Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT

DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA


2020

BAB I
1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusipelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat, Menurut pasal 4 undang-undang Republik Indonesia No.36 tahun2009 tentang
kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Hakyang dimaksud dalam pasal
ini adalah hakuntuk memperoleh pelayanan kesehatan darifasilitas pelayanan kesehatan agar
dapatmewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Menurut pasal 29 UU Republik Indonesia no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
menyebutkan bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan pelayanan gawat
darurat kepada pasieen sesuai dengan kemampuannya serta membuat,melaksanakan dan menjaga
standar pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. Sesuai pasal 32 undang-undang
Republik Indonesia no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa dalam keadaan
darurat fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan
pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan. Dalam
pelayanan kesehatan tersebut juga harus di lengkapi dengan peralatan-peralatan medis dan non
medis yang memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang di berikan dan juga harus memenuhi
standart mutu, keamanan dan keselamatan serta mempunyai izin sesuai dengan ketentuan
perundangundangan.
Dalam peraturan mentri kesehatan RI no. 147/menkes/per/I/2010 tentang perijinan rumah
sakit menyebutkan bahwa untuk mendapatkan izin operasional rumah sakit harus memenuhi
persyaratan yang meliputi: (1)sarana dan prasarana (2) peralatan (3) sumber daya manusia (4)
administrasi dan management. Salah satu persyaratan izin rumh sakit lainnya adalah rumah sakit
memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam sehari.
Dalam melakukan pelayanan juga harus membutuhkan sumber daya manusia yang kompetendalam
melakukan upaya kesehatan dengan pendekatan promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif yang di
laksanakan secara terpadu menyeluruh dan berkesinambungan.
Oleh karena itu agar terwujudnya sistem pelayanan gawat darurat secara terpadu maka
dalam penerapannya harus mempersiapkan komponen-komponen penting di dalamnya seperti : (1)
sistim komunikasi (2) pendidikan (3) transportasi (4) pendanaan dan (5) Quality kontrol. Dan juga
sebuah rumah sakit harus mempunyai kelengkapan dan kelayakan fasilitas unit gawat darurat yang
sesuai dengan standar pelayanan gawat darurat.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai tempat untuk pelayanan kegawatdaruratan di Rumah
Sakit harus dilengkapi dengan pedoman pelayanan yang baik sehingga proses pelayanan
kegawatdaruratan di Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit dapat berjalan dengan baik dan mampu
memberikan pelayanan yang memadai.
B. Tujuan Pedoman
2
Adapunyangmenjaditujuandari
adanyapedomanpelayananInstalasigawatDaruratadalahsebagaiberikut:
1. Umum
Meningkatkan mutu pelayanan gawat darurat di rumah sakit melalui pedoman pelayanan
gawat darurat.
2. Khusus
a. Mencegah kematian dan cacat (tosave life and limb) pada penderita gawat
darurat,sehingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakatsebagaimana
mestinya.
b. Menerima rujukan/merujuk penderita Gawat Darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang lebih memadai.
c. Melakukan pertolongan korban musibah massal dan bencana yang terjadi di dalam
maupun luar rumah sakit.
d. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan penanggulangan penderita gawat
darurat melalui pendidikan dan menyelenggarakan berbagai kursus yangberhubungan
dengan pengetahuan dan ketrampilan bantuan hidup dasar (basic life support) maupun
bantuan hidup lanjut(advanced life support).
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi
1. Pasien dengan kasus True Emergency.Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat
darurat atauakan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan
menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolonngan secepatnya.
2. Pasiendengan kasus False Emergency.Yaitu pasien dengan :
a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya.
c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat.
D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat.
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien
dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.
2. Triage.
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma/penyakit
serta kecepatan penanganan/pemindahannya.
3. Prioritas.
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer.
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder.

