Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN TRIASE

RUMAH SAKIT dr. MOHAMMAD ZYN SAMPANG


TAHUN 2022

A. DEFINISI TRIASE

Definisi formal triase berasal dari kata “trier” dalam bahasa Perancis yang berarti
membagi dalam 3 kelompok Triase adalah sebuah sistem manajemen resiko klinis di IGD di
berbagai negara dalam tatalaksana pasien ketika dibutuhkan terapi yang melebihi kapasitas
IGD. Implementasi proses triase di IGD dimulai pada akhir tahun 1950 dan awal 1960
sebagai akibat peningkatan jumlah kunjungan pasien di IGD dan banyaknya pasien non
urgen yang datang ke IGD.
Tujuan triase
Sistem triase sebenarnya bertujuan untuk memastikan identifikasi pasien secara tepat
yang membutuhkan terapi medis segera dan menentukan area yang tepat untuk terapi, ruang
konsultasi atau area resusitasi.
Terdapat 4 prinsip proses triase:
1. Segera dan tepat waktu
Kemampuan untuk memberikan respon cepat pada penyakit/ cedera life threatening
merupakan hal terpenting di IGD.
2. Assessment yang adekuat dan akurat.
Elemen kunci pada proses anamnesa adalah kecepatan, ketelitian dan akurasi.
3. Keputusan yang diambil berdasar assessment
Perawatan pasien yang aman dan efektif hanya dapat direncanakan jika memiliki
informasi adekuat dan data yang akurat
4. Intervensi berdasar kondisi akut.
Tugas utama petugas triase adalah melakukan assessment akurat dan memberikan
prioritas terapi untuk pasien. Termasuk intervensi terapi, prosedur diagnostik dan
penentuan tempat yang tepat dalam pemberian terapi.
5. Tercapainya kepuasan pasien
Petugas triase harus terlatih secara simultan terhadap hubungan dengan pasien, selain itu
mencegah keterlambatan terapi yang dapat membahayakan pasien sakit kritis. Perlu juga
memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga/ teman.
Secara garis besar tujuan dari proses triase yaitu untuk mencapai:
1. pasien yang benar di
2. tempat yang benar pada
3. waktu yang tepat dengan
4. terapi yang tepat.

1
B. RUANG LINGKUP

Perawat triase bertugas untuk memutuskan prioritas perawatan pasien. Kondisi akut,
volume, kemampuan staf, kondisi sarana dan prasarana, waktu dan sumber daya berpengaruh
pada setting prioritas. Tujuan triase bukan untuk melakukan diagnosis tetapi assessment dan
perencanaan intervensi. Sistem klasifikasi untuk mengetahui tipe pasien yang membutuhkan
berbagai derajat/ tingkat perawatan. Prioritas dibuat berdasar tingkat pengetahuan, data yang
tersedia dan situasi/ kondisi yang terjadi.
Terdapat 4 sistem klasifikasi triase yang sering dipakai yaitu prioritas 1 atau pasien kritis
yang memerlukan resusitasi, prioritas 2 yaitu emergensi mayor atau urgen, prioritas 3 yaitu
emergensi minor atau non urgen dan prioritas 4 yaitu non emergensi atau false emergensi,
dimana konsep ini sudah diaplikasikan dalam pelayanan IGD RSUD dr.Mohammad Zyn
Kab. Sampang. Staf telah menggunakan kriteria triase berbasis bukti untuk memprioritaskan
pasien sesuai dengan kegawatannya. Pasien darurat dinilai dan distabilkan sesuai kapasitas
rumah sakit sebelum ditransfer ke ruang rawat atau dirujuk dan didokumentasikan dalam
rekam medik.
Sistem triase yang diterapkan di IGD RSUD dr.Mohammad zyn Kab. Sampang
menggunakan sistem komprehensif yang dilakukan oleh dokter dan perawat jaga IGD.
Sistem triase menggunakan Patient Acuity Category (PAC) Scale.

C. TATA LAKSANA
1. Klasifikasi
Sistem kategori triase yaitu menggunakan Patient Acuity Category Scale (PACS) yang
terbagi dalam 4 prioritas:
a. Prioritas 1 pasien kritis/ resusitasi, respon time 0 – 5 menit
b. Prioritas 2 emergensi mayor atau urgensi, respon time 45 menit.
c. Prioritas 3 emergensi minor atau tidak urgen, respon time 60 menit.
d. Prioritas 4 false emergensi atau non emergensi, respon time 120 menit
2
Labelisasi
1. Prioritas 1 : Label merah
2. Prioritas 2 : Label kuning
3. Prioritas 3 : Label hijau
4. Prioritas 4: Tanpa label

Proses Triase
1. Semua pasien yang datang di IGD dilakukan triase
2. Dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang sederhana dalam rangka
proses triase.
3. Pasien ditempatkan dan ditatalaksana sesuai prioritas kasus dan respon time.
Prioritas 1. Pasien resusitasi dan kritis
1. Perdarahan mayor
2. Trauma thorax dengan asfiksia, cervical, maxilla dan wajah
3. Trauma kepala dengan koma dan shock
4. Fraktur terbuka , multiple fraktur.
5. Luka bakar luas (> 30% luas permukaan tubuh)
6. Semua tipe shock

Prioritas 2. Kasus Emergensi Mayor


1. Trauma thorax tanpa tanda asfiksia
2. Fraktur tertutup pada tulang panjang.
3. Luka bakar terbatas (< 30% luas permukaan tubuh)
4. Cedera jaringan lunak.

