DARURAT
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan-perubahan anatomi yang
akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang ada
berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat.
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan daruratmisalnya
kanker stadium lanjut.
8. Pasien Darurat Tidak Gawat.
Pasienakibatmusibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dananggota
badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat.
Misalnya pasien dengan ulcus tropium, TBC kulit, dan sebagainya.
10. Kecelakaan (Accident).
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.Kecelakaan dan cedera
dapat diklasifikasikan menurut :
a. Tempat kejadian :
1) Kecelakaan lalu lintas.
2) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga.
3) Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.
4) Kecelakaan di sekolah.
5) Kecelakaandi tempat-tempat umum lain seperti halnya: tempat rekreasi,perbelanjaan, di
area olah raga, dan lain-lain.
b. Mekanisme kejadian :
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek
kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
c. Waktu kejadian :
1. Waktu perjalanan ( travelling/transport time )
2. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain.
11. Cidera.
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan.Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat.
4
b. Pernafasan.
c. Kardiovaskuler.
d. Hati.
e. Ginjal.
f. Pancreas.
Kegagalan (kerusakan) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
a. Trauma / cedera,
b. Infeksi,
c. Keracunan (poisoning),
d. Degerenerasi (failure),
e. Asfiksi,
f. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and electrolit),
g. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan danhipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6), sedangkan kegagalan sistim/organ
yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan:
a. Ditempat kejadian.
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit.
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit.
F. Landasan Hukum :
1. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Peraturan menteri kesehatan RI No.1796/Menkes/PER/VIII/2011 tentang registrasi tenaga
kesehatan
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
4. Permenkes No 856 tahun 2011 tentang Standar Fasilitas IGD
BAB 2
5
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM.
1. Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
Bersertifikat
2 Ka Ru IGD D III Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat
3 Ka Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum ACLS/ATLS
Bersertifikat
4 Perawat Pelaksana IGD D III Keperawatan BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat
5 Dokter IGD Dokter Umum ACLS/ATLS
–
6 TPK SMU
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :
1. Untuk Dinas Pagi :yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikatBLS.
Kategori :
a. 1 orang Ka Ru,
b. 1 orang Pelaksana.
2. Untuk Dinas Sore :yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal bersertifikat
BLS.
Kategori :
a. 1 orang Penanggung Jawab Shift.
b. 1 orang Pelaksana.
3. Untuk Dinas Malam : yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BLS. Kategori :
a. 1 orang Penanggung Jawab Shift.
b. 1 orang Pelaksana
6
a. Pengaturan Jaga.
1. Pengaturan Jaga Perawat IGD.
a. Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Kepala
Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Asisten Manajer Pelayanan Keperawatan.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat pelaksana
IGD setiap satu bulan..
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat
tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang serta
tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
d. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift) dengan syarat
pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2 tahun, serta memiliki
sertifikat tentang kegawat daruratan.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti.
f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang bersangkutan harus memberitahu
Karu IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum
memberitahu Karu IGD, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat
pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti,
maka KaRu IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur
atau perawat IGD yang tinggal di asrama.
g. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
( tidak terencana ), maka KaRu IGD akan mencari perawat pengganti yang hari itu libur
atau perawat IGD yang tinggal di asrama. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan,
maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.(Prosedur
pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai SOP terlampir).
2. Pengaturan Jaga Dokter IGD
a. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat Darurat
dan disetujui oleh Manajer Pelayanan.
b. Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan ke unit
terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
c. Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan maka :
1) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka
Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut
wajib menunjuk dokter jaga
2) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka
Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat
Darurat wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter
jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
7
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai SOP terlampir).
3) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Ka
Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga
pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat
Darurat wajib untuk mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter
jaga yang pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai SOP terlampir).
D. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen
1. Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager Pelayanan.
2. Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah diedarkan ke unit
terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
3. Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan maka :
4. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Manager
Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga, serta dokter
tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
5. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke Manager
Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter
jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka Manager
Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti.(Prosedur pengaturan jadwal
jaga dokter konsulen sesuai SOP terlampir).
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
9
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
IGD RSU Yapika berlokasi di lantai II gedung utama yang terdiri dari ruangan Triase,
ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah dan ruangan observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 2 (dua) tempat tidur , ruangan tindakan bedahterdiri dari
satu (1) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 (dua) tempat tidur, ruangan
observasi terdiri dari 4 (empat) tempat tidur.