3
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang
akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat.
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan daruratmisalnya
kanker stadium lanjut.
8. Pasien Darurat Tidak Gawat.
Pasienakibatmusibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dananggota
badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat.
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dan sebagainya.
10. Kecelakaan (Accident).
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.Kecelakaan dan cedera
dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas.
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga.
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.
4) Kecelakaan di sekolah.
5) Kecelakaandi tempat-tempat umum lain seperti halnya: tempat rekreasi,perbelanjaan, di
area olah raga, dan lain-lain.
b. Mekanisme kejadian :
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek
kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian :
1. Waktu perjalanan ( travelling/transport time )
2. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain.
11. Cidera.
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat.
4
b. Pernafasan.
c. Kardiovaskuler.
d. Hati.
e. Ginjal.
f. Pancreas.
Kegagalan (kerusakan) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
a. Trauma / cedera,
b. Infeksi,
c. Keracunan (poisoning),
d. Degerenerasi (failure),
e. Asfiksi,
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and electrolit),
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan danhipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6), sedangkan kegagalan   sistim/organ
yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan:
a. Ditempat kejadian.
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit.
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit.
F. Landasan Hukum :
1. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Peraturan menteri kesehatan RI No.1796/Menkes/PER/VIII/2011 tentang registrasi tenaga
kesehatan
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
4. Permenkes No 856 tahun 2011 tentang Standar Fasilitas IGD

BAB 2

5
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM.
1. Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan

Penanggung Jawab Pelayanan  Bersertifikat  


1 Keperawatan IGD SKp / SKM /Setingkat BLS/BTCLS/PPGD

Bersertifikat
2 Ka Ru IGD D III Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD

Bersertifikat
3 Ka Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum ACLS/ATLS

Bersertifikat
4 Perawat Pelaksana IGD D III Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD

Bersertifikat
5 Dokter IGD Dokter Umum ACLS/ATLS


6 TPK SMU  

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi :yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang  dengan standar minimal
bersertifikatBLS.
Kategori :
a. 1 orang Ka Ru,
b. 1 orang Pelaksana.
2. Untuk Dinas Sore :yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS.
Kategori :
a. 1 orang Penanggung Jawab Shift.
b. 1 orang Pelaksana.
3. Untuk Dinas Malam  : yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BLS. Kategori :
a. 1 orang Penanggung Jawab Shift.
b. 1 orang Pelaksana

6
a. Pengaturan Jaga.
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD.
a. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Kepala
Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Asisten Manajer Pelayanan Keperawatan.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat pelaksana
IGD setiap satu bulan..
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat
tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta
tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift) dengan syarat
pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki
sertifikat tentang kegawat daruratan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang bersangkutan harus memberitahu
Karu IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum
memberitahu Karu IGD, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti,
maka KaRu IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur
atau perawat IGD yang tinggal di asrama.
g. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
( tidak terencana ), maka KaRu IGD akan mencari perawat pengganti yang hari itu libur
atau perawat IGD yang tinggal di asrama. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan,
maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur
pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai SOP terlampir).
2. Pengaturan Jaga Dokter IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat Darurat
dan disetujui oleh Manajer Pelayanan.
b. Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan ke unit
terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka
Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut
wajib menunjuk dokter jaga
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka
Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat
Darurat wajib untuk mencarikan dokter jaga  pengganti, yaitu digantikan oleh dokter
jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter

7
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai SOP terlampir).
3) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka
Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat
Darurat wajib untuk mencarikan dokter jaga  pengganti, yaitu digantikan oleh dokter
jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai SOP terlampir).
D. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen
1.  Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager Pelayanan.
2. Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah diedarkan ke unit
terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
3. Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan maka :
4. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Manager
Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter
tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
5. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Manager
Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter
jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Manager
Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti.(Prosedur pengaturan jadwal
jaga dokter konsulen sesuai SOP terlampir).