Prioritas 3. Kasus Emergensi Minor


1. Cedera minor
2. Semua pasien bisa berjalan.

Prioritas 4. Kasus Non Emergensi


1. Kasus non urgen
2. Kasus kronik

Prioritas 0. Kasus meninggal


1. Tidak ada respon terhadap semua rangsang.
2. Tidak ada respirasi spontan
3. Tidak ada aktifitas jantung
4. Tidak ada respon pupil

3
1. Sasaran primer dan sekunder triage.
1.1 Sasaran primer = mengenal kondisi yang mengancam jiwa.
1.2 Sasaran sekunder = memberi prioritas pasien sesuai kegawatdaruratannya.
2. Pemberitahuan kepada keluarga pasien bahwa tindakan di IGD yang diutamakan adalah
dari tingkat kegawatan pasien.
3. Dokter harus terlatih dan bertanggung jawab atas pelayanan IGD.
4. Terdapat perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan di IGD.
5. Semua tenaga perawat dan dokter mampu melakukan teknik pelayanan pertolongan hidup
dasar (basic life support).
6. Program penanggulangan korban masal bencana/ disaster terhadap kejadian di rumah
sakit maupun di luar rumah sakit.

4
SCORE TRIASE

PRIORI CEDERA KODE WAKTU


TAS WARNA TANGGAP

1 a. Life threathening mengancam


nyawa Merah 0-5 menit
b. Perlu resusitasi
2 a. Kasus Urgen Kuning 45 menit
b. Cedera sedang

3 a. Rawat jalan Hijau 60 menit


b. Cedera ringan

4 a. False Emergency
b. Pasien non emergensi: pasien Putih 120
kontrol poli, kasus kronis menit

D. DOKUMENTASI

5
Pada rekam medis IGD kategori triage ditentukan dengan mencontreng sesuai dengan
kondisi pasien dan respon time yang ditetapkan. Sistem triase yang dipakai berdasarkan
Patient Acuity Category (PAC) Scale.

KATEGORI TRIASE KETERANGAN RESPONSE TIME

ð PACS 1/ PRIORITAS 1 RESUSITASI & PASIEN KRITIS SEGERA – 5 MENIT

ð PACS 2/ PRIORITAS 2 MAJOR EMERGENCIES 45 MENIT

ð PACS 3/ PRIORITAS 3 MINOR EMERGENCIES 60 MENIT

ð PACS 4/ PRIORITAS 4 NON EMERGENCIES 120 MENIT

The 4-point Singapore Patient Acuity Category Scale (PACS) sebagai berikut:

PAC Scale 1

Pasien dengan status PAC 1 berada dalam kondisi kolaps kardiovaskuler yang memerlukan
pertolongan medis segera. Contoh kasus yaitu acute myocardial infarction (AMI), cardiac
arrest, major trauma.

PAC Scale 2

Pasien dalam status dengan berbagai penyakit berat. Namun demikian beratnya symptom
memerlukan perhatian segera, sebelum jatuh dalam kondisi perburukan seperti stroke, patah
tulang panjang, asma.

PAC Scale 3

Pasien dengan status PAC 3 datang dengan symptom akut tetapi masih mampu berjalan
sendiri. Symptom bias ringan sampai sedang dan memerukan terapi akut misalnya perdarahan
karena luka terpotong, cedera ringan sampai sedang, demam tinggi.

PAC Scale 4

Bukan merupakan pasien emergensi, tidak memerlukan penatalaksanaan segera.Tidak ada


ancaman jiwa, dapat dilakukan tatalaksana di pelayanan primer seperti dokter keluarga,
poliklinik. Contoh kasus yaitu kronik LBP, kolesterol tinggi.

Tujuan dokumentasi proses triase yaitu untuk mendukung keputusan kategorisasi triase,
memberikan informasi penting bagi petugas medis, serta untuk kepentingan aspek legal.
Catatan yang harus didokumentasikan yaitu:
1. Waktu pasien dilakukan triase
2. Keluhan utama dan keluhan penyerta
3. Riwayat penyakit sebelumnya
4. Tanda vital
5. Alergi
6. Penilaian subjektif dan objektif
7. Kategori kegawatan
8. Pemeriksaan dignostik yang diperintahkan
9. Intervensi yang dilakukan
10. Disposisi
11. Reevaluasi dan perubahan kondisi pasien

6
Sampang Mei 2022 DIREKTUR
RS dr. MOHAMMAD ZYN SAMPANG

Dr. AGUS AHMADI, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai