Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN

PELAYANAN TRIAGE

RSUD “NGUDI WALUYO” WLINGI


KABUPATEN BLITAR
2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku
Panduan Pelayanan Triage Rumah Sakit “Ngudi Waluyo” Wlingi ini dapat selesai
disusun.
Buku Panduan Pelayanan Triage ini merupakan panduan kerja bagi semua
pihak yang terkait dengan Triage Rumah Sakit Umum Daerah “Ngudi Waluyo”
Wlingi dalam tata cara pelaksanaanya.
Dalam buku Panduan Pelayanan Triage ini diuraikan tentang Triage
Tunggal dan Triage masal.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya
atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam meyelesaikan Panduan
Pelayanan Triage Rumah Sakit Umum Daerah “Ngudi Waluyo” Wlingi

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I. DEFINISI ..........................................................................................
01
BAB II. RUANG LINGKUP .............................................................................
03
BAB III. TATA LAKSANA ................................................................................ 05
BAB IV. DOKUMENTASI ................................................................................
10
iii

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH “NGUDI WALUYO” WLINGI
Jalan. Dr. Soecipto No. 5 Wlingi Telp. (0342) 691006 Fax. (0342) 691040

PERATURAN
DIREKTUR RSUD “NGUDI WALUYO” WLINGI
NOMOR : 188/571/409.206/PER/VII/2019

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN TRIAGE


DI RSUD ”NGUDI WALUYO” WLINGI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH “NGUDI WALUYO” WLINGI

Menimbang : a. bahwa dalam upaya menentukan atau seleksi pasien


yang diprioritaskan untuk mendapat penanganan
terlebih dahulu di Rumah Sakit, maka perlu disusun
Panduan Pelayanan Triage di RSUD “Ngudi Waluyo”
Wlingi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan Peraturan
Direktur RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi tentang Panduan
Pelayanan Triage di RSUD ”Ngudi Waluyo” Wlingi;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik


Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
iv
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
6. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standart Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
9. Keputusan Bupati Blitar Nomor 188 / 255 / 409.012 /
KPTS / 2008 tentang Penetapan RSUD ”Ngudi Waluyo”
Wlingi Kabupaten Blitar sebagai Badan Layanan Umum
Daerah. Diabil dari skrening. Di samakan
10 Keputusan Gubernur jawa timur no 188 / 310/ KPTS/ 013/2020
tentang penetapan rumah sakit rujukan penyakit corona virus disease

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
“Ngudi Waluyo” Wlingi ditetapkan Panduan Pelayanan
Triage di RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Peraturan ini

KEDUA : Panduan sebagaimana dimaksud Diktum KESATU


sebagai acuan penatalaksanaan proses memilah dan
memilih pasien berdasarkan beban penyakit serta
memprioritaskan penanganan dan transportasi.

KETIGA : Akan dilakukan pembetulan sebagaimana mestinya


apabila terdapat kekeliruan dalam penetapan peraturan
ini.
v

KEEMPAT : Peraturan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan.
Peraturan Direktur Nomor 188/ 373/ 409.206/ PER/ I/
2019 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Ditetapkan di : WLINGI
pada tanggal : 05 Juli 2019

SALINAN Peraturan Direktur ini disampaikan kepada :


Yth. Sdr. 1. Wadir, Kepala Bidang / Kepala bagian / Kasubbid / Kasubbag /
Ka. Instalasi / Ka. Ruang;
2. Dokter/Dokter Spesialis/Dokter Gigi yang bersangkutan.
vi
1

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR


RSUD “NGUDI WALUYO” WLINGI
NOMOR : 188/571/409.206/PER/VII/2019
TANGGAL : 05 JULI 2019

BAB I
DEFINISI

A. TRIAGE:
TRIAGE adalah poses memilah pasien yang datang ke IGD yang
cepat untuk menentukan pasien yang perlu diobati segera dan pasien
yang dapat menunggu. Proses ini membutuhkan keterampilan perawat
gawat darurat berketrampilan. Saat ini Triage rumah sakit mengacu
pemilahan cepat pasien yang datang ke IGD utuk mendapatkan perawatan
TRIAGE adalah suatu sistem pembagian / klasifikasi prioritas klien
berdasarkan berat ringannya kondisi klien / kegawatannya yang
memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter
mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan
memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 5 menit