8
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DenahRuangan(Buat Gambar Denah)

9
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
IGD RSU Yapika berlokasi di lantai II gedung utama yang terdiri dari ruangan Triase,
ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan tindakan  non bedah dan ruangan observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 2 (dua) tempat tidur , ruangan tindakan bedahterdiri dari
satu (1) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2  (dua) tempat tidur, ruangan
observasi terdiri dari 4 (empat)  tempat tidur.
2. Peralatan.
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien
Gawat darurat.Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving  untuk kasus kegawatan
jantung seperti monitor dan defribrilator.
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1) Mesin suction ( 1 set ),
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set ),
3) Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah ).
4) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan ).
5) Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah ).
6) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus & penghalang
(1 buah).
7) Gunting besar (1 buah ).
8) Defribrilator ( 1 buah ).
9) Monitor EKG ( 1 buah ).
10) Trolly Emergency yang berisi alat-alat untuk melakukan resusitasi (1 buah).
11) Papan resusitasi ( 1 buah ).
12) Ambu bag ( 1 buah ).
13) Stetoskop ( 1 buah ).
14) Tensi meter ( 1 buah ).
15) Thermometer ( 1 buah ).
16) Tiang Infus ( 1 buah ).
b. Alat – alat untuk ruang tindakan bedah.
1. Verban segala ukuran :
a) 4 x 5 em ( 5 buah )
b) 4 x10 em ( 5 buah ).
3. Hecting set ( 5 set ).
4. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
a) Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah ),
b) Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah ),
c) Jarum ( 1 set ).
5. Lampu sorot ( 1 buah ).
6. Kassa ( 1 tromel ).
7. Ganti verban set ( 2 set ).
10
8. Stomachtube / NGT :
a) Nomer  12  ( 1 buah )
b) Nomer  16  ( 1 buah )
c) Nomer  18  ( 1 buah )
9. Spuit sesuai kebutuhan :
a) 5 cc  ( 5 buah )
b) 3 cc ( 5 buah )
c) 10 cc ( 5 bh )
10. Infus set ( 5 buah ).
11. Emergency lamp ( 1 buah ).
12. Stetoskop ( 2 buah )
13. Tensimeter ( 2 buah )
14. Thermometer ( 2 buah )
15. Tiang infus ( 3 buah )
c. Alat – alat untuk ruang observasi :
1. Tensi meter ( 1 buah ).
2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah ).
3. Termometer ( 1 buah ).
4. Stetoskop ( 1 buah ).
5. Standar infus ( 1 buah ).
6. Infus set ( 1 set ).
7. IV catheter segala ukuran ( 1 set ).
8. Spoitsesuaikebutuhan:
a) 1 cc    ( 5 buah )
b) 2.5 cc ( 5 buah )
c) 5 cc   ( 5 buah )
d) 10 cc   ( 5 buah )
e) 20 cc   ( 3 buah )
f) 50 cc   ( 3 buah )
d. Alat – alat dalam trolly emergency :
1. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RS.
2. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGD RS.
e. Alat – alat kesehatan.
1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah ).
2. Oropharingeal airway : – Nomer 3 ( 1 buah ),- Nomer 4 ( 1 buah ).
3. Laringoscope dewasa & anak ( 1 set ).
4. Face mask ( 1 buah )
5. Spuit semua ukuran.
6. Infus set ( 1 set).
7. IVcathetersesuaikebutuhan:
a) Nomer  18  Cath / Terumo ( 2 / 2 buah ).
b) Nomer  20 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah ).
11
c) Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 2 buah ).
8. Suction catheter segala ukuran :
a) Nomer 10 ( 1 buah ).
b) Nomer 12 ( 1 buah ) 
f. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSU Yapika saat ini memiliki 2
( dua ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
1. Perlengkapan Ambulance
a. Ac
b. Sirine
c. Lampu rotater
d. Sabuk pengaman
e. Lampu ruangan

2. Alat & Obat untuk Ambulance.


a. Tabung Oksigen ( 1 buah )
b. Mesin suction ( 1 buah )
c. Piala ginjal ( 1 buah )
d. Tas Emergency yang berisi :
1) Obat – obat untuk life saving (Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )
2) Senter ( 2 buah )
3) Stetoskop  ( 3 buah )
4) Tensimeter ( 1 buah )
5) Piala ginjal ( 5 buah )
6) Oropharingeal air way
7) Gunting verban  ( 2 buah )
8) Tongue Spatel ( 1 buah )
9) Reflex hummer ( 2 buah )
10) Infus set ( 1 buah )
11) IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 2 )
12) Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah ).

