Anda di halaman 1dari 14

KESEHATAN DAERAH MILITER XVII/CENDERAWASIH

RUMAH SAKIT TK. II MARTHEN INDEY

PANDUAN CLINICAL PATHWAY


PANDUAN KEGIATAN 4 AREA KLINIK
(CLINICAL PATHWAY)

RUMAH SAKIT MARTHEN INDEY


JAYAPURA
2022
BAB I
DEFINISI

A. Definisi Clinical Pathway


Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar
pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur
dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
Clinical Pathway adalah alat untuk melaksanakan pelayanan medis yang terpadu
untuk mencapai hasil pelayanan yang diharapkan dengan mempertimbangkan lama
waktu perawatan, sebagai blue print dalam melaksanakan pelayanan medis.
Clinical Pathway adalah gambaran algoritma perawatan pasien dan tujuan
mengurangi variasi dan biaya perawatan, meningkatkan efisiensi dan memperbaiki
kualitas perawatan pasien.
Clinical Pathway adalah pelayanan medis yang berpihak pada pasien dan
menguntungkan bagi pasien, keluarga bahkan kepada Team Work, memberi peluang untuk
melaksanakan evaluasi serta proses perbaikan pelayanan medis yang terus menerus.
Clinical Pathway merupakan penentuan waktu, kategori pelayanan, pengendalian
variasi pelayanan dan sudah tentu luaran dari pelayanan itu sendiri. Dengan konsep pelayanan
ini maka diharapkan bahwa pelayanan benar-benar berpihak kepada pasien, dengan berbagai
kepastian. Yaitu kepastian aktivitas kegiatan pelayanan yang diberikan, kepastian hari rawat
dan yang terpenting adalah kepastian biaya. Tujuan penentuan Clinical Pathway adalah untuk
lebih mengefesiensikan pelayanan medis, dan mengurangi sebanyak mungkin variasi dan
tentu berdampak pada pengendalian biaya.
Dapat disimpulkan bahwa clinical pathway adalah suatu alur proses kegiatan
pelayanan pasien yang spesifik untuk satu penyakit atau tindakan tertentu, mulai dari
pasien masuk sampai pasien pulang. Yang merupakan integrasi dari pelayanan medis,
pelayanan keperawatan, pelayanan farmasi dan pelayanan kesehatan lainnya. Tanpa
clinical pathway maka sistem INA-CBG tidak akan berjalan sesuai yang diinginkan.
Pedoman ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk menetapkan biaya yang
dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan dan efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit,
sehingga masyarakat mendapatkan kepastian biaya yang harus dibayarkan dan
menghindari tindakan yang berlebihan, yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan
mutu pelayanan kesehatan.
B. Tujuan Kegiatan
Penyelenggaraan Clinical Pathway bertujuan untuk melaksanakan perubahan
medical technology dalam pelayanan medis yang berdampak pada penghematan biaya,
mengurangi variasi pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan (kendali biaya dan
kendali mutu pada pelayanan medis, UU No. 29 tahun 2004 pasal 49).

Tujuan implementasi Clinical Pathway sebagai berikut :


1. Memilih pola praktek terbaik dari berbagai macam variasi pola praktek.
2. Menetapkan standar yang diharapkan mengenai lama perawatan dan penggunaan
prosedur klinik yang seharusnya.
3. Menilai hubungan antara berbagai tahap dan kondisi yang berbeda dalam suatu proses
dan menyusun strategi untuk mengkoordinasi agar dapat menghasilkan pelayanan yang
Iebih cepat dengan tahap yang lebih sedikit.
4. Memberikan informasi kepada seluruh staf yang terlibat mengenai tujuan umum yang
harus tercapai dari sebuah pelayanan dan apa peran mereka dalam proses tersebut.
5. Menyediakan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan menganalisa data proses
pelayanan, sehingga penyedia layanan dapat mengetahui seberapa sering dan mengapa
seorang pasien tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar.
6. Mengurangi beban dokumentasi klinik.
7. Meningkatkan kepuasan pasien melalui peningkatan edukasi kepada pasien (misalnya
dengan menyediakan informasi yang lebih tepat tentang rencana pelayanan).

