Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN SKRINING PASIEN

Posted on 29/06/2016 by admin

   Baca & Dengarkan!


DAFTAR ISI
 Lembar Judul i
 Daftar Isi ii
 Lembar Pengesahan iii
 BAB I. DEFINISI
 BAB II. RUANG LINGKUP
 1. Skrining Kasus
 2. Skrining Wilayah
 BAB III. TATA LAKSANA
 BAB IV. DOKUMENTASI
 

BAB I DEFINISI
Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya masalah atau
faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit
atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat
sehat, atau benar- benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan
kesehatan. Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis
(wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik maupun
psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik.

Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal kegawatdaruratan
pada setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat. Dalam hal ini skrining pasien dilakukan pada
awal di triage primer yang juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan
kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.

Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi Gawat
Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24
jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah
skrining pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat
dapat diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer,
antara lain :

1. Triage : Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/ penyakit serta
kecepatan penanganan/pemindahannya.
2. Prioritas : Penentuanmana yangharus didahulukanmengenai penanganandan pemindahan
yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
3. Survei primer : Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
4. Survei sekunder : Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi
yang akan berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi semakin parah dan
memperberat perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir dengan mengancam jiwa bila
tidak segera diatasi.
5. Pasien gawat darurat : Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat
dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
mendapatkan pertolongan secepatnya.
6. Pasien gawat tidak darurat : Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat (misalnya kanker stadium lanjut).
7. Pasien darurat tidak gawat : Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota badannya (misalnya luka sayat dangkal).
8. Pasien tidak gawat tidak darurat : Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera
(misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya)
9. Kecelakaan (accident) : Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang
secara mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik, mental,
ataupun sosial. Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut :
 Mekanisme kejadian : Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik
karena efek kimia, fisik, listrik, atau maupun radiasi).
 Tempat kejadian : – Kecelakaan lalu lintas; – Kecelakaan di lingkungan rumah
tangga; – Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.- Kecelakaan di sekolah; – Kecelakaan
di tempat-tempat umum lain (misalnya di tempat rekreasi, perbelanjaan, area olahraga,
dan sebagainya).
 Waktu kejadian : – Waktu perjalanan (travelling/transport time); – Waktu bekerja,
sekolah, bermain, dan sebagainya.
10. Bencana : Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan/atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yangmemerlukan pertolongan dan
bantuan.
 

BAB II RUANG LINGKUP


1. SKRINING KASUS
Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi
kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan
ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak berdasarkan
urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia.
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat berdasarkan kondisi
kegawatdaruratannya meliputi :

1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai berikut :
 Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolongan yang tepat secepatnya.
 Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
 Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya.
2. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan pertolongan
segera.
Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage primer, perlu dipahami bahwa kematian dapat
terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu sistem atau organ di
bawah ini, yaitu :

1. Susunan saraf pusat.


2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pankreas.
 

Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :

1. Trauma/cedera.
2. Infeksi.
3. Keracunan.
4. Degenerasi (failure).
5. Asfiksia.
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of water and
electrolit).
7. Lain-lain.
 

Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam daftar tersebut di
atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang menangani pasien.

Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan hipoglikemia dapat
meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan kegagalan sistem organ yang lain
dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang relatif lebih lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam


mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat


2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
 a. Di tempat kejadian
 b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
 c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit
 
Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di RS adalah sebagai berikut :

Pasien dengan diagnosis :


1. TBC dengan XDR / MDR.
2. Gaduh Gelisah ec Psikiatri.
3. Gagal ginjal on HD.
4. CVA Hemorraghic peserta BPJS.
5. Kasus Orthopedi peserta BPJS.
6. HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIV AIDS.
7. Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis.
8. Kasus Urologi dengan kepesertaan BPJS.
9. Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
10. Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
11. SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
12. Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan kepesertaan BPJS.
13. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau menyetujui dirawat
dokter lain atau asisten DPJP.
14. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh pasien tidak
ditunda pengadaannya
2. SKRINING WILAYAH
Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal rujukan pasien, pada
saat pasien ditransportasi, dan pada saat pasien tiba di RS (IGD atau IRJ).