A. KEGAWATAN
Gawat adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan
kecacatan yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
Darurat adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan,
Gawat Darurat (P1) adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing /
pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat
meninggal / cacat (Wijaya, 2010), misalnya cardiac arrest, penurunan
kesadaran, trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak Darurat (P2) adalah keadaan mengancam nyawa tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka
ditindak lanjuti oleh dokter spesialis. Misalnya : Ca. tahap lanjut, fraktur
Darurat tidak Gawat (P3) adalah keadaan yang tidak mengancam
nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat, pasien sadar, tidak ada
2
gangguan Airway, Breathing, Circulation dan dapat langsung diberikan
terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya :
laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis media dan lain-lain
Tidak gawat tidak darurat (P0) adalah Pasien meninggal atau
cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi dead on
3

BAB II
RUANG LINGKUP

A. PRINSIP TRIAGE
Di Rumah Sakit, didalam triage mengutamakan perawatan pasien
berdasarkan gejala. Perawat triage menggunakan ABCD keperawatan
seperti jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, serta warna kulit,
kelembapan, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual
untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan
perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat.
Prinsip dalam pelaksanaan triage
1. Triage seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
3. Keputusan dibuat berdasarkanpengkajian
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
5. Tercapainya kepuasan pasien
 Perawat triage seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat
menetapkan hasil secara serempak denganpasien
 Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan
penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status
kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan kritis
 Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarga atau temannya
Saat ini triage rumah sakit mengacu pada pemilahan cepat pasien yang
datang ke IGD untuk mendapatkan perawatan. Tujuan dari Triage adalah
menentukan orang yang tepat di tempat yang tepat pada waktu yang tepat serta
untuk alasan yang tepat.
B. Tipe Triage Di RumahSakit
1. Tipe 1 : traffic Director or Non Nurse
a. Hampir sebagian besar berdasarkantriage
a. Dilakukan oleh petugas yang takberijazah
b. Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama
danseberapa sakitnya
c. Tidak ada dokumentasi
4

d. Tidak menggunakan protokol


5

2. Tipe 2 : Cek Triage Cepat


a. Pengkajian cepat dengan melihat yang
dilakukan perawat beregistrasi atau dokter
b. Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan
dengankeluhan utama
c. Evaluasi terbatas
d. Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang
lebih serius atau cidera mendapat perawatan
pertama
3. Tipe 3 : Comprehensive Triage
a. Dilakukan oleh perawat dengan
pendidikanyang sesuai dan berpengalaman
b. 4 sampai 5 sistem katagori
c. Sesuai protocol
6

BAB III
TATA LAKSANA

A. Proses Triage
Perubahan telah dilakukan pada proses Triage untuk meningkatkan
alur pelayanan IGD. Triage pintas dan Triage tim adalah dua upaya untuk
meningkatkan alur pelayanan IGD dengan memintas sistim Triage. Ketika
ada brancard kosong di IGD maka tidak perlu mengkaji apakah pasien
aman untuk menunggu sebaliknya pasien langsung ditemui perawat lalu
diletakkan pada brancar kosong dan ditempatkan di tempat yang sesuai.
Pengambilan data penilaian awal termasuk tanda - tanda vital dilakukan
oleh perawat primer disamping tempat tidur demikian pula tenaga
kesehatan yang lain. Dalam sistim Triage tim yang sesungguhnya dokter
atau perawat gawat darurat memilah pasien bersama berdasarkan hasil
Triage dokter atau perawat akan menyeleseaikan pemeriksaan untuk
meminta dilakukan pemeriksaan diagnostik atau memulangkan ketika
pasien membutuhkan resusitasi maka perawat Triage akan melakukan
resusitasi ABC di Triage.
Penilaian Triage harus tepat waktu dan singkat tujuan dari proses ini
adalah untuk mengumpulakan informasi yang cukup tentang pasien untuk
membuat keputusan Triage. Tujuan utamanya adalah agar semua pasien
menerima penilaian Triage awal dalam waktu 5 menit dari tiba di IGD alur
Triage dimulail dari pengkajian cepat kemudian berlanjut di ruang tindakan
jika perawat Triage menemukan masalah yang mengancam nyawa (ABCD)
perawat segera menginisiasi tindakan yang diperlukan dan pasien
dipindahkan ke ruang resusitasi. Proses Triage di RSUD Wlingi mengacu
pada triage 3 level

