Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN

SKRINING PASIEN

Palembang, Juli 2017

DAFTAR ISI

No. Urut Halaman


1 Lembar Judul i
2 Daftar Isi ii
3 Lembar iii
Pengesahan
4 Buku Panduan
Skrining
5
6

BAB I

DEFINISI
A. PENGERTIAN

Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan


adanya masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha
untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas,
dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-
benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan.
Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis
(wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan
fisik maupun psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik.

Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal


kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat. Dalam hal
ini skrining pasien dilakukan pada awal di triage primer yang juga meliputi cara
mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia.

Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena


Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan gawat darurat selama 24 jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas
dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini yang sesuai terhadap kasus-
kasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah skrining pasien
yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat
dapat diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal di
triage primer, antara lain :

Triage : Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/ penyakit


serta kecepatan penanganan/pemindahannya.

Prioritas : Penentuanmana yangharus didahulukanmengenai penanganandan


pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
Survei primer : Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang
mengancam jiwa.

Survei sekunder : Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-


perubahan anatomi yang akan berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi
semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir
dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.

Pasien gawat darurat : Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan
menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi
cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.

Pasien gawat tidak darurat : Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat (misalnya kanker stadium lanjut).

Pasien darurat tidak gawat : Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi
tidak mengancam nyawa dan anggota badannya (misalnya luka sayat dangkal).

Pasien tidak gawat tidak darurat : Pasien yang tidak memerlukan pertolongan
segera (misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya)

Kecelakaan (accident) : Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor


yang datang secara mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan
cedera fisik, mental, ataupun sosial. Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut
kriteria sebagai berikut :

Mekanisme kejadian : Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar


(baik karena efek kimia, fisik, listrik, atau maupun radiasi).

Tempat kejadian : Kecelakaan lalu lintas; Kecelakaan di lingkungan rumah


tangga; Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.- Kecelakaan di sekolah;
Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya di tempat rekreasi,
perbelanjaan, area olahraga, dan sebagainya).

Waktu kejadian :
Waktu perjalanan (travelling/transport time);

Waktu bekerja, sekolah, bermain, dan sebagainya.

Bencana : Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan/atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan
nasional yangmemerlukan pertolongan dan bantuan.

BAB II
RUANG LINGKUP

1. SKRINING KASUS

Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai


dengan kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada
pasien sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat
yang berlaku dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian
memilah pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.

Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat


berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya meliputi :

Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai
berikut :

Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi cacat)
bila tidak mendapat pertolongan yang tepat secepatnya.

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.

Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam


nyawa dan anggota badannya.

Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan
pertolongan segera.

Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa
kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu :

Susunan saraf pusat.


Pernafasan.
Kardiovaskuler.
Hati.
Ginjal.
Pankreas.

Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :

Trauma/cedera.
Infeksi.
Keracunan.
Degenerasi (failure).
Asfiksia.
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss
of water and electrolit).
Lain-lain.

Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam daftar
tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter
yang menangani pasien.

Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan


hipoglikemia dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan
kegagalan sistem organ yang lain dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang
relatif lebih lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)


dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

- Kecepatan menemukan penderita gawat darurat


- Kecepatan meminta pertolongan
- Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a. Di tempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di RS adalah sebagai berikut :
Pasien dengan diagnosis :

TBC dengan XDR / MDR.


Gaduh Gelisah ec Psikiatri.
Gagal ginjal on HD.
CVA Hemorraghic peserta BPJS.
Kasus Orthopedi peserta BPJS.
HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIV AIDS.
Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis.
Kasus Urologi dengan kepesertaan BPJS.
Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan kepesertaan BPJS.
Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau
menyetujui dirawat dokter lain atau asisten DPJP.
Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh
pasien tidak ditunda pengadaannya

2. SKRINING WILAYAH

Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal
rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di RS
(IGD atau IRJ).

BAB III
TATA LAKSANA

Instalasi Gawat Darurat RS yang menyelenggarakan pelayanan gawat


darurat selama 24 jam melaksanakan kegiatan skrining pasien awal di triage
primer yang dilakukan sebagai penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap
pasien yang datang dengan prosedur sebagai berikut :

Petugas IGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.

Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 3 menit :

a. Petugas IGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan


kriteria Glascow Coma Score.
b. Petugas IGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan
kriteria sebagai berikut :
- Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).
- Adanya suara tambahan.
- Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.
c. Petugas IGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan
menghitung frekuensi nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi
kegawatan sistem pernafasan (henti nafas, bradypnea, ataupun tachypnea)
maka pasien langsung dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan
lebih lanjut.
d. Petugas IGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi darah
(circulation) jika didapatkan :
- Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan
resusitasi jantung paru sesuai dengan prosedur.
- Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
- SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
e. Petugas IGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan
yang potensial mengancam nyawa (misalnya : kejang, kelemahan/
kelumpuhan anggota gerak, nyeri dada, sesak nafas, dan sebagainya) maka
pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih
lanjut.
f. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di lembar
catatan medis IGD.
g. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien
dengan kondisi kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka
tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat dilakukan secara terintegrasi di ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
h. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien
dengan kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat
mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan
di tempat periksa / tempat observasi sesuai dengan kondisi klinisnya
(kasus bedah / non-bedah / obstetri dan ginekologi).
i. Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus :
- Flu burung.
- Flu babi.
- SARS.

Jika ditemukan pemeriksaan diagnostik laboratorium dengan hasil Positif, maka


pasien, ditransfer ke RS lain.

BAB IV
DOKUMENTASI

Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Instalasi Gawat Darurat RS.
didokumentasikan setiap hari di lembar catatan medis IGD yang sudah ditentukan

Rs Khusus Mata Prov STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


Sumsel
SKRINING PASIEN

STANDAR NO. Dokumen NO. Revisi Halaman


OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Ditetapkan Oleh :
Terbit
PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan pada saat pasien pertama
kali datang.
TUJUAN 1.Untuk menentukan kebutuhan pasi en.
2.Memberikan pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan pasien
KEBIJAKAN Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Melakukan proses triase
2. Mengukur tanda-tanda vital.
3. Anamnese keluhan pasien
4. Dokter melakukan pemeriksaan Fisik pasien dan
menetukan diagnosa dan menentukan kebutuhan
pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh pasien.
5. Memberikan advis, pemeriksaan penunjang
seperti Obat-obatan sesuai kebutuhan pasien.
6. Dokter memberikan terapi kepada pasien sesuai
kebutuhan pasien.
7. Dokter menentukan atau menyarankan lanjutan
perawatan oleh dokter spesialis atau dokter umum.
8. Apabila pasien memerlukan pelayanan yang lebih
lanjut sedangkan Fasilitas atau tenaga profesional
yang di butuhkan pasien tidak tersedia, maka
dokter jaga IGD akan melakukan rujukan ke
Rumah Sakit yang lebih tinggi.
9. Apabila tempat tidur dalam rumah sakit penuh
maka pasien akandi rujuk kerumah sakit lain.
10. Apabila pelayanan kesehatan yang di butuhkan
pasien tersedia maka pasien/keluarga mendaftar
kebagian informasi.
11. Perawat memasang gelang pasien sesuai identitas
pasien.
12. Perawat menulis laporan pasien
13. Perawat menulis sensus.
14. Perawat menulis respon time& setelah pasien
selesai mendaftar kamar rawat inap perawat
mengantar pasien keruangan yang di maksud.
15. Perawat IGD melakukan operan kepada perawat
ruangan.