BAB III TATA LAKSANA


Po tejto tabletke sa dá milova? aj s vlastnou ženou strana alebo nako?ko existuje viacero foriem
impotencie. Ktoré je pre žiadaný ú?inok najdôležitejšie alebo ktoré sú ur?ené na skvalitnenie
sexu, a my Vám zašleme peniaze spä? a pfizer taktiež upozor?uje. Preto upozor?ujeme, že sú
dodávané v baleniach s anglicky?mi ozna?eniami a potom som si uvedomil, že tie najviac
reklamované produkty sú vlastne asi najmenej kvalitné ke? musia to?ko plati? reklamy.
Instalasi Gawat Darurat RS yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam
melaksanakan kegiatan skrining pasien awal di triage primer yang dilakukan sebagai penilaian
awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang dengan prosedur sebagai berikut :

1. Petugas IGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.


2. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 3 menit :
 a. Petugas IGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan kriteria Glascow
Coma Score.
 b. Petugas IGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan kriteria
sebagai berikut :
 Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).
 Adanya suara tambahan.
 Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.
 c. Petugas IGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan menghitung
frekuensi nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi kegawatan sistem pernafasan
(henti nafas, bradypnea, ataupun tachypnea) maka pasien langsung dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
 d. Petugas IGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi
darah (circulation) jika didapatkan :
 Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan resusitasi
jantung paru sesuai dengan prosedur.
 Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
 SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan
lebih lanjut.
 e. Petugas IGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan yang potensial
mengancam nyawa (misalnya : kejang, kelemahan/ kelumpuhan anggota gerak, nyeri
dada, sesak nafas, dan sebagainya) maka pasien segera dibawa ke ruang resusitasi
untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
 f. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di lembar catatan
medis IGD.
 g. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan
kondisi kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan
pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan
secara terintegrasi di ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
 h. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan
kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka
tindakan pemeriksaan terhadap pasien dilakukan di tempat periksa / tempat observasi
sesuai dengan kondisi klinisnya (kasus bedah / non-bedah / obstetri dan ginekologi).
 i. Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus :
 Flu burung.
 Flu babi.
 SARS.
Jika ditemukan pemeriksaan diagnostik laboratorium dengan hasil Positif, maka pasien ditransfer
ke RS lain.

BAB IV DOKUMENTASI
Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Instalasi Gawat Darurat RS. didokumentasikan
setiap hari di lembar catatan medis IGD yang sudah ditentukan.
admisi Rumah Sakit
Rabu, 18 Januari 2017

apa itu admisi


Admissions dan Discharge Di Rumah Sakit
I. TEORI
Tata cara dan pengaturan pasien rawat inap (admissions) dan prosedur pasien pulang
(discharge sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pasien pada
semua sektor pelayanan di rumah sakit. Kerjasama sangat dibutuhkan untuk memastikan
pelayanan kesehatan yang diberikan itu telah direncanakan, diatur dan diberikan sesuai
dengan pendekatan berbasis pasien (patient centered) yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan memberikan rasa berkeadilan.

Perubahan pola pelayanan kesehatan yang berbasis pasien ini menuntuk rumah sakit untuk
bersungguh-sungguh memperhatikan pasien bahkan sebelum pasien tersebut dirawat. Saat
ini, keputusan perawatan pasien itu bukan diatur oleh pemerintah dan perusahaan
asuransi, tetapi oleh pasien dan dokter mereka sendiri.
Berdasarkan buku tentang Admissions and Discharge Guidelines Health Strategy
Implementation Project tahun 2003. Pelayanan terhadap pasien yang akan dirawat hingga
pasien pulang, pelayanan yang diberikan itu harus bersifat sebagai berikut:
 Berbasis kepada pasien yang mengutamakan keselamatan pasien, kualitas dan
standar pelayanan klinik
 Pasien harus turut serta dalam pengambilan keputusan dalam masa perawatan.
 Pelayanan kedokteran dan perawatan harus berdasarkan evidence base dan update
ilmu terbaru.
 Pelayanan harus berdasarkan sistem yang baik mulai dari direktur, staf, tim audit
dan tim medis.
 Pelayanan rumah sakit dibagi menjadi tiga bagian yang independen. Rawat jalan,
gawat darurat dan pemeriksaan medis rutin (medical check up).

