DEFINISI
A. Pengertian
Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya
masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara
cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar- benar sehat tapi
sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan. Skrining pada pasien
dapat dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis (wawancara riwayat penyakit),
evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik maupun psikologik, laboratorium
klinik, ataupun radiologi diagnostik.
Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal
kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat. Dalam
hal ini skrining pasien dilakukan pada awal di triage primer yang juga meliputi cara
mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah skrining pasien yang baik sehingga pelayanan
kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat dapat diselenggarakan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan. Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
skrining pasien awal di triage primer, antara lain :
1. Triage : Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/ penyakit
serta kecepatan penanganan/pemindahannya.
2. Prioritas : Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
3. Survei primer : Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.
4. Survei sekunder : Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan
anatomi yang akan berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi semakin
parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir dengan
mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
5. Pasien gawat darurat : Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
6. Pasien gawat tidak darurat : Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat (misalnya kanker stadium lanjut).
7. Pasien darurat tidak gawat : Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya (misalnya luka sayat dangkal).
8. Pasien tidak gawat tidak darurat : Pasien yang tidak memerlukan pertolongan
segera (misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya)
9. Kecelakaan (accident) : Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor
yang datang secara mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan
cedera fisik, mental, ataupun sosial. Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut
kriteria sebagai berikut :
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Skrining yang dilaksanakan melalui Kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,
permeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
atau diagnostik imajing sebelumnya, sehingga dapat meningkatkan mutu
keselamatan pasien dan mutu pelayanan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Seluruh staf Rumah Sakit mengetahui kriteria triase
b. Seluruh Staf Rumah sakit mengetahui Evaluasi Visual atau pengamatan pada
pasien
c. Seluruh staf Rumah Sakit mengetahui hasil pemeriksaan fisik pasien
d. Seluruh staf Rumah Sakit mengetahui Hasil Psikologik pasien
e. Seluruh staf Rumah Sakit mengetahui Laboratorium klinik atau diagnostik
imajing sebelumnya
C. Tanggung Jawab
1. Direktur Utama bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mekanisme/protokol
yang dijelaskan dalam panduan ini dan dokumen yang terkait tersedia untuk
implementasi, monitoring dan revisi kebijakan ini secara keseluruhan serta dapat
diakses dan dimengerti oleh semua staf terkait.
RUANG LINGKUP
C. Prinsip
1. Skrining pasien dilakukan pada kontak pertama, baik itu di rumah sakit maupun di
luar rumah sakit.
2. Keputusan skrining pasien untuk menentukan apakah pasien bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan di rumah sakit Harapan Keluarga apabila rumah sakit mampu
menyediakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pasien baik itu pelayanan
preventif, kurative ataupun rehabilitative.
3. Jika rumah sakit tidak bisa menyediakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
pasien. Rumah sakit harus merujuk pasien ke fasilitas kesehatan yang dibutuhkan
oleh pasien dengan menghubungi fasilitas kesehatan tersebut untuk memastikan
kebutuhan pasien ada di fasilitas kesehatan tersebut.
4. Untuk kasus - kasus tertentu ketika pemeriksaan penunjang sudah dilakukan dan
hasilnya belum keluar sedangkan kondisi pasien harus mendapatkan pertolongan
secepatnya dan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pasien tidak ada di Rumah
Sakit Harapan Keluarga, maka Rumah Sakit harus merujuk pasien ke fasilitas
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien tanpa harus menunggu hasil
pemeriksaan penunjang selesai. Dan sebelumnya pasien atau keluarga pasien
diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai kondisi pasien saat itu.
TATA LAKSANA
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan asesmen nyeri sebagai berikut :
1. Frekuensi nyeri
2. Lama nyeri
3. Menjalar/tidak
4. Kualitas nyeri
5. Factor-faktor pemicu/yang memperberat
6. Factor-faktor yang mengurangi/menghilangkan nyeri
7. Lokasi nyeri
8. Tingkat lanjut
1-2 = Ringan
3-4 = Sedang
>4 = Berat
f. Batuk
1) Tidak ada
2) Lebih dari 2 minggu.
Berdasarkan hasil skrining diatas baru bisa ditentukan untuk pelayanan
pasien :
a) Poliklinik sesuai antrian.
b) Poliklinik didahulukan.
c) Ditransfer ke Instalasi Gawat Darurat.
2. Pemeriksaan penunjang
DOKUMENTASI
Setiap kegiatan skrining pasien awal di Rumah Sakit Harapan Keluarga baik itu di
admisi, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, harus didokumentasikan di form
rekam medis antara lain :
1. Form triase
2. Surat Pengantar Rawat Inap
3. Form Permintaan laboratorium
4. Form Pemeriksaan Radiologi.