g. Standar Obat IGD RS


1. Obat Live Saving

12
a. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Oba

Anti asmatic dan COPD


1 Aminophilin Ampul 14 preparations

2 Atropin sulfat Ampul 125 Anti spasmodic

3 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer

4 Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic lokal & general

5 Lidocain Ampul 94 Anastetic local

6 Ranitidine Ampul 5 Antacida

7 Vit Ampul 2 Anti perdarahan

8 Tramal 100 mg Ampul 1 Analgetik

9 ATS 1500 u Ampul 10 Anti tetanus

10 Vaksin Engerik B-In-1 Tube 3 Vaksinasi hepatitis

11 Vaccin Engerik o,5 ml Tube 2 Vaksinasi hepatitis

12 Kallium clorida Flacon 6 Elektrolit

13 Meylon 25 ml Flacon 9

14 Meylon  100 ml Flacon 1

b. Tablet
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah  

1. Adalat 5 mg Tablet 10

Anti hypertensi /
2. Adalat 10 mg Tablet 10 Betabloker

c. Cairan Infus

13
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah  

1. Asering Kolf 4

2. Dextrose 5 % 250 ml Kolf 2

3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8

4 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5

7. Kaen 3 B Kolf 1

11. Nacl 0,9 % 250 ml Kolf 1

12. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5

13. Nacl 3 % Kolf 1

14. Ringer Dextrose Kolf 6

15 Ringer Lactat Kolf 13

17. Dex 40 % 25 ml Flalon 6


 

d. Suppositoria
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah  

7. Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif

8. Stesolid 10 mg rect Tube 7 Sedatif


 

2. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat

1. Calsium gluconas Ampul 3 Vitamin (elektrolit)

14
2. Neurobion 5000 Ampul 5 Vitamin

3. Sotatik Ampul 8 Anti emetik


 
b. Obat tablet
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah  

Anti coagulans, anti


1. Aspilet Tablet 7 trombotics

2. Isorbid Tablet 2 Cardiac drugs

3. Propanolol Tablet 3 Beta Blockers


 
 
 

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata Laksana Pendaftaran Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat IGD
b. Petugas Admission

15
2. Perangkat Kerja
Status Medis
1) Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
a) Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian
admission ( SPO – IGD )
b) Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk mencari
identitas pasien
c) ebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan status
untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
d) Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan pertolongan
di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan pendaftaran di bagian
admission
2) Tata Laksana Sistim Komunikasi Igd
a) Petugas Penanggung Jawab
 Petugas Operator
 Dokter / perawat IGD
b) Perangkat Kerja
 Pesawat telpon
 Hand phone

B. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD


1. Antara IGD dengan unit lain dalam RS Yapika adalah dengan nomor extension masing-masing
unit ( SPO – IGD )
2. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan pelayanan diluar
rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung dari IGD dengan menggunakan
kode PIN yang dimiliki oleh dokter jaga atau melalui bagian operator ( SPO – IGD )
3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan pesawat telephone
dan handphone ( SPO – IGD – 025 )
4. Dari luar RS Sumber Sejahtera dapat langsung melalui operator

C. Tata Laksana Pelayanan Triase


1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
a) Stetoscope
b) Tensimeter
c) Status medis
3. Tata Laksana Pelayanan Triase  IGD
a) Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission ( SPO – IGD )
b) Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan  
prioritas penanganan.

16
c) Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa / mengancam fungsi
vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
d) Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital, bila
tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non bedah
e) Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa, tidak
perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang
non bedah

D. Tata Laksana Pengisian Informed Consent


1. Petugas Penangung Jawab
Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
Formulir Persetujuan Tindakan
3. Laksana Informed Consent Tata
Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed consent pada 
pasien / keluarga pasien ( SPO – IGD )disaksikan oleh perawat, pasien menyetujui informed
consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh perawat.Setelah diisi dimasukkan dalam status
medik pasien.

