Anda di halaman 1dari 10

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDENSIAL DAN KEWENANGAN KLINIS KEPERAWATAN

DI RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan Pasal1 disebutkan Pelayanan


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat baik sehat maupun sakit. Praktek
keperawatan adalah pelayanan yang diselengarakan oleh perawat dalam bentuk asuhan
keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi mempunyai ciri antara lain memiliki Tubuh Ilmu
Pengetahuan (Body of Knowledge), Kode Etik Profesi dan memberikan pelayanan yang
professional.

Sumber daya manusia perawat di rumah sakit merupakan jenis tenaga kesehatan
terbesar (jumlahnya antara 40 45%), memiliki jam kerja 24 jam melalui penugasan shift
serta merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan pasien melalui hubungan
profesional pasien perawat (nurse client relationship). Perawat memiliki tanggung
jawab dan tanggung gugat sesuai kewenangan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien dan keluarganya.

Untuk itu selain Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan lain juga diperlukan perawat yang
memiliki kompetensi diatas standar, mampu berpikir kritis, selalu berkembang serta
memilki etika profesi sehingga pelayanan keperawatan dapat diberikan dengan baik,
berkualitas dan aman bagi pasien dan keluarganya.

Keberadaan Komite Keperawatan di Rumah Sakit Harapan Keluarga yang salah satu
tugasnya adalah melakukan kredensial terhadap perawat dan bidan, untuk itu diperlukan
pedoman penyelenggaraan kredensial sehingga dapat menjadi acuan dalam proses
kredensial bagi tenaga keperawatan.

B. Tujuan Pedoman Kredensial Perawat

1. Umum:
Sebagai pedoman dalam menyelenggarakan kredensial guna meningkatkan
profesionalisme perawat dan melindungi keselamatan pasien.

2. Khusus:
a. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-kredensial bagi tenaga
Perawat di rumah sakit, agar terbentuk persamaan pemahaman dan persepsi

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 1
b. Memberikan panduan bagi komite Keperawatan untuk menyusun jenis jenis
kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap Perawat yang melakukan tindakan
medis / Keperawatan di rumah sakit.
c. Memberikan panduan bagi kepala rumah sakit untuk menerbitkan kewenangan
klinis (clinical privilege) bagi setiap Perawat untuk melakukan tindakan medis /
Keperawatan di rumah sakit.
d. Meningkatan profesionalisme dan akuntabilitas tenaga Keperawatan di rumah
sakit.
e. Meningkatkan reputasi dan kredibilitas perawat dan institusi rumah sakit
dihadapan pasien, penyandang dana, dan Stake Holder rumah sakit lainnya.

C. KONSEP DASAR KREDENSIAL PERAWAT DI RUMAH SAKIT


Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk
menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar profesi dan kompetensi
para perawat yang melakukan tindakan medis dan atau keperawatan terhadap pasien di
rumah sakit. Upaya ini dilakukan kompeten. Persyaratan dengan cara mengatur agar setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh tenaga
paramedis yang benar benar kompeten. Persyaratan kompetensi ini meliputi dua
komponen :

1. Komponen kompetensi keprofesian yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan


perilaku professional ; dan
2. Komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik dan mental.
Walaupun seorang perawat telah mendapatkan pendidikan selama kuliah, namun
rumah sakit wajib melakukan verifikasi kembali kompetensi seseorang untuk melakukan
tindakan perawat dalam lingkup spesialisasi tersebut, hal ini dikenal dengan istilah
Credentialing. Proses Credentialing ini dilakukan dengan dua alasan utama :

Pertama, banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang


mendapatkan pendidikan. Perkembangan ilmu dibidang keperawatan
untuk suatu tindakan medis dan atau keperawatan tertentu sangat pesat,
sehingga kompetensi yang diperoleh dapat berubah sewaktu waktu,
bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak aman bagi pasien..
Kedua, kesehatan seseorang dapat saja menurun akibat penyakit tertentu atau
bertambahnya usia sehingga mengurangi keamanan tindakan medis yang
dilakukan.

Kompetensi fisik dan mental dinilai melalui uji kelayakan kesehatan baik fisik maupun
mental. Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit disebut
sebagai mekanisme Re-credentialing, dan hal ini dilakukan demi keselamatan pasien.
Tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain untuk keamanan
kliennya. Misalnya kompetensi profesi penerbang (pilot) yang senantiasa diperiksa secara
teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan penerbangan. Setelah seorang Perawat
dinyatakan kompeten melalui suatu proses kredensial, rumah sakit menerbitkan suatu ijin
bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian tindakan tindakan medis tertentu
di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagai Kewenangan Klinis (Clinical Privilege).