2. Peralatan.
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat
Darurat Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien
Gawat darurat.Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan
jantung seperti monitor dan defribrilator.
a. Alat – alat untuk ruang resusitasi :
1) Mesin suction ( 1 set ),
2) Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set ),
3) Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah ).
4) Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan ).
5) Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah ).
6) Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus & penghalang
(1 buah).
7) Gunting besar (1 buah ).
8) Defribrilator ( 1 buah ).
9) Monitor EKG ( 1 buah ).
10) Trolly Emergency yang berisi alat-alat untuk melakukan resusitasi (1 buah).
11) Papan resusitasi ( 1 buah ).
12) Ambu bag ( 1 buah ).
13) Stetoskop ( 1 buah ).
14) Tensi meter ( 1 buah ).
15) Thermometer ( 1 buah ).
16) Tiang Infus ( 1 buah ).
b. Alat – alat untuk ruang tindakan bedah.
1. Verban segala ukuran :
a) 4 x 5 em ( 5 buah )
b) 4 x10 em ( 5 buah ).
3. Hecting set ( 5 set ).
4. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
a) Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah ),
b) Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah ),
c) Jarum ( 1 set ).
5. Lampu sorot ( 1 buah ).
6. Kassa ( 1 tromel ).
7. Ganti verban set ( 2 set ).
10
8. Stomachtube / NGT :
a) Nomer 12 ( 1 buah )
b) Nomer 16 ( 1 buah )
c) Nomer 18 ( 1 buah )
9. Spuit sesuai kebutuhan :
a) 5 cc ( 5 buah )
b) 3 cc ( 5 buah )
c) 10 cc ( 5 bh )
10. Infus set ( 5 buah ).
11. Emergency lamp ( 1 buah ).
12. Stetoskop ( 2 buah )
13. Tensimeter ( 2 buah )
14. Thermometer ( 2 buah )
15. Tiang infus ( 3 buah )
c. Alat – alat untuk ruang observasi :
1. Tensi meter ( 1 buah ).
2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah ).
3. Termometer ( 1 buah ).
4. Stetoskop ( 1 buah ).
5. Standar infus ( 1 buah ).
6. Infus set ( 1 set ).
7. IV catheter segala ukuran ( 1 set ).
8. Spoitsesuaikebutuhan:
a) 1 cc ( 5 buah )
b) 2.5 cc ( 5 buah )
c) 5 cc ( 5 buah )
d) 10 cc ( 5 buah )
e) 20 cc ( 3 buah )
f) 50 cc ( 3 buah )
d. Alat – alat dalam trolly emergency :
1. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RS.
2. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGD RS.
e. Alat – alat kesehatan.
1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah ).
2. Oropharingeal airway : – Nomer 3 ( 1 buah ),- Nomer 4 ( 1 buah ).
3. Laringoscope dewasa & anak ( 1 set ).
4. Face mask ( 1 buah )
5. Spuit semua ukuran.
6. Infus set ( 1 set).
7. IVcathetersesuaikebutuhan:
a) Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah ).
b) Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah ).
11
c) Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 2 buah ).
8. Suction catheter segala ukuran :
a) Nomer 10 ( 1 buah ).