C. Prinsip menyusun Clinical Pathway


Berbagai proses dapat dilakukan untuk menyusun clinical pathway, salah satunya
terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pembentukan tim penyusun Clinical Pathway
Tim penyusun clinical pathway terdiri dari staf multidisplin dari semua tingkat dan
jenis pelayanan. Bila diperlukan, tim dapat mencari dukungan dari konsultan atau institusi
diluar Rumah Sakit seperti organisasi profesi sebagai narasumber. Tim bertugas untuk
menentukan dan melaksanakan langkah-langkah penyusunan Clinical Pathway.
2. Identifikasi key players.
Identifikasi key players bertujuan untuk mengetahui siapa saja yang terlibat dalam
penanganan kasus atau kelompok pasien yang telah ditetapkan dan untuk merencanakan
focus group dengan key players bersama dengan pelanggan internal dan eksternal.
3. Pelaksanaan site visit di Rumah Sakit
Pelaksanaan site visit di rumah sakit bertujuan untuk mengenal praktik yang
sekarang berlangsung, menilai sistem pelayanan yang ada dan memperkuat alasan
mengapa clinical pathway perlu disusun. Jika diperlukan, site visit internal perlu dilanjutkan
dengan site visit eksternal setelah sebelumnya melakukan identifikasi partner
benchmarking. Hal ini juga diperlukan untuk mengembangkan ide.
4. Studi literatur
Studi literatur diperlukan untuk menggali pertanyaan klinis yang perlu dijawab
dalam pengambilan keputusan klinis dan untuk menilai tingkat dan kekuatan bukti ilmiah.
Studi ini sebaiknya menghasilkan laporan dan rekomendasi tertulis.
5. Diskusi kelompok terarah
Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) dilakukan untuk
mengenal kebutuhan pelanggan (internal dan eksternal) dan menyesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan tersebut, serta untuk mengenal
kesenjangan antara harapan pelanggan dan pelayanan yang diterima. Lebih Ianjut, diskusi
kelompok terarah juga pertu dilakukan untuk memberi masukan dalam pengembangan
indikator mutu pelayanan klinis dan kepuasan pelanggan serta pengukuran dan
pengecekan.
6. Penyusunan pedoman klinik
Penyusunan pedoman klinik dilakukan dengan mempertimbangkan hasil site visit,
hasil studi literatur (berbasis bukti ilmiah) dan hasil diskusi kelompok terarah. Pedoman
klinik ini pertu disusun dalam bentuk alur pelayanan untuk diketahui juga oleh pasien.
7. Analisis kasus
Analisis kasus dilakukan untuk menyediakan informasi penting baik pada saat
sebelum dan setelah penerapan clinical pathway. Meliputi: length of stay, biaya per kasus,
obat-obatan yang digunakan, tes diagnosis yang dilakukan, intervensi yang dilakukan,
praktisi klinis yang terlibat dan komplikasi.
8. Menetapkan sistem pengukuran proses dan outcome
Contoh ukuran-ukuran proses antara Iain pengukuran fungsi tubuh dan mobilitas,
tingkat kesadaran, temperatur, tekanan darah, fungsi paru dan skala kesehatan pasien
(wellness indicator).
9. Mendisain dokumentasi Clinical Pathway
Penyusunan dokumentasi clinical pathway perlu memperhatikan format clinical
pathway, ukuran kertas, tepi dan perforasi untuk filing. Periu diperhatikan bahwa
penyusunan dokumentasi ini perlu mendapatkan ratifikasi oleh Instalasi Rekam Medik
untuk melihat kesesuaian dengan dokumentasi lain.
Setelah clinical pathway tersusun, perlu dilakukan uji coba sebelum akhimya
diimplementasikan di rumah sakit. Saat uji coba dilakukan penilaian secara periodik
kelengkapan pengisian data dan diikuti dengan pelatihan kepada para staf untuk
menggunakan clinical pathway tersebut. Lebih lanjut, perlu juga dilakukan analisis variasi
dan penelusuran mengapa praktek dilapangan berbeda dari yang direkomendasikan dalam
clinical pathway.
Hasil analisis digunakan untuk; mengidentifikasi variasi umum dalam pelayanan,
memberi sinyal kepada staf akan adanya pasien yang tidak mencapai perkembangan yang
diharapkan, memperbaiki clinical pathway dengan menyetujui perubahan dan
mengidentifikasi aspek-aspek yang dapat diteliti lebih lanjut. Hasil analisis variasi dapat
menetapkan jenis variasi yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah untuk
kemudian menetapkan solusi bagi variasi yang dapat dicegah (variasi yang tidak dapat
dicegah dapat berasal dari penyakit penyerta yang menyebabkan pelayanan menjadi
kompleks bagi seorang individu). Dengan mplementasi clinical pathway, diharapkan pasien
benar-benar mendapat pelayanan yang dibutuhkan sesuai kondisinya sehingga biaya yang
dikeluarkanpun dapat sesuai dengan perawatan yang diterima dan hasil yang diharapkan.
Adanya clinical pathway juga dapat membantu dokter saat melakukan perawatan. Rincian
tahapan-tahapan perawatan pasien yang tertera dalam clinical pathway dapat menjadi
panduan dokter saat "beraksi". Memang, banyak cara untuk menangani sesuatu, seperti
banyaknya jalan menuju Roma. Tetapi bila sering nyasar, maka akan memakan waktu yang
panjang untuk mencapai tujuan dan berdampak pada tingginya biaya yang harus
dikeluarkan.
BAB Il