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 2
Tanpa adanya Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) tersebut seorang perawat tidak
diperkenankan untuk melakukan tindakan medis dan / Keperawatan dirumah sakit tersebut.
Kewenangan klinik ini akan dievaluasi oleh Komite Keperawatan dan Panitia Kredensial
setiap 3 tahun sekali.

Hal ini diharapkan tenaga keperawatan mampu memperoleh kewenangan klinis


keperawatan yang lebih tinggi dan lebih baik. Setelah perawat mengisi form pengajuan ini,
Komite Keperawatan dan juga Panitia Kredensial mengolah untuk kemudian muncul surat
Penugasan Klinik bagi setiap tenaga keperawatan di Rumah Sakit Harapan Keluarga
dengan mempertimbangkan masa kerja perawat dan juga kompetensi melalui Panitia
Kredensial, maka tenaga keperawatan di Rumah Sakit Harapan Keluarga dikategorikan
menjadi 3 tingkat yaitu :
1. Perawat Senior dengan kriteria :
a. Pegawai tetap dengan masa kerja diatas 4 tahun
b. Berijasah minimal D3 Keperawatan
c. Lulus uji kompetensi
d. PJ Shif dalam tugas dinas
2. Perawat Medior,dan juga :
a. Pegawai tetap dengan masa kerja 2 3 tahun
b. Berijasah minimal D3 keperawatan
c. Lulus uji kompetensi
3. Perawat Yunior.kategori :
a. Pegawai tetap dengan masa kerja 0 2 tahun, calon
pegawai dan pegawai kontrak
b. Berijasah minimal D3 keperawatan
c. Lulus uji kompetensi

Untuk ketiga katagori ini nantinya akan ditetapkan oleh SK direktur Rumah Sakit Harapan
Keluarga

D. Sasaran

Sasaran Pedoman Kredensial adalah :


1. Staf keperawatan
2. Pimpinan Keperawatan
3. Unit kerja terkait
4. Decision Supporting System Group (DSSG) terkait
5. Pimpinan Rumah Sakit
6. Penyelenggara Akreditasi RS

E. Daftar Istilah :

1. Komite Keperawatan adalah wadah non struktural rumah sakit yang mempunyai
fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi.

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 3
2. Proses kredensial (Credentialing): adalah Proses mereview, memverifikasi dan
mengevaluasi dokumen dokumen. Proses kredensial menjamin perawat untuk
menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi kewenangan klinis (clinical
privilege) untuk melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit
3. Re-Kredensial (Re-Credentialing): proses re-evaluasi oleh suatu rumah sakit
terhadap tenaga perawat yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis (clinical
privilege)) dirumah sakit tersebut untuk menentukan apakah yang bersangkutan masih
layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu periode tertentu.
4. Kewenangan Klinis (clinical privilege): kewenangan klinis untuk melakukan
asuhan keperawatan tindakan medis tertentu dalam lingkungan sebuah rumah sakit
tertentu berdasarkan penugasan yang diberikan Kepala Rumah Sakit.
5. Penugasan klinis adalah penugasan direktur Rumah Sakit kepada tenaga
keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan atau asuhan kebidaan di Rumah
Sakit tersebut berdasarkan daftar Kewenangan Klinis.
6. Peer-group atau mitra bestari adalah sekelompok tenaga keperawatan dengan
reputasi dan kompetensi yan baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
tenaga keperawatan.
7. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselengarakan oleh perawat dalam
bentuk asuhan keperawatan.
8. Tenaga Paramedis :Perawat dan tenaga professional kesehatan lain yang melakukan
fungsi tugas keperawatan dan pelimpahan kewenangan dari petugas medis
9. Buku Putih adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
tenaga keperawatan yang digunakan untuk menentukan Kewenangan Kilinis.
10. Panitia adhoc berasal dari perawat yang tergolong sebagai mitra bestari, dapat
berasal dari rumah sakit lain, organisasi profesi perawat, organisasi profesi bidan,
dan/atau institusi pendidikan keperawatan dan institusi pendidikan kebidanan yang
mempunyai tugas khusus untuk mrnyelesaikan suatu kegiatan dan dibubarkan setelah
tugas tersebut selesai. Panitia Adhoc ditetapkan dengan SK Direktur.