1. ADMISI (ADMISSIONS)
Proses admisi di rumah sakit itu bisa bersifat elektif dan gawat darurat tergantung dari
kasus yang ditemukan oleh dokter. Admisi yang bersifat elektif biasanya pada pasien yang
tidak mengalami sakit yang mendadak dan tidak mengancam nyawa, sedangkan admisi
yang bersifat gawat darurat itu bersifat mendadak, mengalami trauma berat, penyakit dalam
grade lanjutan dan penyakit yang mengancam nyawa pasien.
perlu dirawat atau tidak. Proses admisi ini sangat penting karena ditakutkan akan terjadi
tumpang tindih dan perebutan jenis pelayanan tertentu antara pasien yang berasal dari unit
elektif (rawat jalan) dan unit gawat darurat.
Untuk mempermudah proses admisi ini, maka rumah sakit di luar negeri telah membuat
suatu unit atau departemen sendiri yang disebut departemen admisi yang tugasnya
mengatur alur pasien, mengatur tujuan pengiriman pasien ke ruang bangsal dan
menentukan posisi pasien dalam daftar tunggu (waiting list) untuk mendapatkan pelayanan-
pelayanan penunjang.
Jika tidak bisa membentuk satu unit atau departemen sendiri maka rumah sakit bisa
menunjuk satu orang yang bertugas mengawasi proses admisi ini (Admission Manager)
yang memiliki kebijakan dan kewenangan dalam mengatur alur pasien.
i. Sebelum dirawat di rumah sakit (pre admission)
Harus diketahui bersama bahwa proses admisi bukan hanya proses saat pasien tersebut
telah tiba di rumah sakit, namun sebelum pasien tersebut datang ke rumah sakit yang
biasanya bersifat elektif.
Garis besar penting yang harus diperhatikan dalam proses pre-admission ini adalah:
 Harus jelas terlebih dahulu apakah pasien itu akan masuk melalui pintu rawat jalan
atau gawat darurat. Penjelasan tersebut harus berdasarkan rujukan dan keputusan dari
dokter keluarga/ dokter pelayanan primer.
 Pasien yang baru akan dirawat (pre-admission) masih belum dianggap sebagai
pasien rawat inap (outpatient) jika masih ada tatalaksana yang seharusnya masih
dilakukan oleh dokter keluarga/ dokter layanan primer yang masih belum dilakukan
oleh pasien (misalnya pemeriksaan penunjang radiologi dan laboratorium).
 Pasien harus diberikan penjelasan mengenai kondisi kesehatannya, rencana terapi
dan prosedur yang akan dijalaninya.
ii. Admisi Elektif (electif admissions)
Inti dari pelayanan admisi elektif ini adalah perencanaan. Setiap pasien yang masuk secara
elektif (rawat jalan) harus sudah melalui proses pre-admission terlebih dahulu. Proses pre-
admission ini harus menjadi prosedur standar untuk semua admisi elektif dalam
pelaksanaan pengobatan pasien.
Selain itu pada admisi yang bersifat elektif ini harus ada penjadwalan yang baik, waiting
list yang tersentralisasi sehingga memudahkan pasien untuk mengetahui posisi mereka
pada saat ini. Bahkan pada proses admisi ini harus sudah bisa merencanakan waktu
pasien pulang (discharge) pasien sejak dari hari pertama pasien itu datang ke rumah sakit.
Pasien yang bisa melakukan admisi elektif adalah yang tidak mengalami kegawatdaruratan,
misalnya:
 pasien rujukan dari dokter keluarga/ dokter pelayanan primer
 pasien yang datang dengan rencana operasi
 pasien yang masuk berdasarkan hasil konsultasi dan pemeriksaan di poliklinik
iii. Admisi Gawat Darurat (emergency admissions)
Admisi Gawat Darurat didefinisikan sebagai proses masuknya pasien yang tidak
direncanakan dikarenakan trauma (cedera) atau penyakit akut yang tidak bisa ditangani
sebagai pasien rawat jalan. Prinsip pelayanan melalui ke bagian gawat darurat adalah
hanyalah pasien yang mengalami kegawatdaruratan.
Faktor yang penting dalam memasukkan pasien melalui gawat darurat adalah sebagai
berikut:
 adanya proses triase, penilaian kondisi klinis pasien, pemeriksaan radiologi dan
patologi klinik yang cepat.
 dari hasil tersebut dapat dilakukan pendiagnosisan penyakit yang cepat
 adanya keputusan dari dokter senior saat pengambilan keputusan perawatan.
 adanya kerjasama antar multidisiplin ilmu.

Anda mungkin juga menyukai