Anda di halaman 1dari 19

BAB I

DEFINISI

Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya


masalah atau faktor risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk
mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan
tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk
membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar- benar sehat tapi sesungguhnya menderita
kelainan ataupun gangguan kesehatan. Skrining pada pasien dapat dilaksanakan melalui
kriteria triase, anamnesis (wawancara riwayat penyakit), evaluasi visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik maupun psikologik, laboratorium klinik, ataupun radiologi diagnostik.

Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal untuk
menentukan apakah pasien dapat diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk
layanan rawat jalan berdasarkan kebutuhan perawatan kesehatan yang teridentifikasi dan
disesuaikan dengan sumber

Di Instalasi Gawat Darurat, skrining merupakan rangkaian kegiatan penilaian


awalkegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat. Dalam hal
ini skrining pasien dilakukan pada awal di triage yang juga meliputi cara mendiagnosis serta
memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia di RS
Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung.

Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung sebagai pusat
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat selama 24 jam berfungsi
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini yang
sesuai terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah
skrining pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus gawat dan darurat
dapat diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Pedoman Skrining Pasien Page 1


Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien, antara lain :

1. Instalasi Gawat Darurat

Unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien
dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.

2. Triase

Sistem seleksi pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat dalam keadaan
sehari-hari dan/atau dalam keadaan bencana. Dalam hal ini dalam triage juga meliputi
cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber
daya yang tersedia.

3. Prioritas

Penentuanmana yangharus didahulukanmengenai penanganandan pemindahan yang


mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

4. Survei primer

Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.

5. Survei sekunder

Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang akan


berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada dan berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi.

6. Pasien gawat darurat

Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya.

Pedoman Skrining Pasien Page 2


7. Pasien gawat tidak darurat

Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
(misalnya kanker stadium lanjut).

8. Pasien darurat tidak gawat

Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya (misalnya luka sayat dangkal).

9. Pasien tidak gawat tidak darurat

Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera (misalnya pasien dengan ulcus
tropicum, TBC kulit, dan sebagainya)

10. Kecelakaan (accident)

Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara
mendadak, tidak dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik, mental,
ataupun sosial. Kecelakaan dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut :

o Mekanisme kejadian

Tertembak, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena efek


kimia, fisik, listrik, atau maupun radiasi).

o Tempat kejadian

Kecelakaan lalu lintas;

Kecelakaan di lingkungan rumah tangga;

Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.

- Kecelakaan di sekolah;

Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (misalnya di tempat rekreasi,


perbelanjaan, area olahraga, dan sebagainya).

Pedoman Skrining Pasien Page 3


o Waktu kejadian

Waktu perjalanan (travelling/transport time);

Waktu bekerja, sekolah, bermain, dan sebagainya.

11. Bencana

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan/atau


manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional
yangmemerlukan pertolongan dan bantuan.

Pedoman Skrining Pasien Page 4


BAB II

RUANG LINGKUP

A. SKRINING WILAYAH

Skrining bisa dilakukan saat pasien berada di luar Rumah Sakit Bhayangkara
Tingkat II Sartika Asih Bandung berdasarkan informasi yang didapat dari tempat asal
rujukan pasien (Rumah Sakit, Puskesmas atau Klinik) atau pada saat pasien tiba di RS
(IGD,Pendaftaran IRJ dan IRJ) yaitu saat kontak pertama di dalam RS Bhayangkara
Tingkat II Sartika Asih Bandung .

B. SKRINING KASUS

Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan
kondisi kegawatdaruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien
sesuai dengan ketentuan yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku
dan tidak berdasarkan urutan kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien
berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat berdasarkan
kondisi kegawatdaruratannya meliputi :

1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai
berikut :
o Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan yang tepat secepatnya.
o Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.
o Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam
nyawa dan anggota badannya.
2. Pasien dengan kasus false emergency, yaitu pasien yang tidak memerlukan
pertolongan segera.

Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat

Pedoman Skrining Pasien Page 5


Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya
Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

Dalam kegiatan skrining pasien awal di triage, perlu dipahami bahwa kematian dapat
terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu sistem atau
organ di bawah ini, yaitu :

1. Susunan saraf pusat.


2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pankreas.

Kegagalan (kerusakan) dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan oleh :

1. Trauma/cedera.
2. Infeksi.
3. Keracunan (poisoning).
4. Degenerasi (failure).
5. Asfiksia.
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of water and
electrolit).
7. Dan Lain-lain.

Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam daftar
tersebut di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang
menangani pasien.

Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan hipoglikemia


dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan kegagalan sistem
organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang relatif lebih lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam


mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

Pedoman Skrining Pasien Page 6


1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
o a. Di tempat kejadian
o b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
o c. Pertolongan selanjutnya secara mantap dirumah sakit

Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika
Asih Bandung adalah sebagai berikut :

Pasien dengan diagnosis :


1. TBC dengan XDR / MDR.
2. Gaduh Gelisah ec Psikiatri.
3. CVA Hemorraghic peserta BPJS.
4. Kasus Orthopedi peserta BPJS.
5. HIV AIDS yang memerlukan ARV atau terapi definitif HIV AIDS.
6. Kanker yang perlu konsultan hematologi dan onkologi medis.
7. Kasus Urologi indikasi Bedah Urologi dengan kepesertaan BPJS.
8. Flu burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
9. Flu babi (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
10. SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif).
11. Pasien KLL indikasi bedah syaraf.
12. Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau menyetujui
dirawat dokter lain atau asisten DPJP.
13. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh
pasien tidak ditunda pengadaannya

Pedoman Skrining Pasien Page 7


BAB III

TATA LAKSANA

A. Skrining Diluar Rumah Sakit/Pra Hospital dalam Kondisi Bencana


Memakai metode Triase dengan system Labelling warna.
Dari hasil triage yang dilakukan di luar rumah sakit (pra hospital), didapatkan keputusan
sebagai berikut :
1) Pasien dengan kategori triase merah
Prioritas pertama segera ditransfer ke RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih
Bandung (jika ICU ada yang kosong, jika tidak ada yang kosong dapat langsung
ditransfer ke rumah sakit lain yang tersedia kamar ICU dengan terlebih dulu
menghubungi rumah sakit rujukan )
2) Pasien dengan kategori triase kuning
Prioritas kedua untuk ditransfer ke RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung
3) Pasien dengan kategori triase hijau
Prioritas ketiga dan ditransfer ke puskesmas atau klinik terdekat menggunakan alat
transportasi umum atau ambulan puskesmas.
4) Pasien dengan kategori triase hitam
Prioritas keempat dan ditransfer ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kamar
jenazah.

B. Skrining di dalam Rumah Sakit


1. Triase di Instalasi Gawat Darurat.

Instalasi Gawat Darurat RS, yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama
24 jam melaksanakan kegiatan triage yang ditujukan untuk menyeleksi dan melayani
pasien berdasarkan kondisi kegawatdaruratannya dan bukan berdasarkan urutan
kedatangan pasien sesuai dengan prosedur. Triase harus dilakukan sejak awal pasien
tiba di IGD oleh seorang petugas yang terlatih dan berpengalaman. Petugas ini harus

Pedoman Skrining Pasien Page 8


memastikan adanya penilaian ulang terhadap pasien yang masih menunggu dan
apabila keadaan berubah, dapat melakukan triase ulang.

Area triase haruslah mudah dijangkau dan bertanda jelas. Untuk ukuran tempat harus
memungkinkan untuk memeriksa pasien, memberi privasi dan dapat dengan jelas
melihat ke arah pintu masuk, selain itu juga aman bagi petugas.

Triase yang dilakukan sebagai penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap pasien
yang datang dengan prosedur sebagai berikut :

1. Petugas IGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.


2. Skrining awal dilakukan :

a. Petugas IGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan


kriteria Glascow Coma Score.
b. Petugas IGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan
kriteria sebagai berikut :

Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik).


Adanya suara tambahan.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.

c. Petugas IGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan


menghitung frekuensi nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi
kegawatan sistem pernafasan (henti nafas, bradypnea, ataupun tachypnea)
maka pasien langsung dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan
lebih lanjut.
d. Petugas IGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi
darah (circulation) jika didapatkan :

Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan
resusitasi jantung paru sesuai dengan prosedur.
Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke
ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.

Pedoman Skrining Pasien Page 9


3. Petugas IGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan yang
potensial mengancam nyawa (misalnya : kejang, kelemahan/ kelumpuhan anggota
gerak, nyeri dada, sesak nafas, dan sebagainya) maka pasien segera dibawa ke ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
4. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase ditulis di lembar catatan medis
IGD.
5. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase ditemukan pasien dengan kondisi
kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan
terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan secara
terintegrasi di ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
6. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase ditemukan pasien dengan kondisi tidak
ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan
pemeriksaan terhadap pasien dilakukan di tempat periksa / tempat observasi sesuai
dengan kondisi klinisnya (kasus bedah / non-bedah / obstetri dan ginekologi).
7. Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus :
Flu burung.
Flu babi.
SARS.