RUANG LINGKUP

A. Tinjauan Klinis Penetapan 4 Area Prioritas

Yang merupakan kegiatan pokok dalam empat area klinis prioritas adalah pemantauan terhadap
kasus-kasus klinik yang berpedoman pada penerapan standar pelayanan medis (SPM) dan standar
pelayanan operasional (SPO). Adapun tinjauan klinis dari 4 Area Prioritas tersebut adalah sebagai berikut
.

1. Urologi

Kasus Benign Prostat Hyperplasia

Alasan dan Implikasi


(latar belakang masalah)

CPW Ada (terlampir)

SPM Ada (terlampir)

SPO Ada (terlampir)

Ukuran Kinerja Klinis Pelaksanaan BPH sesuai dengan guideline


2. Penyakit Dalam

Kasus Malaria

Alasan dan Implikasi (latar belakang masalah) Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan
plasmodium, yaitu makhluk hidup bersel satu yang
termasuk dalam kelompok protozoa. Plasmodium yang
terbawa melalui gigitan nyamuk akan hidup dan
berkembang biak dalam sel darah manusia. Penyakit ini
menyerang semua kelompok umur baik laki-laki
maupun perempuan.

World Malaria Report 2015 menyebutkan bahwa


malaria telah menyerang 106 negara di dunia.
Komitmen global pada Millenium Development Goals
(MDGs) menempatkan upaya pemeberantasan malaria
ke dalam salah satu tujuan bersama yang harus dicapai
sampai dengan tahun 2015.

Penduduk yang tinggal menetap di wilayah endemis


malaria dimana masih terjadi penularan setempat
merupakan kelompok berisiko tertular malaria. Pada
tahun 2014 terdapat 74% penduduk yang berada di
wilayah bebas / tidak beresiko malaria dan 3% yang
tinggal di wilayah resiko tinggi.

CPW Ada (terlampir)

SPM Ada (terlampir)

SPO Ada (terlampir)

Evidence (data dasar) - World Malaria Report 2015 menyebutkan bahwa


malaria telah menyerang 106 negara di dunia

- Penduduk yang tinggal menetap di wilayah endemis


malaria di mana masih terjadi penularan setempat
merupakan kelompok berisiko tertular malaria. Pada
tahun 2014 terdapat 74% penduduk yang berada di
wilayah bebas / tidak beresiko malaria dan 3% yang
tinggal di wilayah risiko tinggi.

Ukuran Kinerja Klinis Penatalaksanaan Malaria sesuai dengan guideline

3. Pediatri

Kasus Bronkopneumonia
Alasan dan Implikasi (Iatar belakang masalah) Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai
masalah kesehatan utama pada anak di negara
berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5
tahun. diperkirakan hampir seperlima kematian anak di
seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita,
meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian
besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.

Terdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan


tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak balita
di negara berkembang. Faktor resiko tersebut adalah
pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan
lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak
mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi
vitamin A dan tingginya pajanan terhadap polusi udara.

CPW Ada (terlampir)

SPM Ada (terlampir)

SPO Ada (terlampir)

Evidence(data dasar)

Ukuran Kinerja Klinis Penatalaksanaan Bronkopneumonia sesuai dengan


guideline

4. Bedah

Kasus Apendisitis Akut

Alasan dan Implikasi (latar belakang masalah)

CPW Ada (terlampir)

SPM Ada (terlampir)

SPO Ada (terlampir)

Evidence (data dasar)

Ukuran Kinerja Klinis Penatalaksanaan Bronkopneumonia sesuai dengan


guideline
5. Obsteri dan Ginekologi

Kasus Sectio Caesarea

Alasan dan Implikasi (latar belakang masalah)

CPW Ada (terlampir)

SPM Ada (terlampir)

SPO Ada (terlampir)

Evidence (data dasar)

Ukuran Kinerja Klinis Penatalaksanaan Bronkopneumonia sesuai dengan


guideline

B. Peran dan Tanggung Jawab dalam Kegiatan

Adapun pelaksana penyelenggaraan Clinical Pathway serta peran dan tanggung jawab dari masing-
masing unit adalah sebagai berikut:

No Pelaksana Peran dan Tanggung Jawab

1 Kepala RS.TK.II Sebagai Pelindung dan Penanggung Jawab Penyelenggaraan


Marthen Indey Pelayanan Kesehatan di RS TK. II Marthen Indey

2 Direktur Sebagai Koordinator Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di RS TK. II Marthen Indey


Pembinaan yang bertanggung jawab untuk memastikan pelayanan agar berjalan baik dan
Pelayanan Medik terkoordinir

3 Komite Medik Sebagai Pengawas Kegiatan Pelayanan Kesehatan di RS TK. II Marthen Indey dalam hal
pelayanan Medis dengan bertanggung jawab untuk melaksanakan monitoring, audit
dan review penyelenggaraan Clinical Pathway

4 Dokter DPJP Memberikan pelayanan secara langsung kepada pasien dengan prinsip pelayanan
berbasis pasien (Patient Centered Care) melalui penyelenggaraan Clinical Pathway,
bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan melengkapi format Clinical Pathway
sesuai dengan kasus yang telah ditentukan dalam buku Pedoman Clinical Pathway

5 Perawat (Kepala Berpartisipasi memantau kinerja Dokter DPJP dalam hal penyelenggaraan Clinical
ruangan) Pathway, bertanggung jawab mengumpulkan hasil format Clinical Pathway yang telah
terisi dan meneruskannya kepada Komite Medik

C. Pelaksanaan Kegiatan

Adapun pelaksanaan Clinical Pathway dengan jelas dibebankan kepada dokter DPJP yang bertanggung
jawab untuk mempersiapkan dan melengkapi format Clinical Pathway sesuai dengan kasus yang telah
ditentukan dalam buku Pedoman Clinical Pathway. Kasus yang dibuatkan Clinical Pathway-nya adalah
kasus utama tanpa ada kasus penyerta. Kemudian format yang telah terisi akan dikumpulkan oleh
Perawat (Kepala Ruangan) dengan rekapitulasi bulanan yang akan diteruskan kepada Komite Medik.
Komite Medik akan melaksanakan monitoring, audit dan review penyelenggaraan Clinical Pathway
tersebut dengan membuat sasaran mutu.

BAB III

TATALAKSANA

Untuk melaksanakan monitoring terhadap empat area klinis prioritas, maka dilakukan kegiatan-
kegiatan seperti dalam seperti dalam tabel di bawah ini.

A. Tabel Kegiatan Pemantauan Empat Area Klinis Agustus 2022 - November 2022

No Kegiatan Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apri Mei Jun Jul

1 Proses
penyusunan
dan
pembentukan
tim penyusun
Clinical Pathway

2 Pemilihan 4
area prioritas
clinical pathway

3 Penyusunan
Panduan Praktik
Klinis dan
Clinical Pathway
4 Audit pra
implementasi
untuk baseline
data

5 Sosialisasi PPK
dan Clinical
Pathway ke
staff yang
terkait

6 Uji coba
implementasi

7 Implementasi
PPK dan Clinical
Pathway

8 Audit paska
Clinical Pathway
ke RM

B. Pencatatan

Pencatatan adalah pengumpulan data-data yang diperlukan untuk melakukan evaluasi terhadap
empat area klinis prioritas. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan formulir clinical pathway (CPW).
Selanjutnya dilakukan rekapitulasi terhadap kelengkapan pengisian dan kepatuhan terhadap pengisian.
Seperti misalnya kepatuhan terhadap lama hari perawatan yang telah ditetapkan dalam CPW,
kepatuhan terhadap pelaksanaan pemberian obat- obatan dan lain-lain. Pencatatan dilakukan oleh
kepala instalasi di mana pasien tersebut dirawat. Selanjutnya dilaporkan kepada Komite Medik setiap
bulan sekali. Komite Medik selanjutnya melakukan
Kepala rekapitulasi
Rumah Sakit TK. II terhadap semua CPW dari semua
instalasi disertai kajian dan selanjutnya dilaporkan kepada bidang pelayanan medis (alur pencatatan,
Marthe Indey
evaluasi dan pelaporan seperti dibawah ini).

