KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM KASIH INSANI
PNEUMONIA PADA ANAK
Pengertian (Definisi) Pneumonia adalah penyakit peradangan yang mengenai
parenkim paru.Sebagian besar disebabkan oleh mikro
organisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil oleh hal lain
(aspirasi, radiasi) dlL
Anamnesis 1. Di awali infeksi saluran nafas akut bagian atas.
2. Batuk.
3. Demam tinggi terus menerus.
4. Sesak nafas
5. Kebiruan disekitar mulut.
6. Menggigil (pada anak)
7. Kejang (pada bayi)
Pemeriksaan Fisik 1. Demam, suhu > 38 C
2. Dispnea
3. Takipnea
4. Retraksi dinding dada (chest indrawing)
5. Nafas cuping hidung, sianosis
6. Gerakan dinding dada dapat berkurang pada daerah
yang terkena.
7. Ronkhi basah halus di lapangan paru yang terkena
Kriteria Diagnosis 1. Kriteria Anamnesa diatas
2. Kriteria pemeriksaan fisik diatas
Diagnosis Pneumonia ICD 10 : J18.9
Diagnosis Banding 1. Bronkiolitis
2. Payah jantung
3. Aspirasi benda asing
4. Abcess paru
Pemeriksaan 1. Darah Lengkap
Penunjang 2. Urine Lengkap
3. Foto Dada
4. Analisa Gas Darah
Terapi 1. IVFD: sesuai umur dan berat badan.
2. Pemberian Oksigen 1 – 2 liter/menit
3. Obat-obatan: < 3bln : Ampisilin 100 mg/kgBB/24 jam
dalam 4 dosis ditambah Gentamisin 5mg/kgbb/24 jam
dalam 2 dosis.
4. > 3bln: Sakit tidak berat : Ampisilin, 100 mg/kgBB/24
jam dalam 4 dosis atau Amoksisilin 50 – 100 mg/kgBB
dlm 3 dosis atau Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/ dalam
4 dosis.
5. Sakit berat (chest indrawing) diberikan Sefalosporin
100 mg/kgBB/24 jam dalam 2 dosis.
Edukasi 1. Penjelasan perjalanan penyakit
2. Penjelasan perawatan di rumah
Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
Kepustakaan 1. Pedoman Penatalaksanaan Penyakit di UPF Anak
RSUP Manado Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
Unsrat Manado
2. Pedoman Diagnosia dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya Edisi
III 2008
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM KASIH INSANI
BRONKIOLITIS
Bronkiolitis adalah penyakit infeksi pernafasan akut
Pengertian (Definisi) bagian bawah yang ditandai dengan adanya inflamasi
pada bronkiolus
Anak < 2 thn didahului infeksi saluran nafas akut bagian
atas dengan gejala :
1. Batuk
Anamnesis 2. Pilek
3. Demam sub febris
4. Sesak nafas makin hebat dengan nafas dangkal dan
cepat
1. Demam
2. Dispnea dengan expiratory effort
3. Retraksi dinding dada
4. Nafas cepat dangkal dengan nafas cuping hidung
Pemeriksaan Fisik
5. Sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah
6. Auskultasi: Ronkhi basah halus nyaring pada akhir atau
awal inspirasi
7. Perkusi : hipersonor
1. Kriteria anamnesa diatas
Kriteria Diagnosis
2. Kriteria pemeriksaan fisik diatas
Diagnosis Bronkiolitis ICD-10 : J21
1. Asma bronkial
2. Aspirasi benda asing
Diagnosis Banding 3. Bronkopneumonia
4. Gagal jantung
5. Miokarditis
1. Darah lengkap
Pemeriksaan 2. Analisa Gas Darah
Penunjang
3. Foto Dada
1. Oksigenasi
2. IVFD, sesuai berat badan, peningkatan suhu dan status
hidrasi
3. Koreksi terhadap gangguan elektrolit yang mungkin
timbul
Terapi
4. Antibiotik pada keadaan umum yang kurang baik, curiga
infeksi sekunder.
5. Kortikosteroid: deksametason 0,5 mg/kgbb dibagi 3-4
dosis.
6. Nebulisasi β agonis: salbutamol 0,1 mg/kgBB/dosis
sehari 4- 6 kali diencerkan dgn Normal Salin.
