TENTANG
PEDOMAN GAWAT DARURAT
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PUSPAHIANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan
tindakan yang cepat dan tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu.
Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar,
sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari,
dijalan, maupun dalam keadaaan bencana dengan melibatkan dan kerjasama
komunikasi dari berbagai pihak masyarakat maupun pemerintah pusat.
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu yang selanjutnya disingkat
SPGDT adalah suatu mekanisme pelayanan Korban/Pasien Gawat Darurat yang
terintegrasi dan berbasis call center dengan menggunakan kode akses telekomunikasi
119 dengan melibatkan masyarakat.
Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu/Public Safety Center yang selanjutnya
disebut PSC adalah pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-
hal yang berhubungan dengan kegawat daruratan yang berada di kabupaten/kota yang
merupakan ujung tombak pelayanan untuk mendapatkan respon cepat.
Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan
peningkatan pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian,
pelayanan dari pra rumah sakit,selama perjalanan ke rumah sakit, maupaun di rumah
sakit.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Unit Gawat Darurat perlu dibuat standar
pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien Ruang Tindakan
Puskesmas Puspahiang khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di Puskesmas Puspahiang harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat
Puskesmas Puspahiang.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Unit Gawat Darurat di UPTD Puskesmas Puspahiang meliputi
:
1. Pasien dengan kasus True Emergency
Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau
akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya
( akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya
2. Pasien dengan kasus False
Emergency Yaitu pasien dengan :
- Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
- Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya
- Keadaan tidak gawat dan tidak darurat
B. Batasan Operasional
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan
nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari
salah satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water
and electrolit )
7. Dan lain-lain.
C. Landasan Hukum
1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE
/ VII / 1991 Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan.
5. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
6. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan di Ruang Tindakan yaitu :
A. Denah Ruangan
Keterangan
= BAD PASIEN
TRIASE
= WC
B. Standar Fasilitas
I. OBAT LIVE
SAVING a. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
b. Tablet
c. Cairan Infus
No Nama Obat Satua Jumla Jenis Obat
n h
1. Asering Kolf 40
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 5
4 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5
5. Dextrose In Saline 0,225 Kolf 5
6. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
7 Ringer Lactat Kolf 20
8. Dex 40 % 25 ml Flalon 4
d. Suppositoria
No Nama Obat Satua Jumla Jenis Obat
n h
1. Paraset supp Tube 5 Analgetik
2. OBAT PENUNJANG a.
Injeksi
No Nama Obat Satua Jumla Jenis Obat
n h
1. Ondancentron Ampul 5 Antiemetik
2. Antrain Ampul 3 Analgetik Antipiretik
b. Obat tablet
No Nama Obat Satua Jumla Jenis Obat
n h
1. Paracetamol Tablet 7 Antipiretik
2. Antasida Tablet 5 Antasida
3. Ranitidine Tablet 5 Antiulceran
4. Ondancentron Tablet 2 Antivomiting
5. Asam mefenamat Tablet 2 Analgesik
6. Amoksisilin Tablet 3 Antibiotik
7. Ciprofloxacin 5 Antibiotik
8. Kotrimoksaxol Tablet 15 Antibiotik
9. Gliseril Guaiacolat Tablet 2 Ekspektoran
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN
Status Medis
3. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pendaftaran
II.Perangkat Kerja
Pesawat telpon
Hand phone
4.
- Stetoscope
- Tensimeter
- Status medis
1. Pasien / keluarga pasien datang dan diterima perawat jaga Ruang Tindakan
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
oleh perawat.
- PerawatRuang Tindakan
- Sopir Ambulan
- Ambulan
- Alat Tulis
bagian ambulan.
menyiapkan kendaraan
pasien.
Perawat jaga
Stetoscope
Tensi meter
Alat Tulis
Perawat
penanggung jawab
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
Senter
Stetoscope
Thensimeter
Spo2
EKG
Surat Kematian
DokterRuang Tindakan
PerawatRuang Tindakan
II.Perangkat Kerja
Ambulan
Formulir rujukan
1. Alih Rawat
RujukanRuang Tindakan )
menghubungi ambulan.
2. Pemeriksaan Diagnostik
informed consent
3. Spesimen
Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan
specimen
laboratorium
.
BAB V
LOGISTIK
A. Dana dan Logistik
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi :
Asesmen resiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas
Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di puskesmas
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti,
amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.
C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga UGD
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d. Mengobservasi keadaan umum pasien
e. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi
HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang
yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya
kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara
potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas
tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa
menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor
sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat
menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat
dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi
semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi
dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai
sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar
dapat bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.