Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN SKRINING PASIEN

RUMAH SAKIT BALIMBINGAN

TAHUN 2022
DEFENISI

Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat
dari orang yang memiliki keadaan patologis dan yang tidak terdiagnosis atau mempunyai resiko
tinggi (Kamus Dorland: 975). Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya
mengidentifikasi penyakit atau kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan
kebutuhan pasien saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk mengambil
keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan
kesehatan lainnya, menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining merupakan pengenalan dini secara pro-aktif untuk menemukan adanya masalah atau faktor
risiko. Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau
kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur
tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang yang terlihat sehat, atau
benar-benar sehat tapi sesungguhnya menderita kelainan ataupun gangguan kesehatan. Skrining
pada pasien dapat dilaksanakan melalui kriteria triage, anamnesis (wawancara riwayat penyakit),
evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik maupun psikologik, laboratorium klinik,
ataupun radiologi diagnostik.
Skrining pasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal kegawat daruratan pada

setiap pasien yang datang ke Instalasi Gawat. Dalam hal ini skrining pasien dilakukan pada awal di
triage primer yang juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan
terapi dan sumber daya yang tersedia. Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat
darurat karena Instalasi Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan gawat darurat selama 24 jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari
penyakit dengan pengobatan dini yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawat daruratan. Untuk itu
diperlukan langkah-langkah skrining pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-
kasus gawat dan darurat dapat diselenggarakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.Selain itu,
skrining juga dilakukan di rawat jalan.
Kegiatan ini bertujuan sebagai seleksi pasien yang mendaftarkan diri ke rumah sakit supaya
mendapatkan fasilitas pelayanan yang dibutuhkan klien sesuai dengan penyediaan fasilitas
pelayanan di rumah sakit.
Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal, antara lain:

A. Triage

a. Pengelompokan pasien berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit serta


kecepatan penanganan/pemindahannya.
B. Prioritas

a. Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan


yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
b. C.Survei primer

c. Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa
C. D.Survei sekunder

Melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang akan


berkembang sehingga mungkin akan dapat menjadi semakin parah dan memperberat

perubahan fungsi vital yang ada dan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.

D. E.Pasien Gawat Darurat

E. Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya.
F. F.Pasien gawat tidak darurat

G. Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat (misalnya
kanker stadium lanjut).
H. G.Pasien darurat tidak gawat

I. Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya (misalnya luka sayat dangkal).
J. H.Pasien tidak gawat tidak darurat

K. Pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera (misalnya pasien dengan Ulcus
tropicum,TBC kulit, dan sebagainya).
L. I.Kecelakaan (accident)

M. Suatu kejadian di mana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara mendadak, tidak
dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik, mental, ataupun sosial. Kecelakaan
dapat diklasifikasikan menurut kriteria sebagai berikut:
1. Mekanisme kejadian.Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik
karena efek kimia, fisik,listrik, atau maupun radiasi).
2. Tempat kejadian-Kecelakaan lalu lintas - Kecelakaan di lingkungan rumah
tangga - Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.
- Kecelakaan di sekolah

- Kecelakaan di tempat-tempat umum lain (tempat rekreasi, perbelanjaan, area


olahraga,dan sebagainya).
3. Waktu kejadian

- Waktu perjalanan (travelling/transport time).

- Waktu bekerja, sekolah, bermain, dan sebagainya.

4. Bencana Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan/atau
manusia yangmengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehiduapan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan.
BAB II RUANG LINGKUP

A.SKRINING KASUS

Petugas Instalasi Gawat Darurat harus dapat menyeleksi pasien sesuai dengan kondisi
kegawat daruratannya sebagai prioritas pertama pelayanan kepada pasien sesuai dengan ketentuan
yang ada untuk pelayanan pasien gawat darurat yang berlaku dan tidak berdasarkan urutan
kedatangan pasien untuk kemudian memilah pasien berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya
yang tersedia.
Ruang lingkup pelayanan pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat berdasarkan
kondisi kegawat daruratannya meliputi:
1. Pasien dengan kasus emergency.

Yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagai berikut:

a. Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan bisa menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan yang tepat secepatnya.
b. Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat.

c. Pasien akibat musibah/kejadian yang tiba-tiba terjadi, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya.
2. Pasien dengan kasus false emergency

Yaitu pasien yang tidak memerlukan pertolongan segera. Dalam kegiatan skrining pasien
awal ditriage primer, perlu dipahami bahwa kematian dapat terjadi bila seseorang
mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu sistem atau organ di bawah ini, yaitu:
a. Susunan saraf pusat.

b. Pernafasan

c. Kardiovaskuler

d. Hati.

e. Ginjal.

f. Pankreas.Kegagalan dari salah satu sistem atau organ tersebut dapat disebabkan
oleh: g. Trauma/cedera.
h. Infeksi.

i. Keracunan.

j. Degenerasi (failure).
k. Asfiksia.

l. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar (excessive loss of water
andelectrolit ). m. Lain-lain.
Pada kasus tertentu di mana penyakit yang diderita tidak termasuk di dalam daftar tersebut
di atas, penentuan kasus gawat atau tidak gawat ditentukan oleh dokter yang menangani
pasien.Kegagalan sistem susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, dan hipoglikemi adapat
meyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Sedangkan kegagalan sistem organ yang lain
dapat meyebabkan kematian dalam waktu yang relatif lebih lama.Dengan demikian keberhasilan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan
oleh:

1.Kecepatan menemukan penderita gawat darurat

2.Kecepatan meminta pertolongan

3.Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan:

a. Di tempat kejadian.

b. Dalam perjalanan ke rumah sakit.

c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit.

Beberapa kriteria kasus yang tidak dapat ditangani di Rumah Sakit RS Balimbingan adalah
sebagai berikut:
1.Pasien dengan diagnosis:

a.Pasien kelainan jantung anak yang memerlukan tindakan operasi

b.Otopsi yang memerlukan pemeriksaan kromosom/gen

2.Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh pasien tidak
ditunda pengadaannya.

B. SKRINING DIAGNOSTIK

1.Skrining diagnostic test standart yang bisa dilakukan sebelum pasien dirawat inap

1. Anak

a. Darah Lengkap

b.Urin Lengkap

2. Obgyn

a.Anamnese

b.VTc.DL, UL

3. Dalam
a.Darah Lengkap

b.Kimia darah

c.Urin Lengkap (sesuai keadaan klinis pasien)

4. Bedah preoperative

a.Darah lengkap

b.Kimia klinik

c.Foto thorak

d.EKG

e.Hasil konsul pre operatif

2.Skrining diagnostic test standart yang bisa dilakukan sebelum pasien dirawat inap

1. Pre operasi

a.Darah Lengkap

b.Kimia darah

c.Faal Hemoetasis

d.EKG

e.Thorak foto

2. Umum

a.Darah lengkap

b.Kimia darah

3.Skrining diagnostic test standart yang bisa dilakukan sebelum pasien dirawat ruang gawat :

1. ICU

a.Darah lengkap

b.Kimia klinik

c.Analisa Gas Darah

2. IGD

a.Darah Lengkap

5.Skrining diagnostic test standart yang bisa dilakukan pasien poli

1. Jantung

a.Anamnese

b.Pemeriksaan fisik

c.EKG
d. Darah lengkap

e.Kimia klinik

2. Paru

a.Anamnese

b.Pemeriksaan fisik

3. Dalam

a.Anamnese

b.Pemeriksaan fisik

4. Kandungan

a.Anamnese

b.Pemeriksaan genetalia: VT

c.Inspeculo

d.Darah lengkap, urine lengkap (kalau perlu)

e.USG

C. SKRINING RAWAT JALAN

Terdapat beberapa hal yang harus dikaji sebelum pasien mendaftarkan diri ke unit rawat
jalan RS Balimbingan. Kegiatan ini bertujuan sebagai seleksi pasien yang mendaftarkan diri ke
rumah sakit supaya mendapatkan fasilitas pelayanan yang dibutuhkan klien sesuai dengan
penyediaan fasilitas pelayanan di rumah sakit. Selain itu bertujuan untuk menentukan apakah pasien
mendapatkan pelayanan poliklinik sesuai antrian, disegerakan,atau ke IGD sesuai hasil skrining
awal.
Hal-hal yang perlu dikaji pada saat skrining awal di rawat jalan antara lain:

a. Pemeriksaan kesadaran,

b. Pernafasan

c. Resiko jatuh

d. Nyeri dada, skala nyeri dan batuk.

Dari hasil pengkajian tersebut nantinya akan menentukan apakah pasien mendapat pelayanan sesuai

antrian, pelayanan di poliklinik disegerakan atau diarahkan ke IGD.Skrining bisa dilakukan saat
pasien berada di luar Rumah Sakit tempat asal rujukan pasien, pada saat pasien ditransportasi, dan
pada saat pasien tiba di RS (IGD atau IRJ)
BAB III TATA LAKSANA

A. SKRINING DI IGD

Instalasi Gawat Darurat RS Balimbingan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat


selama 24 jam melaksanakan kegiatan skrining pasien awal di triage primer yang dilakukan sebagai
penilaian awal kegawatdaruratan pada setiap pasien yang datang dengan prosedur sebagai berikut:
1.Petugas IGD merespon dengan cepat terhadap kedatangan pasien.

2.Skrining awal dilakukan dalam waktu


maksimal 3 menit:
a. Petugas IGD melakukan penilaian kesadaran dengan menggunakan kriteria Glascow Coma
Score.
b. Petugas IGD melakukan penilaian jalan nafas pasien (airway), dengan kriteria sebagai
berikut:
- Jalan nafas bebas (pasien bernafas dengan baik)

- Adanya suara tambahan

- Adanya sumbatan/obstruksi jalan nafas total.

c. Petugas IGD melakukan penilaian pernafasan (breathing) dengan menghitung frekuensi


nafas, jika didapatkan pasien dengan kondisi kegawatan sistem pernafasan ( henti nafas,
bradypnea, ataupun tachypnea ) maka pasien langsung dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
d. Petugas IGD memasang pulse oximeter untuk pemeriksaan sirkulasi darah (circulation)
jika didapatkan:
- Heart rate tidak terdengar, cek pulsasi dan segera lakukan tindakan resusitas jantung
paru sesuai dengan prosedur.
- Heart rate bradycardia ataupun tachycardia, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi
untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
- SaO2 < 90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih
lanjut.

e. Petugas IGD menanyakan keluhan utama pasien jika terdapat keluhan yang potensial
mengancam nyawa (misalnya: kejang, kelemahan/kelumpuhan anggota gerak, nyeri dada,
sesak nafas, dan sebagainya) maka pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk
penatalaksanaan lebih lanjut.
f. Hasil pemeriksaan skrining pasien awal di triase primer ditulis di lembar catatan medis
IGD.

g. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan kondisi
kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan pemeriksaan terhadap
pasien dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan secara terintegrasi di ruang
resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
h. Jika pada hasil skrining pasien awal di triase primer ditemukan pasien dengan kondisi
tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat mengancam nyawa maka tindakan
pemeriksaan terhadap pasien dilakukan di tempat periksa/tempat observasi sesuai dengan
kondisi klinisnya (kasus bedah/non-bedah/obstetri dan ginekologi).
i. Lakukan tes pemeriksaan diagnostik untuk kasus yang rawat inap rumah sakit.

B.SKRINING DI RAWAT JALAN

Sebelum pasien melakukan pendaftaran, harus dilakukan skrining untuk menentukan apakah
pasien akan dilayani sesuai antrian, disegerakan atau dialihkan ke IGD. Petugas skrining akan
melakukan pengkajian singkat meliputi penilaian tingkat kesadaran, pernafasan, resiko jatuh, nyeri
dada, skala nyeri, resiko jatuh dan batuk.
Prosedur skrining di rawat jalan oleh petugas skrining antara lain:

1. Penilaian tingkat kesadaran

Penilaian tingkat kesadaran dilakukan dengan penilaian sekilas. Jika pasien sadar
penuh,maka pelayanan diberikan sesuai antrian. Jika tampak mengantuk, gelisah, bicara
tidak jelas, pasien dilayani di poliklinik namun mendapat prioritas disegerakan. Jika pasien
tidak sadar, pasien kejang atau baru mengalami kejang serta beresiko kejang seperti pada
pasien anak dengan panas yang sangat tinggi, maka pasien diarahkan ke IGD dengan diantar
oleh petugas.
2. Penilaian pernafasan pasien akan dilayani sesuai antrian jika pernafasan normal, tidak
mengalami sesak. Jika pasien tampak sesak tampak sesak tapi masih bisa berbicara dengan
jelas, maka pasien mendapatkan pelayanan prioritas disegerakan. Jika pasien tampak sesak
berat, tampak pucat di bibir, sesak hingga sulit untuk bicara, maka pasien dialihkan ke IGD.
3. Penilaian resiko jatuh, penilaian resiko jatuh dilakukan menggunakan metode teknik
modifikasi Get Up & GoTest Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memperhatikan cara
berjalan pasien saatakan duduk di kursi.
a. Apakah pasien tampak tidak seimbang (sempoyongan/limbung)?

b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja penopang saat akan duduk ?

Interpretasi:

- Bila tidak ditemukan (a) dan (b), maka pasien tidak beresiko jatuh.

- Bila ditemukan salah satu antara (a) atau (b), maka pasien beresiko jatuh rendah.

- Bila ditemukan dua-duanya point (a) dan (b), maka pasien beresiko jatuh sedang.

