik
3) Kompetensi mental/perilaku
4) Perilaku etis (etical standing)
g. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan
praktik.
h. Daftar rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege)diperoleh dengan
cara :
1) Menyusun daftar kewenangan klinis dilakukan dengan meminta masukan dari
setiap kelompok staff medis
2) Mengkaji kewenangan klinis bagi pemohon dengan menggunakan daftar rincian
kewenangan klinis (delineation of clinical privilege)
3) Mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi tenaga perawat dilakukan
secara periodik
i. Rekomendasi pemberian kewenangan klinis dilakukan oleh komite keperawatan
berdasarkan masukan dari subkomite kredensial.
j. Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap perawat yang mengajukan
permohonan pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis (clinical
appointment), dengan rekomendasi berupa :
1) Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan
2) Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah
3) Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi
4) Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu
5) Kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi
6) Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri
k. Bagi perawat yang ingin memulihkan kewenangan klinis yang dikurangi atau
menambah kewenangan klinis yang dimiliki dapat mengajukan permohonan kepada
komite keperawatan melalui kepala/direktur rumah sakit. Selanjutnya, komite
keperawatan menyelenggarakan pembinaan profesi antara lain melalui mekanisme
pendampingan (proctoring).
l. Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memberikan rekomendasikewenangan
klinis :
1) Pendidikan
a) Lulus dari sekolah keperawatan yang terakreditasi atau dari sekolah
keperawatan luar negeri dan sudah diregistrasi
b) Menyelesaikan program pendidikan konsultan
2) Perizinan (lisensi)
a) Memiliki surat tanda registrasi yang sesuai dengan bidang profesi
b) Memiliki izin praktik dari dinas kesehatan setempat yang masih berlaku
3) Kegiatan penjagaan mutu profesi
a) Menjadi anggota organisasi yang melakukan penilaian kompetensi bagi
anggotanya
b) Berpartisipasi aktif dalam proses evaluasi mutu klinis
4) Kualifikasi personal
a) Riwayat disiplin dan etik profesi
b) Keanggotaan dalam himpunan profesi yang diakui
c) Keadaan sehat jasmani dan mental, termasuk tidak terlibat penggunaan obat
terlarang dan alkohol, yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap
pasien
d) Riwayat keterlibatan dalam tindakan kekerasan
e) Memiliki asuransi proteksi profesi (professional indemnity insurance)
5) Pengalaman dibidang keprofesian
a) Riwayat pelaksanaan praktik profesi
b) Riwayat tuntutan medis atau klaim oleh pasien selama menjalankan profesi
m. Berakhirnya kewenangan klinis
Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis (clinical appointment)
habis masa berlakunya atau dicabut oleh kepala atau direktur rumah sakit. Surat
penugasan klinis untuk setiap tenaga perawat memiliki masa berlaku untuk periode
tertentu, misalnya dua tahun. Pada akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut
rumah sakit harus melakukan rekredensial terhadap tenaga perawat yang
bersangkutan. Proses rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses
kredensial awal sebagaimana diuraikan di atas karena rumah sakit telah memiliki
informasi setiap staf medis yang melakukan pelayanan medis di rumah sakit tersebut.
n. Pencabutan, perubahan/modifikasi dan pemberian kembali kewenangan klinis
Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu oleh kepala atau direktur
rumah sakit didasarkan pada kinerja profesi dilapangan, misalnya perawat yang
bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain itu,
pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan kerja
yang diduga karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin darikomite
keperawatan. Namun demikian, kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat
diberikan kembali bila tenaga perawat tersebut dianggap telah pulih kompetensinya.
Dalam hal kewenangan klinis tertentu seorang perawat diakhiri, komite medik akan
meminta subkomite mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar
kompetensi yang bersangkutan pulih kembali. Komite keperawatan dapat
merekomendasikan kepada kepala/direktur rumah sakit pemberian kembali
kewenangan klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan.

Anda mungkin juga menyukai