E. Tata Laksana Transportasi Pasien


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Perawat IGD
b. Supir Ambulan
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Alat Tulis
3. Tata Laksana Transportasi Pasien IGD
a. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RS Yapika sebagai transportasi,
maka perawat unit terkait menghubungi IGD ( SPO- IGD )
b. Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama pasien ruang rawat inap,
waktu penggunaan & tujuan penggunaan
c. Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan
d. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

F. Tata Laksana Pelayanan False Emergency


1. Petugas Penanggung Jawab
2. Perawat Admission
3. Dokter jaga IGD
4. Perangkat Kerja
a. Stetoscope
b. Tensi meter

17
c. Alat Tulis
5. Tata Laksana  Pelayanan False Emergency
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission ( SPO – IGD )
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
e. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

G. Tata Laksana Pelayanan Visum ET Repertum


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Petugas Rekam Medis
b. Dokter jaga IGD
2. Perangkat Kerja
Formulir Visum Et Repertum IGD
a. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian(SPO-
IGD)
b. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medic
c. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang
menanganipasien terkait
d. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli
diberikan pada pihak kepolisian

H. Tatalaksana Pelayanan Death On Arrival ( Doa )


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter jaga IGD
b. Petugas Satpam
2. Perangkat Kerja
a. Senter
b. Stetoscope
c. EKG
d. Surat Kematian
3. Tata Laksana Death On Arrival IGD ( Doa )
a. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD ( SPO-IGD )
b. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah
c. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
d. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan
bagian umum/keamanan

I. TATA LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT


1. Petugas Penanggung Jawab
18
Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Handphone
3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
a. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien yang
akan dibawa, kepada perawat IGD RS Yapika.
b. Isi informasi mencakup :
1) Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )
2) Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )
3) Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care ( SPO-IGD )
4) Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta menyiapkan hal-hal
yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari petugas ambulance.

J. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN


1. Petugas Penanggung Jawab
a. Dokter IGD
b. Perawat IGD
2. Perangkat Kerja
a. Ambulan
b. Formulir persetujuan tindakan
c. Formulir rujukan
3. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD
a. Alih Rawat
1) Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
2) Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
mengenai keadaan umum pasein ( SPO  – IGD )
3) Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi RS
Yapika sesuai kondisi pasien
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan
diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed consent
2) Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
3) Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RS Sumber Sejahtera
c. Spesimen
1) Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen
2) Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
3) Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas laboratorium
4) Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

 
19
BAB V
LOGISTIK

Kegiatan logistik ruang IGD Rumah Sakit “Yapika” adalah kegiatan pengadaan, permintaan,
penyimpanan, pendistribusian, serta pengendalian obat/alkes, linen, instrumen dan barang keperluan
rumah tangga.Pengelolaan dan pengendalian logistik Ruang IGD Rumah Sakit Yapika merupakan
tugas dan tanggung jawab dari Kepala Ruang IGD, dibantu oleh sekse penangggung jawab sekse
logistik ruang IGD.

A. Logistik Obat

20
1. Perencanaan
a. Obat rutin pasien

Pengadaan obat direncanakan berdasarkan pemakaian selama 24 jam.

b. Obat emergency

Pengadaan obat emergency untuk live saving menjadi tanggung jawab apoteker dan
kerjasama dengan kepala ruang dan perawat penanggung jawab shift ruang IGD, dimana
obat emergency disediakan di trolli emergency

2. Permintaan/penyediaan
a. Obat rutin pasien

Permintaan obat pasien untuk pemberian satu hari dalam bentuk (ODD) menggunakan form
permintaan/resep obat.

b. Obat emergency

Permintaan obat emergency sesuai dengan jumlah kesediaan stok obat tersedia dan
dimintakan ke bagian farmasi menggunakan form obat emergency dan menjadi tanggung
jawab apoteker rumah sakit “Yapika”