1. Penjelasan perlanan penyakit
Edukasi
2. Penjelasan perawatan di rumah
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
1. Pedoman Penatalaksanaan Penyakit di UPF Anak
RSUP Manado. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
Unsrat Manado
Kepustakaan 2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSU dr Soetomo Surabaya Edisi I.
2008
3. Buku Ajar Respirologi Anak IDAI edisi Pertama 2008
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM KASIH INSANI
DEMAM TIPHOID
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan
oleh kuman gram negatif Salmonella typhi, menyerang
Pengertian (Definisi) saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 1
minggu, gangguan saluran pencernaan dan gangguan
kesadaran.
1. Demam berlangsung 1- 2 minggu.
2. Gangguan saluran cerna: mual muntah.obstipasi,
Anamnesis diare.
3. Gangguan kesadaran berupa delirium, apatis,
somnolen, sopor bahkan koma.
1. Demam
2. Bibir kering dan pecah-pecah
Pemeriksaan Fisik 3. Lidah tertutup selaput kotor, ujung dan tepinya
kemerahan. Perut kembung disertai pembesaran hati
dan limfa yang nyeri tekan.
1. Kriteria anamnesis diatas
2. Tanda klinis diatas
Kriteria Diagnosis
3. Laboratoris: Lekopenia, anesonofilia, Ig M Salmonela
positif
Diagnosis Demam Tiphoid ICD-10 : A01.0
1. Kriteria anamnesis diatas
2. Tanda klinis diatas
Diagnosis Banding
3. Laboratoris: Lekopenia, anesonofilia, Ig Salmonela
positip
1. Darah lengkap
Pemeriksaan 2. Urine lengkap
Penunjang 3. Feses lengkap
4. Ig M Salmonela
1. IVFD sesuai umur dan berat badan
2. Diet tinggi kalori dan protein, lunak dan mudah
dicerna.
3. Obat-obatan: Pilihan pertama: Kloramfenikol 50
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 dosis, oral atau iv
selama 14 hari, Bila terdapat kontra indikasi
Terapi pemberian kloramfenikol, dapat diberi Ampisilin 200
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 dosis selama 21 hari.
Atau Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4
dosis. Pemberian oral /intravena selam 21 hari atau
4. Kotrimoksasol dengan dosis TMP 8 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 2 kali pemberian oral selam 14 hari
5. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III.
6. Obat pilihan ketiga adalah Meropenem.
7. Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan
dosis 50 mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau
80 mg/kgBB/hari sekali sehari, intra vena selama 5- 7
hari
1. Penjelasan perjalanan penyakit
Edukasi 2. Penjelasan perawatan dirumah
3. Menjaga higine sanitasi lingkungan tempat tinggal.
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
1. Pedoman Penatalaksanaan Penyakit di UPF Anak
RSUP Manado. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
Unsrat Manado
Kepustakaan 2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSU dr Soetomo Surabaya Edisi I.
2008
3. Buku Ajar Respirologi Anak IDAI edisi Pertama 2008
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM KASIH INSANI
KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
Pengertian (Definisi) karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC)
yang disebabkan oleh proses ekstra kranium.
1. Adanya riwayat kejang demam pada anggota keluarga.
2. Demam oleh karena infeksi saluran pernapasan atas,
Anamnesis
otitis media, pneumonia, gatroenteritis dan infeksi
saluran kemih.
1. Demam oleh karena proses ekstra kranial
2. Bentuk kejang demam ada 2 yaitu :
a. Kejang demam sederhana, dengan ciri-ciri: kejang
berlangsung singkat, < 15 menit kejang umum,
tonik klonik umumnya berhenti sendiri tanpa
Pemeriksaan Fisik gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam.
b. Kejang demam komplikata, dengan ciri-ciri :
kejang lama > 15 menit kejang fokal atau parsial
satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
3. Tidak ada kelainan neurologis
1. Kriteria anamnesis
Kriteria Diagnosis
2. Kriteria pemeriksaan fisik diatas
Diagnosis Kejang Demam ICD-10: R56.0
1. Meningitis
Diagnosis Banding 2. Ensefalitis
3. Abses otak
1. Tidak Rutin
Pemeriksaan 2. Untuk mencari sumber infeksi: Darah lengkap, AGD,
Penunjang Elektrolit
3. X ray, CT Scan, EEG (tidak rutin)
1. Saat Kejang:
a. Diazepam 0.3-0.5 mg/kgBB/dosis iv, 0.4-0.6
mg/kgBB/dosis/rektal supp
b. Turunkan demam: antipiretik Parasetamol 10
mg/kgBB/dosis per oral, atau Ibuprofen 5-10
Terapi mg/kgBB/dosis per oral 3-4 x/hari.