b) Nomer 12 ( 1 buah )
f. Ambulance
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSU Yapika saat ini memiliki 2
( dua ) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
1. Perlengkapan Ambulance
a. Ac
b. Sirine
c. Lampu rotater
d. Sabuk pengaman
e. Lampu ruangan
12
a. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Oba
13 Meylon 25 ml Flacon 9
b. Tablet
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
1. Adalat 5 mg Tablet 10
Anti hypertensi /
2. Adalat 10 mg Tablet 10 Betabloker
c. Cairan Infus
13
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
1. Asering Kolf 4
7. Kaen 3 B Kolf 1
d. Suppositoria
Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
2. OBAT PENUNJANG
a. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat
14
2. Neurobion 5000 Ampul 5 Vitamin
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
15
2. Perangkat Kerja
Status Medis
1) Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD
a) Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian
admission ( SPO – IGD )
b) Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk mencari
identitas pasien
c) ebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan status
untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
d) Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan pertolongan
di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan pendaftaran di bagian
admission
2) Tata Laksana Sistim Komunikasi Igd
a) Petugas Penanggung Jawab
Petugas Operator
Dokter / perawat IGD
b) Perangkat Kerja
Pesawat telpon
Hand phone
16
c) Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa / mengancam fungsi
vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
d) Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital, bila
tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non bedah
e) Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa, tidak
perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang
non bedah
17
c. Alat Tulis
5. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
a. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission ( SPO – IGD )
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
e. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter
19
BAB V
LOGISTIK
Kegiatan logistik ruang IGD Rumah Sakit “Yapika” adalah kegiatan pengadaan, permintaan,
penyimpanan, pendistribusian, serta pengendalian obat/alkes, linen, instrumen dan barang keperluan
rumah tangga.Pengelolaan dan pengendalian logistik Ruang IGD Rumah Sakit Yapika merupakan
tugas dan tanggung jawab dari Kepala Ruang IGD, dibantu oleh sekse penangggung jawab sekse
logistik ruang IGD.
A. Logistik Obat
20
1. Perencanaan
a. Obat rutin pasien
b. Obat emergency
Pengadaan obat emergency untuk live saving menjadi tanggung jawab apoteker dan
kerjasama dengan kepala ruang dan perawat penanggung jawab shift ruang IGD, dimana
obat emergency disediakan di trolli emergency
2. Permintaan/penyediaan
a. Obat rutin pasien
Permintaan obat pasien untuk pemberian satu hari dalam bentuk (ODD) menggunakan form
permintaan/resep obat.
b. Obat emergency
Permintaan obat emergency sesuai dengan jumlah kesediaan stok obat tersedia dan
dimintakan ke bagian farmasi menggunakan form obat emergency dan menjadi tanggung
jawab apoteker rumah sakit “Yapika”
3. Penyimpanan
a. Penyimpanan obat dan alkes pasien disimpan dilemari obat dengan ditata berdasarkan
kandungan obat yang tersedia
b. Penyimpanan obat emergency ditrolli emergency
c. Penyimpanan obat diruangan dengan suhu antara 15-25 celcius dan kelembaban 60o-70o
dicatat di form pemantauan suhu dan kelembaban dan dicatat setiap shiff/hari
4. Pendistribusian/penyaluran
a. Obat pasien
Pendistribusian obat sesuai dengan intruksi DJPJP, kemudian dicatat dalam form resep obat
pasien umum untuk pasien umum.
b. Obat emergency
Pendistribusian obat emergency sesuai dengan intruksi DPJP kemudian dicatat dibuku
pemakaian obat emergency.
5. Pengendalian
a. Obat Pasien
Pengendalian obat pasien setiap pengambilan dari farmasi dilakukan dobel cek antara
petugas farmasi dengan perawat ruangan IGD, pemberian obat ke pasien dilakukan dobel cek
antara perawat yang menyiapkan dengan perawat yang memberikan. Apabila ada obat yang
sudah diorder dan diberhentikan pemberiannya oleh DPJP maka obat akan diretur ke bagian
farmasi.
21
b. Obat emergency
Pemakaian obat emergency harus dicatat di buku pemakaian obat emergency dan obat yang
sudah dipakai dimintakan ke farmasi memakai form permintaan obat emergency. Petugas
farmasi melakukan pengecekan setiap satu inggu sekali.
22
B. Logistik Linen
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan linen dilakukan oleh unit logistik ruang IGD
2. Permintaan
Kepala ruang mengajukan permintaan kepala unit bagian logistik sesuai dengan kebutuhan
3. Penyimpanan
Stok sprei ruangaan disimpan di lemari Ruang IGD
4. Pendistribusian
a. Pendistribusian dilakukan setiap hari dengan menukar linen kotor dengan linen bersih ke
bagian linen dengan menggunakan form serah terima linen.
b. Bila ada kekurangan linen, petugas ruangan meminta langsung ke bagian loundry.
5. Pengendalian
Linen dicatat dalam buku stok yang di isi setiap seminggu sekali oleh petugas penanggung
jawab loundry.
C. Logistik Instrumen
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan instrumen dilakukan setiap sati tahun sekali.
2. Permintaan
Permintaan instrumen dengan cara menulis di blangko permintaan barang tidak rutin
kebagian logistik.