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 4
BAB II

KREDENSIAL PERAWAT

A. PROSES KREDENSIAL
Proses Kredensial diperlukan untuk menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam
memberikan pelayanan keperawatan dan kebidanan kepada pasien sesuai dengan standar
profesi. Proses Kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan.

Berdasarkan hasil proses Kredensial, Komite Keperawatan merekomendasikan kepada


Direktur Utama untuk menetapkan Penugasan Klinis yang akan diberikan kepada tenaga
keperawatan berupa surat Penugasan Klinis. Penugasan Klinis tersebut berupa daftar
Kewenangan Klinis yang diberikan oleh Direktur Utama Rumah Sakit kepada tenaga
keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan atau asuhan kebidanan

B. Tujuan Kredensial
1. Membuat kejelasan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan.

2. Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga keperawatan yang


memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan memiliki kompetensi dan
kewenangan klinis yang jelas

3. Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga keperawatan yang berada di semua


level pelayanan.

C. Kewenangan Klinis
Kewenangan melakukan Asuhan Keperawatan :
1. Perawat hanya dapat melakukan Asuhan Keperawatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki, setelah mendapatkan Penugasan Klinis (clinical privilege) dari Direktur
Utama, yang ditetapkan dengan Surat Keputusan.

2. Penugasan klinis hanya diberikan kepada Perawat yang telah memenuhi kualifikasi dan
persyaratan untuk mendapatkan Kewenangan Profesi (clinical privilege).

3. Penilaian persyaratan dan jenis asuhan / keperawatan untuk setiap perawat dan bidan
ditetapkan oleh Komite Keperawatan

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 5
4. Komite Keperawatan menyerahkan hasil pengesahan penilaian kredensial sebagai
rekomendasi kepada Direksi.

5. Berakhirnya kewenangan melakukan asuhan keperawatan :


a. Kewenangan untuk melakukan Asuhan Keperawatan atau Kebidanan seorang
Perawat di Rumah Sakit berakhir bila penugasan klinis (clinical privilege) Perawat
yang bersangkutan dicabut oleh Direksi berdasarkan usulan Komite Keperawatan.

b. Dalam hubungan hukum ketenagakerjaan antara perawat dengan rumah sakit


berakhir, maka secara otomatis brakhir pula kewenangan yang bersangkutan
untuk melakukan asuhan keperawatan.

6. Rincian kewenangan klinis setiap tingkatan staf perawat klinik di Rumah Sakit Harapan
Keluarga ditetapkan oleh Komite Keperawatan dan Mitra Bestari (kelompok kekhususan
dan kepala ruangan area dimana dia bekerja).

7. Komite Keperawatan wajib menetapkan dan mendokumentasikan syarat-syarat yang


terkait kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan setiap jenis pelayanan
keperawatan sesuai dengan ketetapan Mitra Bestari (peer group).

8. Komite Keperawatan menyusun Buku Putih (white paper) untuk pelayanan


keperawatan dengan melibatkan Mitra Bestari (peer group)

9. Pemberian Kewenangan Klinis (clinical privilage) kepada staf keperawatan yang akan
melakukan tindakan tertentu tersebut mengacu pada buku putih (white paper) yang
telah disusun bersama.

10. Kewenangan klinis seorang staf keperawatan tidak hanya didasarkan pada kredensial
terhadap kompetensi keilmuan dan keterampilannya saja, akan tetapi juga didasarkan
pada kesehatan fisik, kesehatan mental, dan prilaku (behavior) staf keperawatan
tersebut.

D. Tugas Sub Komite Kredensial


1. Menyusun daftar rincian kewenangan klinis
2. Menyusun buku putih(white paper) yang merupakan dokumen persyaratan terkait
kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan keperawatan dan
kebidanan sesuai dengan standar kompetensinya. Buku putih disusun oleh Komite
Keperawatan dengan melibatkan Mitra Bestari (peer Group)dari berbagai unsur
organisasi profesi keperawatan dan kebidanan, kolegium keperawatan, unsur
pendidikan tinggi keperawatan dan kebidanan.
3. Menerima hasil verifikasi persyaratan Kredensial dari bagian SDM meliputi :
a. Ijazah
b. Surat Tanda Registrasi
c. Sertifikat Kompetensi
d. Log book yang berisi uraian capaian kinerja
e. Surat pernyataan telah menyelesaikan program orientasi Rumah Sakit di unit
tertentu bagi tenaga keperawatan baru.