c. Antibiotik: sesuai penyakit dasarnya.
d. Suportif: bebaskan jalan nafas, oksigen
2. Pencegahan kejang:
Kejang demam sederhana: diazepam 0,3
mg/kgBB/dosis per oral dan antipiretik saat anak
demam.
3. Pencegahan Kontinyu: untuk kejang komplikata
dengan asam valproat 15–40 mg/kgBB /hari per oral
dalam 2-3 dosis
1. Penjelasan perjalanan penyakit
Edukasi
2. Penjelasan pencegahan di rumah
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
1. Pedoman Penatalaksanaan Penyakit di UPF Anak
RSUP Manado Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat
Manado 1992
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Ilmu
Kepustakaan
Kesehatan Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya Edisi III
2008
3. Buku Ajar Neurologi Anak Ikatan Dokter Anak
Indonesia Cetakan ke -2 Jakarta 2000
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ILMU KESEHATAN ANAK
RUMKITAL DR. AZHAR ZAHIR
RUMKITAL 2017 - 2018
DR. AZHAR ZAHIR
HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar
Pengertian (Definisi)
glukosa darah kurang dari 45 mg/dl.
1. Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi,
gangguan pernafasan
2. Riwayat bayi prematur
3. Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)
4. Riwayat bayi kecil untuk Masa kehamilan ( KMK)
5. Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Melitus
Anamnesis
6. Faktor resiko hipoglikemia:
a. Neonatus puasa
b. Neonatus dgn polisitemia
c. Neonatus dgn eritroblastosis
d. Obat-obatan maternal misalnya steroid, beta
simpatomimetik dan beta bloker.
1. Jitteriness
2. Sianosis
3. Kejang atau termor
4. Letargi dan menyusui yang buruk
Pemeriksaan Fisik
5. Apnea
6. Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
7. Hipotermia
8. Respiratory distress syndrome
1. Pemantauan glukosa di tempat tidur merupakan
tindakan yang tepat untuk penapisan dan deteksi
Kriteria Diagnosis awal.
2. Hipoglikemia harus dikonfirmasi oleh nilai serum dari
laboratorium jika memungkinkan.
Diagnosis Hipoglikemia ICD-10: P70.3
1. Insufisiensi adrenal
2. Kelainan jantung
3. Gagal ginjal
Diagnosis Banding
4. Penyakit susunan saraf pusat
5. Sepsis
6. Asfiksia.
Pemeriksaan Analisis gula darah
Penunjang
1. Monitor:
Pada hari pertama untuk bayi yg beresiko (BBLR,
BMK, bayi dengan ibu DM):
periksa kadar glukosa saat bayi datang sampai
umur 3 jam
Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai
pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali
pemeriksaan
kadar glukosa < 45 mg/dl atau gejala positif tangani
hipoglikemia
2. Penangan hipoglikemia dengan gejala:
Bolus glukosa 10% 2 ml/kgBB pelan-pelan dengan
kecepatan 1 ml/menit
Pasang IV Dekstrose 10% sesuai kebutuhan
(infus glukusa 6-8 mg/kg/menit).
Periksa glukosa darah pada: 1 jam setelah bolus
Terapi dan tiap 3 jam.
Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau
tanpa gejala, ulangi seperti diatas.
Bila kadar glukosa > 45 mg/dl dalam 2 kali
pemeriksaan, maka:
IV diteruskan
Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Bila kadar glukosa turun, ulangi bolus dekstrose
10% 2 ml/kgBB
Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa tiap 12
jam, bila 2 kali pemeriksaan kadar glukosa dalam
batas normal, pengukuran dihentikan
3. Bila hipoglikemia persiten (hipoglikemia lebih dari 7
hari)
Kosultasi endokrin.