Pada pasien tanpa resiko jatuh dan beresiko jatuh rendah, maka pasien dilayani sesuai
antrian. Pasien dengan resiko jatuh sedang, dilayani dengan prioritas disegerakan.Sementara
pada pasien dengan resiko jatuh tinggi seperti pada pasien kejang langsung dialihkan ke
IGD.
4. Penilaian nyeri dada

Pada pasien tanpa nyeri dada, pelayanan diberikan sesuai antrian. Pada pasien dengan nyeri
dada namun lokasi tidak spesifik, diberikan pelayanan poliklinik dengan prioritas
disegerakan. Apabila pasien dengan keluhan nyeri dada di bagian kiri dan terasa tembus
hingga ke punggung atau menjalar ke lengan kiri maka langsung dialihkan ke IGD karena
merupakan gejala IMA dan butuh penanganan segera.
5. Penilaian skala nyeri

Pengkajian skala nyeri mengunakan Wong-Baker Faces Pain Scalauntuk anak > 3tahun dan
pasien dewasa yang tidak bisa menggambarkan intensitas nyerinya dengan menyebutkan
angka-angka. Pada anak > 3 tahun dan pasien dewasa yang bisa menggambarkan intensitas
nyerinya dengan menyebutkan angka-angka, digunakan Numeric Rating Scale (NIRS). Jika
pasien tidak mengalami nyeri, atau nyeri ringan (skala nyeri 0-3), pasien dilayani sesuai
antrian. Jika nyeri sedang, terasa agak menggangu hingga mengganggu aktivitas (skala 4-7),
dilayani dengan prioritas di poliklinik. Jika nyeri berat, terasa sangat mengganggu hingga
tak tertahankan (skala 7-10 ) dialikan ke IGD untuk mendapatkan penanganan segera.
Pada pasien yang dilayani sesuai antrian, langsung diarahkan ke mesin antrian untuk
mendapatkan antrian di loket pendaftaran. Pada pasien yang mendapatkan prioritas didahulukan,
diberi pita kuning sebagai penanda, kemudian diantar petugas atau security menuju loket tanpa
menggunakan mesin antrian dan dilayani terlebih dahulu. Sedangkan untuk pasien yang dialihkan
ke IGD, diberi pita merah kemudian diantar petugas atausecurity ke IGD.
BAB IV

DOKUMENTASI

Kegiatan skrining pasien awal di triase primer di Instalasi Gawat Darurat RS Balimbingan
didokumentasikan setiap hari di lembar catatan medis IGD yang sudah ditentukan. Kegiatan
skrining pelayanan poli dilakukan sebelum pasien mendaftar ke poli yang dituju menggunakan
formulir skrining rawat jalan
KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT BALIMBINGAN

NOMOR : RS.Bal/SK/ /I/2022

TENTANG

KEBIJAKAN SKRINING PASIEN

DI RUMAH SAKIT BALIMBINGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA RUMAH SAKIT BALIMBINGAN

Menimbang :

a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS Balimbingan, maka diperlukan


Penyelenggaraan skrening pasien yang efektif;
b. Bahwa agar pelaksanaan screening pasien di RS Balimbingan dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan pemberian informasi waktu sebagai landasan bagi penyelenggaraan
skrining pasien di RS Balimbingan
Siantar;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan


dengan keputusan kepala RS Balimbingan.
Mengingat :

1. Undang – Undang Republik Indonesia No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.

2. Undang – Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Undang – Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2000 tentang Rumah Sakit.

4. Undang – Undang Republik Indonesia No.56 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.436 tahun 1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan
Rumah Sakit dan standar Pelayan Medis di Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 512 Tahun 2007 tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan
Praktek Kedokteran..
7. Peraturan Menteri kesehatan RI No.17 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 148 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek
Perawat.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.36 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT BALIMBINGAN

TENTANG KEBIJAKAN SKRINING PASIEN DI RUMAH


SAKIT BALIMBINGAN

Pertama : Keputusan kepala Rumah Sakit Balimbingan tentang kebijakan skrining

Pasien di Rumah Sakit Balimbingan

Kedua : kebijakan skrining Pasien di Rumah Sakit Balimbingan sebagaimana

tercantum dalam laporan keputusan ini

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemberian informasi waktu

Tunggu pelayanan penundaan dan pengobatan di RS Balimbingan

Dilaksanakan oleh kabid pelayanan dan keperawatan dan tindakan medis

Di RS Balimbingan

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian

Hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan

Perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan Di : Balimbingan
Pada Tanggal : 10 Januari 2022
Kepala Rumah Sakit,

dr. Arichta Maria M.MKes


NIK. 248610003

Anda mungkin juga menyukai