UNIT KERJA 1. IGD


2. Pendaftaran
3. Apotik
4. Unit rawat inap
BUKU PEDOMAN PELAYANAN RAWAT INAP BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama diseluruh dunia.
Dengan tema ini, pelayanan kesehatan dan kelompok profesional kesehatan sebagai
pemberi pelayanan harus menampilkan akuntabilitas sosial mereka dalam memberikan
pelayanan yang mutakhir kepada konsumen yang berdasarkan standar profesionalisme,
sehingga diharapkan dapat memenuhi harapan masyarakat. Sebagai konsekuensinya
peningkatan kinerja memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan
pekerjaan yang berdasarkan standar tertulis. Dalam pelayanan keperawatan di Rawat
Inap, standar sangat membantu perawat untuk mencapai asuhan yang berkualitas,
sehingga harus berfikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua
aspek asuhan yang berkualitas tinggi Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan
standar sangat tergantung pada individu itu sendiri, usaha bersama dari semua staf
serta partisipasi dari seluruh anggota profesi. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit
perlu di tingkatkan dan dikembangkan secara berkesinambungan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan , pengobatan, perawatan , ke pasien baik dengan
penyakit menular atau penyakit tidak menular. Standar yang dikembangkan dengan baik
akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar
pelaksanaannya Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar menentukan
mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta
hasil yang ingin dicapai. Standar merupakan pernyataan-pernyataan tertulis mengenai
harapan harapan singkat ketrampilan/kompetensi untuk memastikan pencapaian
suatu hasil tertentu. Untuk menjamin mutu asuhan yang diberikan, standar merupakan
landasan normatif dan parameter untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam
memenuhi kebutuhan yang seharusnya. Dalam penyusunan standar diharuskan untuk
memperhatikan proses dan harapan yang akan terjadi dalam upaya meningkatkan mutu
layanan. Standar praktik sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan di Rawat Inap
. Standar sangat membantu keperawatan untuk memcapai asuhan yang berkualitas.
Standar digunakan terutama pada tiga proses evaluasi yaitu menilai diri sendiri, inspeksi
dan akreditasi. I.2. Tujuan 1. Memberikan Pelayanan kepada pasien rawat inap sesuai
dengan standar asuhan keperawatan yang tepat. 2. Meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan pada pasien serta mempunyai keinginan yang terus menerus untuk
mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan 3.
Memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien untuk kesembuhan yang optimal
sehingga dapat memuaskan pasien 4. Memberikan pelayanan kepada pasien dengan
ramah, sopan, dan hangat sehingga memberikan kesan yang positif 5. Memberikan
pelayanan Informasi kesehatan dengan tepat pada pasien dan keluarga, sehingga dapat
memenuhi hak pasien dan keluarga I.3. Pengertian dan batasan Pengertian unit kerja
Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri
sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah
sakit kepada pasiennya. Standar Unit Kerja Rawat Inap di rumah sakit meliputi Ruang
rawat pasien, ruang pos perawat, ruang konsultasi, ruang tindakan, ruang daministrasi,
ruang dokter, ruang perawat, ruang loker, ruang kepala rawat inap, ruang linen kotor,