B. Pengkajian cepat
Penilaian Triage dimulai ketika perawat Triage pertama kali melihat
pasien perawat harus mengamati dengan cermat, endengarkan suara
abnormal dan bahkan mengidentifikasi bau yang keluar dari mulut pasien.
Pada sebagian besar kasus perawat Triage berpengalaman dapat hanya
dengan melihat dengan cepat dan berdasarkan keadaan umum pasien dapat
memutuskan apakah tindakan segera dapat dilakukan. Emergency Nursing
7

Pediatrik Course Triage pada anak pengkajian cepat ini sebagai pengkajian
cepat anak yaitu
1). keadaaan umum yang terdiri dari kekuatan otot acuh atau menarik diri,
melihat atau menatap, berbicara atau menangis.
2) usaha nafas terdiri dari : cuping hidung retraksi, suara jalan nafas
abnormal, posissi nyaman, frekuensi nafas terganggu.
3) sirkulasi atau kulit : pucat, berbintik dan sianosis.
Triage anak sangat menantang perawat perlu mengingat perkembangan
anak dan harus menyesuaikan pengkajian berdasarkan tingkat
perkembangan anak, untuk bayi dibawah 5 tahun sampai sekolah dasar
keluhan utama dan data subjektif dapat diperoleh dari pengasuh, anak -
anak usia sekolah dan menengah dan remaja dapat memberikan informasi
sendiri. Emergency Nursing Pediatric Course menggunakan singkatan
CIAMPEDS untuk menggambarkan komponen penilaian pediatrik.
Pengkajian nyeri menggunakana PQRST (Provocation/ Palliation, Quality,
Radiation, Severity, Timing). Jika pasien datang dengan luka trauma kaji
dan catat data mengenai pola cidera.

Prosedur Triage:
1. Pasien datang diterima tenaga kesehatan di ruang Gawat Darurat
atau ruang tindakan. Bila jumlah Pasien lebih dari kapasitas
ruangan, maka Triage dapat dilakukan di luar ruang Gawat Darurat
atau ruang tindakan.
2. Penilaian dilakukan secara singkat dan cepat (selintas) untuk
menentukan kategori kegawatdaruratan Pasien oleh tenaga kesehatan
dengan cara:
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum Pasien
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkan
e. Memprioritaskan penanganan definitif
3. Mengkategorikan status Pasien menurut kegawatdaruratannya,
apakah masuk ke dalam kategori merah, kuning, hijau atau hitam
berdasarkan prioritas atau penyebab ancaman hidup. Tindakan ini
berdasarkan prioritas ABCDE (Airway, Breathing, Circulation,
Disability, Environment). Kategori merah merupakan prioritas
8

pertama (Pasien cedera berat mengancam jiwa yang kemungkinan


besar dapat hidup bila ditolong segera). Kategori kuning merupakan
prioritas kedua (Pasien memerlukan tindakan definitif, tidak ada
ancaman jiwa segera). Kategori hijau merupakan prioritas ketiga
(Pasien degan cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri
sendiri atau mencari pertolongan). Kategori hitam merupakan Pasien
meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi.
4. Status Triage ini harus dinilai ulang terus menerus karena kondisi
Pasien dapat berubah sewaktu-waktu. Apabila kondisi Pasien
berubah maka dilakukan ReTriage.

5. Melakukan komunikasi dengan pusat komunikasi (misal PSC 119)


dan Rumah Sakit rujukan, bila diperlukan.