3. Penyimpanan
a. Penyimpanan obat dan alkes pasien disimpan dilemari obat dengan ditata berdasarkan
kandungan obat yang tersedia
b. Penyimpanan obat emergency ditrolli emergency
c. Penyimpanan obat diruangan dengan suhu antara 15-25 celcius dan kelembaban 60o-70o
dicatat di form pemantauan suhu dan kelembaban dan dicatat setiap shiff/hari
4. Pendistribusian/penyaluran
a. Obat pasien
Pendistribusian obat sesuai dengan intruksi DJPJP, kemudian dicatat dalam form resep obat
pasien umum untuk pasien umum.
b. Obat emergency

Pendistribusian obat emergency sesuai dengan intruksi DPJP kemudian dicatat dibuku
pemakaian obat emergency.

5. Pengendalian
a. Obat Pasien
Pengendalian obat pasien setiap pengambilan dari farmasi dilakukan dobel cek antara
petugas farmasi dengan perawat ruangan IGD, pemberian obat ke pasien dilakukan dobel cek
antara perawat yang menyiapkan dengan perawat yang memberikan. Apabila ada obat yang
sudah diorder dan diberhentikan pemberiannya oleh DPJP maka obat akan diretur ke bagian
farmasi.

21
b. Obat emergency

Pemakaian obat emergency harus dicatat di buku pemakaian obat emergency dan obat yang
sudah dipakai dimintakan ke farmasi memakai form permintaan obat emergency. Petugas
farmasi melakukan pengecekan setiap satu inggu sekali.

6. Daftar obat emergency


1) Atropine Sulfate inj
2) Aminophyllin inj
3) Asam Tranexamat
4) Calcium Gluconate inj
5) Dexamethasone inj
6) Diazepam inj (Stesolid)
7) Dobutamin inj (Dobuject)
8) Epinephrine inj
9) Furosemid inj
10) ISDN 5 mg tab
11) Lidokain 2% inj
12) MgSO4 40%
13) Neropinephrine Injeksi
14) Oxytocin Inj
15) Spoit 1 cc
16) Spoit 3 cc
17) Spoit 5 cc
18) Spoit 10 cc
19) Spoit 20 cc
20) Spoit 50 cc
21) Spoit 50 cc Cath.Tip
22) Guedel 40 mm
23) Guedel 50 mm
24) Guedel 60 mm
25) Guedel 70 mm
26) Guedel 80 mm
27) Guedel 100 mm
28) Guedel 110 mm
29) Suction Catheter 6
30) Suction Catheter 8
31) Suction Catheter 10
32) Suction Catheter 12
33) Suction Catheter 14
34) Suction Catheter 16
35) Suction Catheter 18