ruang linen bersih, spoolhoek, kamar mandi/toilet, pantri, ruang janitor, gudang bersih,
gudang kotor. Adapun kondisi unit rawat inap di Rs.Khusus Bedah Rawamangun terdiri
dari . Ruang Pasien rawat inap . Ruangan untuk pasien yang memerlukan asuhan
keperwatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. Ruang
Administrasi Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya
pelayanan pasien di ruang rawat inap. Ruangan ini menjadi satu dengan nurse station di
ruang rawat inap bagian depan lantai 2 ruangan ini dilengkapi meja kursi, lemari berkas/
arsip. Telepon. dan komputer Kegiatan di ruangan ini meliputi : Tempat serah terima
pasien barum dan pulang, pendatanganan surat pernyataan keluarga pasien ( apabila
diperlukan persetujuan pengobatan, tindakan perawatan ataupun tindakan bedah ).
Ruang kepala rawat inap Ruangan ini bergabung dengan ruangan Bidang keperawatan
yang mana ruangan terserbut untuk melakukan menejemen asuhan dan pelayanan
keperwatan diantaranya pembuatan program kerja dan pembinaan. Ruang Linen
bersih Ruang untuk menyimpan bahan bahan linen bersih yang akan di gunakan di
ruang rawat , dan linen bersih tersebut di tempatkan di dalam lemari yang ada di nurse
station. Ruang linen kotor Ruang untuk menyimpan bahan bahan linen kotor yang
telah di gunakan di ruang rawat inap sebelum di bawa ke ruang cuci ( laundri ) di
lengkapi wadah seperti ember untuk linen yang kotor. Spoolhoek. Fasilitas untuk
membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Pada
ruangan spoolhoek harus di sediakan kran air bersih untuk tempat mencuci tangan atau
tempat cairan. Kamar mandi / toilet Fasilitas diatur kebutuhan dan harus dijaga
kebersihannya karena dengan kamar mandi/toilet yang bersih. Lingkup kerja unit
Memberikan pelayanan rawat inap pada pasien dewasa, anak, geatri, yang meliputi : 1.
Pemeriksaan dan konsultasi oleh dokter spesialis dan sub spesialis 2. Perawatan dan
akomodasi di ruang perawatan 3. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis
dan atau dokter sub spesialis 4. Pemeriksaan penunjang diagnostik 5. Tindakan medis
yang bersifat diagnostik, terapeutik dan operatif 6. Pemberian obat- obatan pada pasien
sesuai dengan catatan daftar obat pasien dan intruksi dokter spesialis dan sub spesialis
7. Pelayanan tranfusi darah 8. Pemberian surat rujukan 9. Pemakaian peralatan yang
tersedia seperti oksigen. BAB II STANDART KETENAGAAN A. Jumlah Tenga Menurut
Kualifikasi Berikut ini adalah daftar kualifikasi SDM di unit kerja Rawat Inap ,adapun
daftar kualifikasi ketenagaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: No. Nama Jabatan
Pendidikan Sertifikasi Jumlah Tenaga 1 Kepala Instalasi Dokter Pelatihan
penatalaksanaan pasien Terminal Penanggulangan pasien infeksi Pelatihan ATLS
Pelatihan manajement rawat inap 2 Kepala Ruangan SKep, Ners Pelatihan BTCLS
Pelatihan manajemen bangsal Pelatihan penatalaksanaan ruang isolasi Pelatihan
penanggulangan infeksi 3 Katim D III Pelatihan Basic Life Support 4 Perawat pelaksana D
III pelatihan Basic Life Support 1. Penetapan jam kerja Hari kerja perusahaan adalah 6 (
enam ) hari kerja dalam seminggudan jam kerja standar perusahaan adalah 40 jam
dalam satu minggu. Rumah sakit Rawamangun merupakan rumah sakit yang
beroperasional selama 24 jam sehari untuk melayani masyarakat umum dan disesuaikan