C. Evaluasi Dan Pelaporan

Untuk memudahkan memonitor alur pencatatan, evaluasi dan Komite Mututerhadap


pelaporan dan Manajemen
monitoring
Kasi Pelayanan Medik Risiko
empat area klinis prioritas ini maka dibuat alur sebagai berikut:

Kepala Departemen / Instalasi


BAB IV

DOKUMENTASI

A. Tujuan Dokumentasi

Rumah Sakit TK.II Marthen Indey merancang sistem dan proses, dari hasil modifikasi
berdasarkan prinsip perbaikan mutu yang berhubungan dengan standar QPS 2.1 tentang penyusunan
Clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis / Standar Pelayanan Medis (SPM) Standar Pelayanan
Keperawatan (SPK)), Clinical Pathways (CPW) alur klinis, dan atau protokol klinis digunakan untuk
memandu perawatan klinis Standar Prosedur Operasional (SPO).

Pemantauan clinical pathway yang baik bertujuan:

1. Standarisasi Proses Perawatan Klinis;

2. Mengurangi risiko yang muncul dalam proses perawatan, khususnya yang berhubungan dengan
langkah-langkah krputusan kritis;

3. Menyediakan perawatan klinis secara tepat waktu dan efektif dengan sumber daya yang ada secara
efisien;

4. Secara konsisten menyediakan perawatan bermutu tinggi dengan menggunakan praktik-praktik yang
sudah terbukti.

B. Sistem Pelaporan

Hasil monitoring, audit dan review penyelenggaraan Clinical Pathway akan dilaporkan oleh
Komite Medik melalui Direktur Pembinaan Pelayanan Medik (Dirbinyanmed) kepada Kepala RS TK.II
Marthen Indey. Pelaporan mengenai keberhasilan pencapaian sasaran mutu penyelenggaraan Clinical
Pathway setiap tahun.

C. Sosialisasi

Segala bentuk sosialisasi mengenai penyelenggaraan Clinical Pathway dilakukan oleh Direktur
Pembinaan Pelayanan Medik. Sosialisasi dilaksanakan kepada unit-unit pelaksana teknis, dengan
melibatkan Para Kepala Departemen, Kepala Instalasi, SMF, Kepala Bagian Keperawatan dan Kepala
Ruangan Perawatan.

D. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang dicapai, dituangkan dengan pelaporan pencapain sasaran mutu
mengenai penyelenggaraan Clinical Pathway. Adapun sasaran mutu mengenai penyelenggaraan Clinical
Pathway ini adalah sebagai berikut:

1. Format Clinical Pathway dilengkapi oleh dokter DPJP sesuai dengan kasus yang telah ditentukan
dalam buku Pedoman Clinical Pathway dengan target 80%. Sasaran mutu ini diaudit dengan melihat
kelengkapan pengisian format Clinical Pathway oleh Komite Medik setiap bulan, dengan menghitung
jumlah Format Clinical Pathway yang dinyatakan terisi lengkap, dibagi dengan jumlah seluruh pasien
dengan kasus utama sesuai kasus dalam buku Pedoman Clinical Pathway setiap bulannya dikali dengan
100%.

Target Bulanan :

Jumlah Format CPW Lengkap (1 bulan) x 100%

Jumlah Seluruh Kasus Utama Sesuai Pedoman CPW (1 bulan)

2. Format Rekap Hasil Pemantauan

No Nama Pasien No. RM Jenis Diagnosa DPJP SMF Format CPW Kelengkapan Format Ket.
Kelamin Utama
Ada Tidak Lengkap Tidak
Ada Lengkap

Fungsi monitoring lapangan pengisian format CPW akan dilakukan oleh Perawat (Kepala
Ruangan) di setiap unit pelayanan. Monitoring, Audit dan Review secara umum penyelenggaraan CPW
akan dilakukan oleh Komite Medik. Untuk rapat tinjauan manajemen akan dilaksanakan setiap 3 bulan
sekali.
BAB V

PENUTUP

RS TK.II Marthen Indey menetapkan empat bidang prioritas sebagai fokus yang diintegrasikan
berdasarkan diagnosis pasien, prosedur, populasi, atau penyakit. Di bidang-bidang tersebut guidelines
(pedoman), pathway (alur), dan protokol berdampak terhadap aspek mutu dan keselamatan perawatan
pasien. Juga dapat mengurangi terjadinya variasi hasil yang tidak diinginkan. Diharapkan dengan
Kerangka Acuan Program ini akan dapat memberikan penjelasan kepada unit-unit terkait dalam
menyelenggarakan kegiatan ini.

Ditetapkan, Jayapura, 2022


Kepala Rumah Sakit TK. II Marthen Indey

dr. M. Muad Marzuki, Sp.PD, M.M.R.S


Kolonel Ckm NRP 11950007140270

Anda mungkin juga menyukai