Klasifikasi Dan Penentuan Prioritas


Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage
didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis, dam data obyektif yang
mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfikus.
Menurut ENA (1999), penentuan triage didasarkan pada kebutuhan fisik,
tumbuh kembang dan psiko sosial selain pada faktor – faktor yang
mempengaruhi akses pelayanan kesehatan serta alur pasien lewat sistem
pelayanan kedaruratan. Hal – hal yang harus dipertimbangkan mencakup
setiap gejala ringan yang cenderung berulang atau meningkat
keparahannya.
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan
mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat
ancaman jiwa yang timbul.
Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah
kondisi klien yang meliputi :
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan
kecacatan yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat sepertikegawatan
c. Gawat Darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa
disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing /
pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka
9

dapat meninggal / cacat (Wijaya,2010)

Instalasi Gawat Darurat RSUD Ngudi Waluyo Wlingi memakai empat tingkat
kategori prioritas pasien berdasarkan PMK no 47 th 2018 tentang pelayanan
kegawatdaruratan .

. Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi,


yaitu:
1. Kategori merah : Prioritas 1 (P-1) (area resusitasi) px cidera berat
mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong
segera.
2. Kategori kuning : Prioritas 2 (P-2) (area tindakan) pasien memerlukan
tindakan definitive tidak ada ancaman jiwa segera.

3. Kategori hijau : Prioritas 3 (P-idera minimal, dapat berjalan dan


menolong diri sendiri atau mencari perrtolongan
4. Kategori hitam : Prioritas 0 (P-0) pasien meninggal atau cidera fatal
yang jelas dan tidak mungkin diresusitasi.
Tabel 1. Proses Triage
KLASIFIKASI KETERANGAN
Apabila terdapat tanda-tanda gangguan Airway Breathing
Circulation (ABC) berat yang sesuai dengan panduan PACS
dan/atau penurunan kesadaran, maka perawat triage
Gawat Darurat (P1) langsung mengantar pasien ke ruang resusitasi atau P-1
dan melakukan triage di ruang tersebut.
Misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran, trauma
mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat (P2) Apabila tidak terdapat tanda ancaman jiwa, maka perawat
menerima dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien di
ruang triage untuk menentukan prioritas terhadap pasien
tersebut. Setelah perawat triage menentukan tingkat
kegawatan pasien, maka perawat triage mengirim pasien
beserta lembaran statusnya ke bilik prioritas sesuai
kegawatan pasien. Pasien akan dimasukkan ke bilik P-2 bila
terdapat gangguan ABC ringan dan nilai Glasgow Coma
Scale (GCS) 15, pasien terasa nyeri hebat atau mengalami
10

fraktur terbuka.
Misalnya : Ca. tahap lanjut, fraktur
Apabila ABC pasien tidak terganggu, dan mempunyai
keluhan simptomatis atau luka ringan, GCS 15, maka akan
dimasukkan ke bilik P-3 dan dapat langsung diberikan
Darurat tidak gawat (P3) terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik
atau rawat jalan.
Misalnya : laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis
media dll
Tidak gawat tidak darurat Pasien meninggal, Meninggal dalam perjalanan atau dead on
(P0) arrival (DOA)

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)


KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I (merah) Mengancam jiwa / fungsi vital, perlu resusitasi dan
tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang
besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu
gangguan pada jalan nafas, pernafasan dansirkulasi,
Contoh : sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak,
syok hemoragik, combustio gr II dan III > 25%

Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa/fungs ivital bila tidak segera


ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat jangan terlambat.
Contoh : fraktur tulang besar, combustio gr II dan III < 25 %,
laserasi luas, trauma thorak/abdomen, trauma
bola mata
Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
Prioritas III (hijau) segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir
Contoh : luka – luka ringan

Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah.