dengan jam kerja perusahaan. Bagi karyawan yang berkerja secara shift, maka waktu
kerja akan diatur secara mandiri oleh unit kerja yang bersangkutan dan tetap mengacu
pada jam kerja standar yaitu selama 40 jam dalam satu minggu dengan 6 hari kerja.
Untuk karyawan yang berkerja melebihi jam kerja standar maka kelebihan tersebut akan
diperhitungkan dalam kebijakan lembur perusahaan. Adapun untuk tata tertib jam kerja
adalah sebagai berikut : 1. Batas keterlambatan karyawan dalam satu bulan adlah 30
menit. 2. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberkan maka karyawan
tersebut akan mendapatkan evaluasi keisiplinan dari atasan langsung. 3. Apabila terjadi
keterlambatan selama 3 bulan dalam satu tahun karyawan akan diberikan surat
peringatan. 4. Izin meninggalkan dinas maksimal adalha 3 jam dalam satu hari kerja
dengan persyaratan mengisi fom izin meninggalkan dinas (IMD) yang ditanda tangani
oleh atasan langsung dan dapat dipertanggung jawabkan urgensinya. Pengaturan tenaga
kerja di RS. Khusus Bedah rawamangun berdasarkan shift dan non shift dapat dibawah
ini : a. Karyawan shift Senin- Minggu Shift I : 08.00-15.00 Shift II : 15.00-21.00
Shift III : 21.00-08.00 b. Karyawan non shift Senin-jumat : 08.00-16.30 2. Kuantitas
SDM Pengaturan tenaga kerja di unit Rawat Inap RS. Khusus Bedah Rawamangun
berdasarkan shift. Tenaga kerja di unit Rawat Inap saat ini berjumlah yang memegang
tanggung jawab sebagai : 1) Kepala Instalasi : 1 orang 2) Kepala Ruangan : 1 orang 3)
Ketua Tim : 2 orang 4) Perawat pelaksana : 5) Pos perawat : 2 orang Tenaga kerja di unit
Rawat Inap ini berkerja dengan jadwal sebagai berikut : 1) Kepala instalasi : Senin s.d.
Jumat dimulai pukul 08.00 16.00 2) Kepala Ruangan : Senin s.d Jumat dimulai pukul
08.00 16.00 Setiap sabtu masuk sebanyak 1 x dlm sebulan 3) Perawat Katim : Senin
s.d Jumat , dan berdinas di sabtu dan minggu secara Secara bergantian , jam kerja sesuai
dengan shift pagi dan sore 4) Perawat pelaksana : Bekerja sesuai dengan shift yang
sudah di jadwalkan 5) Pos Perawat : bekerja sesuai dengan shift pagi dan sore BAB III
STANDAR FASILITAS III.1. Bangunan A. Lokasi Bangunan rawat inap terletak pada lokasi
yang tenang , aman, dan nyaman serta memiliki aksesibilitas atau pencapaian dari
sarana penunjang rawat inap. Lokasi rawat inap Rs.Khusus Bedah Rawamangun terletak
di lantai 2 dan lantai 3, yang terdiri dari ruang Nurse station, ruang rawat inap kelas 1
ada 7 kamar, 1 kamar isolasi, 1 kamar bangsal anak , 2 kamar VIP, ruangan tersebut
berada di lantai 2. Sedangkan lantai 3 terdiri dari kelas 2 ada 1 kamar, kelas 3 di bedakan
menjadi dua yaitu 2 kamar untuk pasien laki-laki dan 2 kamar untuk pasien perempuan.
B. Denah Berikut adalah denah rawat inap : Luas ruang kerja Luas ruang rawat inap
memiliki luas 75 m2 III.2. Penyimpanan arsip / Tata Arsip Penyimpanan arsip sebagai
berikut : Status Pasien di tempatkan dengan menggunakan Brief Ordner (map besar
berpenjepit) yang mana di dalamnya berisikan ringkasan penyakit pasien , dan hasil-hasil
pemeriksaan selama perawatan.status pasien tersebut di simpan di dalam lemari yang
yang terbuat dari kayu ada di nurse station , dan cara penyimpanannya di urutkan
berdasarkan ruangan di mulai dari kelas 1 diikuti kelas berikutnya, sehingga mudah
untuk di cari jika di butuhkan untuk keperluan visit dokter, dan lain-lain. Formulir