Jika ditemukan pemeriksaan diagnostik laboratorium dan radiologi dengan hasil


pneumonia curiga kuat Flu Burung, Flu Babi atau SARS, maka pasien ditransfer ke
RS lain.

Triase di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung menggunakan 2 metode


yaitu
1) Sistem labeling warna pada kondisi Bencana
Pasien ditentukan apakah gawat darurat, gawat tidak darurat, atau darurat tidak
gawat atau tidak gawat tidak darurat.
Pasien yang telah di seleksi diberi label warna pada listnya, sesuai dengan
tingkat kegawatannya.
Adapun pemberian labeling warna sesuai dengan tingkat
kegawatannya,sebagai berikut :
a. Pasien gawat darurat diberi label warna merahsegera ditransfer ke Ruang
Resusitasi IGD

Pedoman Skrining Pasien Page 10


b. Pasien gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat diberi label warna
kuningditransfer ke Ruang Tindakan IGD
c. Pasien tidak gawat dan tidak darurat diberi warna hijauditransfer ke
Ruang Periksa sesuai kondisi Klinisnya (Bedah/Non Bedah/Obstetri
Ginekologi)
d. Pasien yang telah dinyatakan meninggal diberi label warna
hitamditransfer ke kamar jenazah.
Jika fasilitas dan sarana di RS RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih
Bandung tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan pasien tersebut, maka
dirujuk ke rumah sakit rujukan dengan fasilitas dan sarana yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien tersebut.

2) Sistem Australian Triage Scale (ATS) sebagai berikut :


a. ATS 1
Kondisi yang mengancam jiwa atau resiko besar mengalami
kemunduran dan perlu intervensi yang cepat dan agresif.
Contoh kasus :
Henti jantung
Henti nafas
Resiko sumbatan jalan nafas
Frekuensi pernafasan (RR < 10 x/mnt)
Distress / kesukaran pernafasan yang sangat berat (extreme)
Tekanan darah Sistolik < 80 mmHg (dewasa) atau syok pada anak atau
bayi
Tidak respon atau hanya respon nyeri (GCS < 9)
Kejang terus menerus atau berkepanjangan
Overdosis IV dan tidak responsive atau hipoventilasi
Gangguan perilaku berat dengan ancaman segera terhadap kekerasan yang
berbahaya

Pedoman Skrining Pasien Page 11


b. ATS 2
Pasien dengan kondisi yang cukup serius atau mengalami
kemerosotan secara cepat yang apabila tidak ditangani dalam 10 menit dapat
mengancam jiwa atau mengakibatkan kegagalan organ.
Pasien yang dengan pemberian obat yang dimana hasil akhirnya sangat
tergantung dari seberapa cepat obat itu diterima oleh pasien, misalnya :
trombolisis, antiracun.
Contoh kasus :
Resiko Jalan Nafas stridor berat atau produksi air liur berlebih yang
membahayakan
Distress / kesukaran pernafasan berat
Gangguan Sirkulasi :
Kulit berkeringat atau berubah warna karena perfusi yang buruk
Detak jantung < 50 atau > 150 x/menit (dewasa)
Hipotensi dengan gangguan hemodinamik karena kehilangan
darah hebat
Nyeri dada kardiak
Nyeri sangat hebat, apapun penyebabnya
Kadar gula darah < 2 mmol/l
Mengantuk, penurunan respon (GCS < 13)
Hemiparesis / disfasia akut
Demam dengan tanda-tanda letargi (semua umur)
Terkena zat asam atau basa pada mata yang membutuhkan irigasi
Multitrauma mayor (membutuhkan respon cepat dari tim terorganisasi)
Trauma local berat (fraktur mayor, amputasi)
Riwayat penyakit resiko tinggi
Konsumsi obat penenang atau zat toksik lainnya secara signifikan
Envenomation (tergigit hewan beracun) yang signifikan / berbahaya
Nyeri hebat yang memberi kesan adanya preeclampsia, AAA (Abdominal
Aortic Aneurysm) / Aneurisma Aorta Abdominalis atau Kehamilan
Ektopik
Perilaku Psikiatri kasar atau agresif

Pedoman Skrining Pasien Page 12


Ancaman langsung terhadap diri sendiri atau orang lain yang
membutuhkan pengekangan
Agitasi atau agresi berat
c. ATS 3
Pasien yang datang dengan kondisi yang mungkin akan berkembang menjadi
mengancam nyawa atau menimbulkan kecacatan bila tidak ditangani dalam
waktu 30 menit.
Contoh Kasus :
Hipertensi berat
Kehilangan cukup banyak darah apapun penyebabnya
Sesak nafas sedang
Saturasi O2 90 95 %
Kadar Gula Darah > 16 mmol/l
Riwayat kejang (saat ini sadar)
Semua demam pada pasien imunosupresi misalnya pasien onkologi,
Reaksi steroid
Muntah terus menerus
Dehidrasi
Cedera kepala dengan kehilangan kesadaran yang singkat (saat ini sadar)
Nyeri sedang sampai berat apapun penyebabnya yang membutuhkan
analgesic
Nyeri dada non kardiak dengan tingkat keparahan sedang
Nyeri perut tanpa ciri-ciri resiko tinggi dengan tingkat keparahan sedang
atau pasien usia > 65 Tahun
Trauma ekstremitas sedang deformitas, laserasi yang parah
Ekstremitas perubahan sensasi, tidak ada pulsasi
Trauma Riwayat penyakit resiko tinggi tanpa resiko tinggi lainnya
Neonates stabil
Anak beresiko
Perilaku / Psikiatrik :
- Sangat tertekan, resiko menyakiti diri sendiri
- Psikotik akut atau gangguan pikiran

Pedoman Skrining Pasien Page 13


- Krisis situasional, sengaja menyakiti diri sendiri, agitasi / menarik diri /
berpotensi agresif

d. ATS 4
Pasien dengan kondisi yang dapat mengalami kemerosostan atau akan
menghasilkan outcome yang berbeda bila dalam 1 jam pasien belum ditangani.
Gejala berkepanjangan.
Contoh kasus :
Perdarahan ringan
Aspirasi benda asing tanpa distress pernapasan
Cedera dada tanpa nyeri pada tulang iga atau distress pernapasan
Kesulitan menelan tanpa distress pernapasan
Cedera kepala ringan, tidak kehilangan kesadaran
Nyeri sedang, dengan beberapa faktor resiko
Muntah atau diare tanpa dehidrasi
Inflamasi atau benda asing pada mata penglihatan normal
Trauma ekstremitas minor pergelangan kaki terkilir, kemungkinan patah
tulang, laserasi tidak terkomplikasi yang membutuhkan investigasi atau
intervensi tanda vital normal, nyeri ringan / sedang
Gips terlalu ketat, tanpa kerusakan neurovaskuler
Sendi bengkak dan panas
Nyeri perut tidak spesifik
Perilaku / psikiatrik :
- Masalah kesehatan mental semi urgent
- Dalam observasi dan / atau tidak ada resiko langsung terhadap diri
sendiri maupun orang lain

e. ATS 5
Kondisi pasien yang sudah kronis dengan gejala yang minor, dimana hasil
akhirnya tidak akan berbeda bila penanganan ditunda sampai 2 jam setelah
kedatangan.
Nyeri minimal tanpa ciri-ciri beresiko tinggi
Riwayat penyakit resiko rendah dan saat ini asimtomatik

Pedoman Skrining Pasien Page 14


Gejala minor dari penyakit stabil yang ada
Gejala minor dari kondisi dengan resiko rendah
Luka minor lecet kecil, laserasi ringan (tidak membutuhkan jahitan)
Dijadwalkan control misalnya pada control luka, perban kompleks
Imunisasi
Perilaku / psikiatrik :
Pasien yang dikenal dengan gejala kronis krisis sosial, pasien baik secara
klinis
Kategori Waktu Respon Maximum
ATS 1 : Segera
ATS 2 : 10 Menit
ATS 3 : 30 Menit
ATS 4 : 60 Menit
ATS 5 : 120 Menit
Jika pasien termasuk ATS 4 dan ATS 5 datang pada jam kerja maka diarahkan ke
Instalasi Rawat Jalan untuk mendapatkan penanganan sesuai dengan kondisi klinisnya
dan bilamana perlu dianjurkan untuk mendapatkan pemeriksaan oleh dokter spesialis.
Jika pasien datang di luar jam kerja maka dilakukan penanganan sesuai dengan
kondisi klinisnya setelah kasus-kasus gawat darurat terlayani.

Untuk pasien anak-anak digunakan standar yang berbeda karena kondisi pada anak jauh lebih
berbahaya daripada dewasa
Triase Anak < 6 Bulan
Resiko Tinggi Resiko Sedang
Pemberian makanan < normal - 2/3 Normal
Arousal / Tingkat Sering Mengantuk Penurunan Aktivitas
Kewaspadaan (SSP) Konvulsi Kadang Mengantuk
Tangisan Lemah Lemah
Pernafasan Apnea atau Sianosis Sesak nafas
Sirkulasi Kulit Pucat dan panas Kulit Pucat
Output cairan Muntah Kehijauan >5x muntah dalam 24 Jam
BAK < 4x Popok basah/hari BAK kurang dari biasanya
Feses Tinja Berdarah Tinja Berdarah

Pedoman Skrining Pasien Page 15


2. Skrining pasien dipendaftaran.
a. Skrining kebutuhan pelayanan.
Skrining kebutuhan pelayanan bertujuan untuk mengarahkan pasien mendapatkan
pelayanan sesuai kebutuhan.
b. Skrining prioritas pelayanan.
Proses skrining untuk pasien yang datang ke Instalasi Rawat Jalan (poliklinik) dilaksanakan
melalui evaluasi visual atau pengamatan oleh petugas rekam medis. Evaluasi visual atau
pengamatan merupakan salah satu kegiatan pemilahan pasien melalui visual atau pengamatan
untuk menentukan apakah pasien ini membutuhkan penanganan segera atau tidak (prioritas
penanganan pasien). Setelah dilakukan evaluasi visual atau pengamatan, dapat ditentukan
sebagai berikut
1. Kesadaran :
Sadar penuh
Tampak mengantuk, gelisah, bicara tidak jelas
Tidak sadar
2. Pernafasan :
Nafas normal
Tampak sesak
Tidak bernafas
3. Risiko jatuh :
Risiko rendah
Risiko sedang
Risiko tinggi
4. Nyeri dada :
Tidak ada
Ada (tingkat sedang)
Nyeri dada kiri tembus punggung
5. Skala nyeri :
Skala nyeri yang digunakan adalah Wong Baker Faces PainScale

Pedoman Skrining Pasien Page 16


0 2 4 6 8 10

0 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali


2 3 = sedikit nyeri
4 5 = cukup nyeri
6 7 = lumayan nyeri
8 9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)

6. Batuk :
Tidak ada
Batuk > 2 minggu

Berdasarkan hasil skrining tersebut maka dapat diambil keputusan sebagai berikut:
a. Poliklinik sesuai antrian
b. Poliklinik disegerakan
c. IGD

3. Pemeriksaan Penunjang diagnostic.


Pemeriksaan diagnostic dilakukan bila pasien dipertimbangkan untuk dirawat inap. Jenis
pemeriksaan dapat di lihat pada table berikut.

TABEL PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK


SEBELUM RAWAT INAP

No Jenis Pasien Jenis Pemeriksaan Penunjang


1 Pasien Dewasa a. Darah Rutin
b. Gula darah sewaktu
c. Foto Thorax (jika usia > 45 thn atau jika ada indikasi)
d. EKG (jika usia > 45 thn atau jika ada indikasi)

2 Pasien Anak a. Darah Rutin


b. Foto thorax bila ada indikasi

Pedoman Skrining Pasien Page 17


3 Pasien Kebidanan a. Darah Rutin
b. HbSAg
c. Clothing Time (CT) dan Bleeding Time (BT)
d. Protein urine atau PP Test bila ada indikasi

4 Pasien Kritis a. EKG


b. Foto Thorax
c. Darah Rutin
d. Kimia darah
e. AGD
f. Urine rutin bila ada indikasi

Pada kasus kasus yang sudah pasti rumah sakit tidak bisa memberikan pelayanan maka
pemeriksaan penunjang diagnostic dapat tidak dilakukan.

4. Penerimaaan Pasien Rawat Inap :


Pasien dapat didaftarkan masuk ke rumah sakit oleh dokter spesialis yang memiliki Surat Ijin
Praktek di RS Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung.
Semua admission, tidak termasuk perinatologi, memerlukan kelengkapan lembar kerja
admission dari dokter spesialis atau dokter umum dengan instruksi dari dokter spesialis,
yaitu:
a. Lembar admission (Surat Pengantar Rawat inap)
b. Diagnosis saat datang

Pedoman Skrining Pasien Page 18


BAB IV

DOKUMENTASI

Kegiatan skrining pasien awal di triase pada Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat II Sartika Asih Bandung, didokumentasikan setiap hari pada lembar
catatan medis IGD yang sudah ditentukan.

Pencatatan ini mencakup :

1. Tanggal dan Jam Pemeriksaan


2. Nama Petugas Triase
3. Diagnosa utama yang ada
4. Riwayat Penyakit yang berhubungan dengan problem yang ada sekarang
5. Sistem atau Kategori Triase
6. Waktu dan alasan dilakukan triase ulang
7. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan

Form Triase : Lampiran 1

Form Skrining Pendaftaran : Lampiran 2

Pedoman Skrining Pasien Page 19

Anda mungkin juga menyukai