Prioritas 0 (hitam) Hanya perlu terapi suportif.
Contoh : henti jantung kritis, dead on Arrival (DOA)

Tabel 3. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan (Iyer, 2004)


11

TINGKAT KEAKUTAN
Kelas I Pemeriksaan fisik rutin, dapat menunggu lama tanpa bahaya
Kelas II Non urgen / tidak mendesak, dapat menunggu lama tanpa bahaya
Kelas III Semi urgen / semi mendesak, dapat menunggu sampai 2 jam
sebelum pengobatan

Kelas IV Urgen / mendesak, dapat menunggu selama 1 jam


Kelas V Gawat Darurat, tidak boleh ada keterlambatan pengobatan, situasi
yang mengancam hidup

B. Triage Masal / Bencana


Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan
secepatnya untuk mencegah resiko kecacatan dan atau kematian,
dimulai sejak di lokasi kejadian, proses evakuasi dan proses
transportasi ke IGD atau area berkumpul. Kegiatan dimulai sejak
korban tiba diIGD.
a. Di lapangan:
1) Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau,
Kuning, Merah)
2) Menentukan prioritas penanganan
3) Evakuasi korban ketempat yang lebihaman
4) Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
5) Transportasi korban ke IGD.
b. Di rumah sakit (IGD):
1) Lakukan triage oleh timmedik.
2) Penempatan korban sesuai hasiltriage.
3) Lakukan stabilisasikorban.
4) Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi
yang ada (Merah, Kuning, Hijau)
5) Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (ruang perawatan
dan OK)
6) Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan
medis maupun tempatperawatan.
c. Proses labeling
12

Pemberian tanda atau Kode sesuai kondisi dan tingkat


kegawatdaruratan pasien / korban
 Label Merah (P1)
Korban yang sangat memerlukan pengawasan dan pertolongan
segera dan sangat mengancam jiwa, diantaranya:
o Gangguan pernafasan dan sirkulasi
o Shock dengan berbagai macam kausa
o Trauma kepala dengan pupil anisokor.
 Label Kuning (P2)
Korban yang memerlukan pertolongan atau pengawasan segera
akan tetapi tidak mengancam jiwa, diantaranya:
o Fraktur multiple
o Fraktur pelvis
o Luka bakar luas
o Korban dengan resiko syok (misalnya trauma abdomen,
truma thorak, trauma vertebra)
 Label Hijau (P3)
Korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pertolongan
segera, diantaranya:
o Cidera minimal
o Fraktur minor
o dan luka bakar minor.
 Label hitam
Korban telah dinyatakan meninggal dunia, korban dievakuasi
dan dibawa kekamar jenazah
 Penanganan korban
Setelah dilakukan proses labeling korban akan dilakukan tindakan
atau penanganan sesuai dengan prioritas kegawatdaruratan yang
dilakukan dokter dan perawat IGD dan satuan tugas P1, P2 dan P3.
Korban bencana kimia akan dilakukan dekontaminasi di area timur
IGD RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
d. Alur dalam proses triage
1. Pasien datang diterima petugas / paramedis IGD
1. Di ruang triage dilakukan anamnese dan pemeriksaan cepat dan
13

tepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh


perawat
2. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang,
maka triage dapat dilakukan di luar ruang triage (di depan
gedung UGD)
3. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi
kode warna
14

BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi triage harus jelas, ringkas dan mendukung kriteria level


kegawatan.
Komponen dokumentasi komprehensif triage adalah sebagai berikut :
 Waktu dan jam kedatangan di IGD
 Umur pasien
 Keluhan utama
 Waktu triage
 Alergi
 Obat, makanan latex
 Penggunaaan obat - obatan (resep, obat bebas, suplemen)
 Level kegawatan
 Tanda - tanda vital
 Pertolongan pertama
 Pengkajian nyeri
 Pengkajian subjektif dan objektif
 Riwayat medis penting
 Menstrulasi terakhir
 Imunisasi tetanus terakhir prosedur diagnostik yang dilakukan
 Obat - obatan yang diberikan di triage
 Tanda tangan perawat
 Pertimbangkan hal - hal berikut :
 Cara kedatangan
 Penggunaan penerjemah

1. Form assesmen awal pasien IGD di Rekam Medis Pasien Gawat


Darurat ada kriteria TRIAGE (terlampir).
a) P1
b) P2
c) P3
d) P0/DOA
15

2. Triage tag untuk bencana

Anda mungkin juga menyukai