formulir pemeriksaan yang di butuhkan untuk pasien di simpan di dalam laci yang
terbuat dari kayu yang berbeda disusun secara rapi sehingga mudah untuk di ambil jika
di perlukan Catatan perkembangan perawatan di letakan pada Snelhechter (map
berpenjepit) berukuran A4. Pada map tersebut di berikan nama ruangan kamar. Dan
catatn tersebut di urutkan sesuai kamar pasien yang sedang dirawat. Formulir Bukti
tindakan rawat inap yang berwarna hijau yang sudah di tandatangani bagian kasir di
simpan dalam Brief Ordner (map besar berpenjepit) di simpan di dalam lemari dan
penyimpanan diurutkan Sistem Tanggal (Chronological Filing System) Surat
permintaan barang , surat nota dinas , bukti permintaan uang di simpan dalam map
penjepit Snelhechter. Yang di pisah dan di simpan dalam lemari kayu yang disusun
sesuai dengan tanggal. Buku Register rawat inap, buku ekpedisi pemeriksaan
penunjang, buku observasi ttv, buku pembagian tugas, buku ronde rawat inap, buku
expedisi permintaan obat, di simpan dalam lemari terbuat dari kayu dan diurutkan
menggunakan sistem Sistem Nomor (Numeric Filing System) III.3. Sarana dan Prasarana
1. Standar pelayanan Minimal unit Rawat Inap a. Pemberian pelayanan di rawat inap b.
Dokter penaggung jawab pasien rawat inap c. Ketersediaan pelayanan rawat inap d. Jam
praktek dokter spesialis e. Pelaporan adanya kejadian pasien resiko jatuh / jatuh yang
berakibat kecacatan/ kematian f. Pelaporan dan pencatatan kematian pasien 48 jam
setelah masuk rawat inap g. Pelaporan pasien TBC di rawat inap yang di tangani dengan
strategi DOTS h. Pelaporan angka kejadian infeksi nosokomial di rawat inap 2. Standar
Minamal Sarana dan Prasana unit Rawat Inap a. b. Non Medis c. 3. Standar Minimal
Peralatan di Unit Rawat Inap a. b. 4. Sarana kerja ( seperti komputer ) inventaris . Bab IV
Tata laksana pelayanan 4.1. Peningkatan Mutu Pelayanan - Jenis pelayanan (di unit yang
bersangkutan) - Alur Pelaporan Mutu 4.2. Upaya Keselamatan Pasien - Pengandaan
sarana - Alur pelaporan Keselamatan Pasien - Tata cara konsultasi medis - Bab V
Penutup ACUAN PEMBUATAN BUKU PENGORGANISASIAN UNIT Pedoman
pengorganisasian terdiri dari 5 bab. Adapun bab tersebut dijelaskan sebagai berikut: Bab
I Pendahuluan I.1. Profil Rumah Sakit - Gambaran umum RS - Visi misi RS - Falsafah, nilai,
tujuan RS - Struktur RS Bab II Profil unit 5. Misi dan visi unit kerja 6. Falsafah, nilai, tujuan
RS 7. Struktur unit Bab III Pola Ketenagaan III.1. Uraian Jabatan III.2. Tata hubungan kerja
III.3. Analisa kebutuhan tenaga 8. Beban kerja 9. Jenis tenaga 10. Pendidikan Bab IV
Pengorganisasian Unit IV.1. Program orientasi IV.2. Pertemuan / rapat 11. Rutin dan non
rutin IV.3. Pelaporan 12. Format 13. Waktu pengumpulan 14. Pengarsipan Bab V
Penutup UNIT KERJA PEDOMAN PELAYANAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN PROGRAM
KERJA UNIT FARMASI & LOG ADA, REVISI ADA, REVISI ADA LABORATORIUM X X X KASIR
X X X RADIOLOGI ADA, REVISI ADA, REVISI X IGD X ADA, REVISI X RAWAT JALAN X X IGD
HEMODIALISA X X X HCU ADA, REVISI X ADA RAWAT INAP ADA, REVISI X ADA BID
KEPERAWATAN X X X, KECUALI MUTU GIZI ADA, REVISI ADA, REVISI ADA OK ADA, REVISI
ADA, REVISI ADA REKAM MEDIS ADA, REVISI ADA, REVISI, PERLU PEMISAHAN ADA,
REVISI PENDAFTARAN X X X VK X X ADA CSI ADA, REVISI X X SAPRA PERLU PEMISAHAN

Anda mungkin juga menyukai