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 6
f. Surat hasil pemeriksaan kesehatan sesuai ketentuan

4. Merekomdasikan proses Kredensial


a. Perawat dan atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh Kewenangan
Klinis kepada Ketua Komite Keperawatan
b. Ketua Komite Keperawatan menugaskan Sub Komite Kredensial untuk melakukan
proses Kredensial (dapat dilakukan secara individu dan kelompok).
c. Sub Komite membuat panitia adhoc untuk melakukan review, verifikasi dan
evaluasi dengan berbagai metode porto folio, asesmen kompetensi.
d. Sub Komite memberikan laporan hasil Kredensial sebagai bahan rapat menentukan
Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan
5. Merekomendaikan pemulihan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga keperawatan
6. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.
7. Sub Komite Kredensial membuat laporan seluruh proses Kredensial kepada Ketua
Komite Keperawatan untuk diteruskan Direktur Utama.

F. Kewenangan Sub Komite Kredensial


Sub komite keredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi rincian
kewenangan klinis untuk memperoleh Surat Penugasan Klinis (Clinical Appointment).

G. Mekanisme Kerja Sub Komite Kredensial


Untuk melaksanakan tugas sub komite kredensial, maka ditetapkan mekanisme sebagai
berikut :
1. Mempersiapkan kewenangan klinis mencakup kompetensi sesuai area praktik yang
ditetapkan oleh rumah sakit.
2. Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria sesuai dengan persyaratan kredensial
dimaksud;
3. Melakukan asesmen kewenangan klinis dengan berbagai metode yang disepakati
4. Memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rekomendasi memperoleh
penugasan klinis dari Direktur Utama dengan cara :
a) Tenaga keperawatan mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan
klinis kepada ketua komite keperawatan.
b) Ketua komite keperawatan menugaskan sub komite kredensial untuk melakukan
proses kredensial (dapat dilakukan secara individu atau kelompok);
c) Sub komite melakukan review, verifikasi dan evaluasi dengan berbagai metode :
porto folio, asesmen kompetensi;
d) Sub komite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan rapat menentukan
kewenangan klinis bagi setiap tenaga keperawatan.
5. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan klinis secara berkala
6. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan.

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 7
BAB III

TATA LAKSANA

Proses utama kredensial ditujukan untuk mengendalikan kewenangan melakukan


tindakan keperawatan yang terinci (delination clinical privilege) bagi setiap tenaga perawat
yang bertumpu pada tiga tahap. Pertama, perawat melakukan permohonan untuk
memperoleh kewenangan klinis dengan metode self assessment. Kedua, komite keperawatan
dan sub komite kredensial mengkaji dan memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinik
keperawatan yang diajukan oleh pemohon. Ketiga, kepala rumah sakit menerbitkan surat
penugasan (clinical appointment) berdasarkan rekomendasi dari ketua komite keperawatan
yang berlaku untuk periode tertentu. Secara periodik, perawatan melalui proses rekredensial
saat masa berlaku surat penugasannya berakhir, dimana tiga proses inti tersebut akan
berulang.

A. Tahap Pertama : Permohonan Untuk Memperoleh Kewenangan Klinis.


Setiap tenaga paramedis mengajukan permohonan kepada kepala rumah sakit untuk
melakukan tindakan keperawatan. Perawat tersebut mengisi beberapa formulir yang
disediakan rumah sakit, antara lain daftar kewenangaan klinik keperawatan yang ingin
dilakukannya sesuai dengan bidang keahliannya. Tenaga paramedis tersebut memilih
tindakan keperawatan yang tertera dalam formulir daftar tindakan keperawatan tersebut
dengan cara mencontreng dan menyerahkan copy semua dokumen yang dipersyaratkan
kepada rumah sakit. Syarat syarat tersebut meliputi ijasah pendidikan,surat tanda
registrasi perawat dan juga surat ijin perawat. Setelah formulir lengkap rumah sakit
menyerahkan kepada komite keperawatan untuk ditindak lanjuti.