3. Penyimpanan
Instrumen disimpan di lemari instrumen Ruang IGD
4. Pendistribusian
Pendistribusian instrumen dikeluarkan bila ada instrumen yang sudah dalam kondisi tidak
layak pakai.
5. Pengendalian
Instrumen dicatat dalam buku stok/inventaris alat yang diisi setiap seminggu skali oleh
petugas penanggung jawab instrumen.
D. Logistik barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang keperluan rumah tangga dan alat tukis kantor dilakukan
setiap satu sebulan sekali
2. Permintaan
a. Rutin
Permintaan barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor dengan cara menulis di
blako permintaan barang rutin kebagian logistik
b. Tidak rutin
Permintaan barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor dengan cara menulis di
blangko permintaan barang tidak rutin ke bagian pembelian
3. Penyimpanan
Barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor disimpa di lemari.
23
4. Pendistribusian
Pendistribusian barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor dilakukan sesuai
kebutuhan.
5. Pengendalian
Barang keperluan rumah tangga dan alat tulis kantor dicatat dalam buku rencana anggaran
belanja yang diisi setiap sebulan sekali oleh petugas administrasi.
E. Logistik barang bahan habis pakai
1. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang keperluan bahan habis pakai dilakukan setiap satu bulan
sekali/melihat kebutuhan
2. Permintaan
Permintaan barang keperluan bahan habis pakai dengan cara menulis di blangko
permintaan obat/alkes kebagian farmasi rawat inap.
3. Penyimpanan
Barang keperluan bahan habis pakai disimpan di lemari
4. Pendistribusian
Pendistribusian barang keperluan bahan habis pakai dilakukan sesuai kebutuhan
5. Pengendalian
Barang keperluan bahan habis pakai di catat dalam buku rencana anggaran belanja yang
diisi setiap bulan sekali oleh petugas administrasi.
24
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
Sistem tersebut meliputi :
a. Asesmen resiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian
Tidak Diharapkan ( KTD )
25
Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
a. Karena “ keberuntungan”
b. Karena “ pencegahan ”
c. Karena “ peringanan ”
4. Kesalahan Medis
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
5. Kejadian Sentinel
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada
bagian tubuh yang salah.Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang
terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian
ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
6. Tata Laksana
a) Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b) Melaporkan pada dokter jaga IGD
c) Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
d) Mengobservasi keadaan umum pasien
e) Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”
26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal.Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi HIV.Dari keseluruhan kasus baru 25%
terjadi di Negara – negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan
hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri,
pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
Tindakan yang beresiko terpajan
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
27
C. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip
tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan
darah serta cairan infeksi yang lain.\
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
28
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Idikator mutu yang digunakan di RSU Yapika dalam memberikan pelayanan adalah angka
keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah penderita yang dilayani > 5 menit
berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang sama.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan.
29
BAB IX
PENUTUP
Pelayanan Gawat Darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat
dan tepat pada seorang atau kelompok agar dapat menurunkan angka kematian dan mencegah
terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditunjukkan untuk menunjang
pelayan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari
maupun dalam keadaan bencana.
Dengan diterbitkannya Pedoman Pelayanan Keperawatan IGD ini, diharapkan dapat
mendukung pelayanan asuhan keperawatan yang berfokus pada pelanggan di Ruang IGD. Pedoman
Pelayanan keperawatan Ruang IGD ini merupakan pedoman yang bersifat umum. Untuk pengaturan
lebih detail tentang pelaksanaan pelayanan, dijabarkan kedalam Pedoman Pengorganisasian, Standar
Prosedur Operasional, Program Kerja sesuai dengan ketetapan dan pengaturan yang ada di rumah sakit
“Yapika”
Seiring dengan perkembangan ilmu keperawatan serta pesaingan pelayanan antar rumah sakit
baik swasta maupun pemerintah, tentunya Ruang IGD Rumah Sakit “Yapika” akan senantiasa terus
memperbaiki dan mengembangkan pedoman ini sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi
terkini.
Semoga Pedoman Pelayanan Keperawaan Ruang IGD ini memberikan kontribusi dan hasil
nyata terhadap pelayanan keperawatan yang profesional dan berdaya saing tinggi khususnya di Ruag
IGD dan Rumah Sakit “Yapika” pada umumnya.
30