22
B. Logistik Linen
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan linen dilakukan oleh unit logistik ruang IGD
2. Permintaan
Kepala ruang mengajukan permintaan kepala unit bagian logistik sesuai dengan kebutuhan
3. Penyimpanan
Stok sprei ruangaan disimpan di lemari Ruang IGD
4. Pendistribusian
a. Pendistribusian dilakukan setiap hari dengan menukar linen kotor dengan linen bersih ke
bagian linen dengan menggunakan form serah terima linen.
b. Bila ada kekurangan linen, petugas ruangan meminta langsung ke bagian loundry.
5. Pengendalian
Linen dicatat dalam buku stok yang di isi setiap seminggu sekali oleh petugas penanggung
jawab loundry.
C. Logistik Instrumen
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan instrumen dilakukan setiap sati tahun sekali.
2. Permintaan
Permintaan instrumen dengan cara menulis di blangko permintaan barang tidak rutin
kebagian logistik.
3. Penyimpanan
Instrumen disimpan di lemari instrumen Ruang IGD
4. Pendistribusian
Pendistribusian instrumen dikeluarkan bila ada instrumen yang sudah dalam kondisi tidak
layak pakai.
5. Pengendalian
Instrumen dicatat dalam buku stok/inventaris alat yang diisi setiap seminggu skali oleh
petugas penanggung jawab instrumen.
D. Logistik barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang keperluan rumah tangga dan alat tukis kantor dilakukan
setiap satu sebulan sekali
2. Permintaan
a. Rutin
Permintaan barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor dengan cara menulis di
blako permintaan barang rutin kebagian logistik
b. Tidak rutin
Permintaan barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor dengan cara menulis di
blangko permintaan barang tidak rutin ke bagian pembelian
3. Penyimpanan
Barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor disimpa di lemari.
23
4. Pendistribusian
Pendistribusian barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor dilakukan sesuai
kebutuhan.
5. Pengendalian
Barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor dicatat dalam buku rencana anggaran
belanja yang diisi setiap sebulan sekali oleh petugas administrasi.
E. Logistik barang bahan habis pakai
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang keperluan bahan habis pakai dilakukan setiap satu bulan
sekali/melihat kebutuhan
2. Permintaan
Permintaan barang keperluan bahan habis pakai dengan cara menulis di blangko
permintaan obat/alkes kebagian farmasi rawat inap.
3. Penyimpanan
Barang keperluan bahan habis pakai disimpan di lemari
4. Pendistribusian
Pendistribusian barang keperluan bahan habis pakai dilakukan sesuai kebutuhan
5. Pengendalian
Barang keperluan bahan habis pakai di catat dalam buku rencana anggaran belanja yang
diisi setiap bulan sekali oleh petugas administrasi.

24
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
Sistem tersebut meliputi :
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian
Tidak Diharapkan ( KTD )

C. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )


1. Adverse Event :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
2. KTD yang tidak dapat dicegah
Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir
3. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC )

25
Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
a. Karena “ keberuntungan”
b. Karena “ pencegahan ”
c. Karena “ peringanan ”
4. Kesalahan Medis
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
5. Kejadian Sentinel
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,   seperti : operasi pada
bagian tubuh yang salah.Pemilihan kata  “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang
terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian
ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
6. Tata Laksana
a) Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b) Melaporkan pada dokter jaga IGD
c) Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d) Mengobservasi keadaan umum pasien
e) Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”

26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal.Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi HIV.Dari keseluruhan kasus baru 25%
terjadi di Negara – negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan 
hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua  penyakit ini sering tidak
dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit  tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani  dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri,
pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

27
C. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip
tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan
darah serta cairan infeksi yang lain.\
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Idikator mutu yang digunakan di RSU Yapika dalam memberikan pelayanan adalah angka
keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah penderita yang dilayani > 5 menit
berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang sama.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan.

29
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan Gawat Darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat
dan tepat pada seorang atau kelompok agar dapat menurunkan angka kematian dan mencegah
terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditunjukkan untuk menunjang
pelayan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari
maupun dalam keadaan bencana.
Dengan diterbitkannya Pedoman Pelayanan Keperawatan IGD ini, diharapkan dapat
mendukung pelayanan asuhan keperawatan yang berfokus pada pelanggan di Ruang IGD. Pedoman
Pelayanan keperawatan Ruang IGD ini merupakan pedoman yang bersifat umum. Untuk pengaturan
lebih detail tentang pelaksanaan pelayanan, dijabarkan kedalam Pedoman Pengorganisasian, Standar
Prosedur Operasional, Program Kerja sesuai dengan ketetapan dan pengaturan yang ada di rumah sakit
“Yapika”
Seiring dengan perkembangan ilmu keperawatan serta pesaingan pelayanan antar rumah sakit
baik swasta maupun pemerintah, tentunya Ruang IGD Rumah Sakit “Yapika” akan senantiasa terus
memperbaiki dan mengembangkan pedoman ini sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi
terkini.
Semoga Pedoman Pelayanan Keperawaan Ruang IGD ini memberikan kontribusi dan hasil
nyata terhadap pelayanan keperawatan yang profesional dan berdaya saing tinggi khususnya di Ruag
IGD dan Rumah Sakit “Yapika” pada umumnya.

30

Anda mungkin juga menyukai