B. Tahap Kedua : Kajian Komite Keperawatan


Komite keperawatan bersama sub komite kredensial dan semua kepala instalasi
membicarakan Setiap permohonan kewenangan Klinik yang diminta oleh perawat.Melalui
intern keperawatan ini diputuskan kewenangan klinik keperawatan yang diberikan kepada
setiap perawat. Setelah penentuan kewenangan klinik perawat,ditetapkan juga
pengkategorian sebagai perawat senior, medior dan yunior. Salah satunya ditentukan juga
oleh masa kerja perawat dirumah sakit Harapan Keluarga Mataram.

C. Tahap Ketiga : Penerbitan Surat Penugasan.


Kepala rumah sakit menerbitkan surat penugasan kepada tenaga paramedis pemohon
berdasarkan rekomendasi tesebut. Kepala rumah sakit dapat saja meminta komite
keperawatan untuk mengkaji ulang rekomendasi tersebut bersama pihak manajemen
rumah sakit bila dianggap perlu. Surat penugasan tersebut memuat daftar sejumlah

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 8
kewenangan klinis untuk melakukan tindakan keperawatan bagi tenaga paramedis yang
memohon. Daftar kewenangan klinis seorang tenaga paramedis dapat dimodifikasi setiap
saat. Seorang tenaga paramedis dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis yang
tidak dimiliki sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada kepala rumah sakit.
Selanjutnya komite keperawatanakan melakukan proses kredensial khusus untuk tindakan
tersebut, dan akan memberikan rekomendasinya kepada kepala rumah sakit. Namun
sebaliknya, kewenangan klinis tertentu dapat saja dicabut, baik untuk sementara atau
seterusnya karena alasan tertentu seperti akan diuraikan pada bab berakhirnya
kewenangan klinis.
Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan (clinical appointment) habis
masa berlakunya atau dicabut oleh kepala rumah sakit. Surat penugasan untuk setiap
tenaga paramedis memiliki masa berlaku untuk periode tertentu, misalnya dua tahun.Pada
akhir masa berlakunya surat penugasan tersebut rumah sakit harus melakukan rekredensial
ini lebih sederhana dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan
diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap perawat yang melakukan tindakan
keperawatan dirumah sakit tersebut. Penerbitan ulang surat penugasan (reappointment).

Surat penugasan dapat berakhir setiap saat bila tenaga paramedis tersebut dinyatakan
tidak kompeten untuk melakukan tindakan keperawatan tertentu. Walaupun seorang
tenaga paramedis pada awalnya telah memperoleh kewenangan klinis untuk melakukan
tindakan keperawatan tertentu, namun kewenangan itu dapat dicabut oleh rumah sakit
berdasarkan pertimbangan komite keperawatan. Pertimbangan pencabutan kewenangan
klinis tertentu tersebut didasarkan pada kinerja profesi dilapangan, misalnya tenaga
paramedis yang bersangkutan terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental. Selain
itu, pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan medis yang
diduga karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari komite keperawatan. Namun
demikian, kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga
paramedis tersebut dianggap telah pulih kompetensinya. Dalam hal kewenangan klinis
tertentu seorang tenaga paramedis diakhiri, komite keperawatan akan meminta subkomite
peningkatan mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar
merekomendasikan kepada kepala rumah sakit pemberian kembali kewenangan klinis
tertentu setelah melalui proses pembinaan. Pada dasarnya kredensial tetap ditujukan untuk
menjaga keselamatan pasien, sambil tetap membina kompetensi seluruh tenaga paramedis
di rumah sakit. Dengan demikian jelaslah bahwa komite keperawatan dan staf keperawatan
memegang peranan penting dalam proses kredensial dan pemberian kewenangan klinis
untuk setiap tenaga keperawatan.

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 9
PENUTUP

Dengan ditetapkannya SK Nomor : 312/SK-KEPER/DIR/IX/2017 tentang Kebijakan pelaksanaan


Kredensial dan Kewenangan Klinis Keperawatan; SK Nomor : 011/SK-KEPER/DIR/IX/2016
tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit Harapan Keluarga dan SK Nomor : 011a/SK-
KEPER/DIR/IX/2016 tentang Pengangkatan Ketua Komite Keperawatan Rumah Sakit Harapan
Keluarga yang mengacu pada PERMENKES Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2013 tentang
Komite Keperawatan Rumah Sakit, sehingga Kredensial Perawat dan Bidan dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar.

Pedoman Pelaksanaan Kredensial dan Kewenangan Klinis


Keperawatan di RSHK 10

Anda mungkin juga menyukai