Terapi kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari
atau prednison 2 mg/kg/hari per oral
1. Penjelasan perjalanan penyakit
Edukasi
2. Penjelasan perawatan di rumah
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
1. Materi Pelatihan Penatalaksanaan BBLR untuk
Pelayanan kesehatan Level I-II Perinasia. Jakarta
Kepustakaan
2011.
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Anak RSUD dr Soetomo Surabaya Edisi III
2008
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
ILMU KESEHATAN ANAK
RUMKITAL DR. AZHAR ZAHIR
RUMKITAL 2017 - 2018
DR. AZHAR ZAHIR
DIARE AKUT
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 x sehari,
Pengertian (Definisi)
dengan/tanpa darah dan atau disertai lendir dalam tinja
1. Defekasi lebih dari 3 x sehari.
2. diare encer, tanpa/disertai darah dan lendir.
3. disertai atau tanpa panas badan
Anamnesis
4. mual, muntah
5. perut kembung
6. berat badan turun.
1. Suhu badan meningkat
2. Cengeng, gelisah
3. Ubun-Ubun Besar cekung
Pemeriksaan Fisik 4. Mata cowong dan air mata berkurang
5. Bising usus meningkat
6. Turgor kulit menurun
7. Kembung
1. Kriteria anamnesis
Kriteria Diagnosis
2. Pemeriksaan fisik
1. Diare tanpa dehidrasi
2. Diare dehidrasi ringan-sedang (rasa
haus dan oliguria ringan + turgor kulit
turun, ubun-ubun Besar cekung, Mata
Diagnosis ICD 10: A09
cekung )
3. Diare dehidrasi berat (no 2 +
somnolen, spoor, koma dan
pernafasan Kussmaul, renjatan)
Diagnosis Banding Diare Kronik
1. Darah lengkap
Pemeriksaan 2. Elektrolit
Penunjang 3. Feses lengkap
4. Kadar gula darah acak
1. Penatalaksanaan dehidrasi sesuai tingkat dehidrasi
dengan pemberian RL (rehidrasi)
2. pemberian Zink sesuai dengan dosis <6 bulan : 10
mg/ hari dan >6 bulan 20mg/hari
3. Probiotik
Terapi
4. Dukungan nutrisi
5. Pemberian antibiotik dengan indikasi
6. Edukasi
7. Perbaikan gangguan elektrolit
1. Banyak minum
Edukasi
2. Pantau tanda dehidrasi
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
Tim adaptasi Indonesia. Pelayanan Kesehatan Anak di
Kepustakaan Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/
WHO. Jakarta: WHO-Indonesia, 2008
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
KESEHATAN ANAK
RUMKITAL DR. AZHAR ZAHIR
RUMKITAL 2017-2018
DR. AZHAR ZAHIR
ASMA EKSASERBASI AKUT
Pengertian (definisi) Eksaserbasi (serangan asma) adalah episode peningkatan
yang progesif (perburukan) dari gejala-gejala asma, yaitu
sesak napas, batuk, wheezing, rasa dada tertekan, atau
berbagai kombinasi gejala tersebut. Serangan asma
ditandai oleh penurunan PEF atau FEV1. Derajat serangan
asma bervariasi mulai dari yang ringan sedang hingga
serangan yang mengancam jiwa. Perburukan pada
serangan asma dapat terjadi dalam beberapa menit, jam,
atau hari. Serangan asma akut biasanya timbul akibat
pajanan terhadap faktor pencetus (paling sering infeksi
virus atau alergen), sedangkan serangan berupa
perburukan yang bertahap mencerminkan kegagalan
pengelolaan jangka panjang penyakit.
anamnesis Gejala respiratori asma berupa kombinasi dari batuk,
wheezing, sesak napas, rasa dada tertekan, dan produksi
sputum. Karakteristik gejala yang mengarah ke asma
adalah:
1. Gejala timbul secara episodik atau berulang.
2. Timbul bila ada faktor pencetus.
Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat
nyamuk, suhu dingin, udara kering, makanan
minuman dingin, penyedap rasa, pengawet
makanan, pewarna makanan.
Alergen: debu, tungau debu rumah, rontokan
hewan, serbuk sari.
Infeksi respiratori akut karena virus, selesma,
common cold, rinofaringitis.
Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau
tertawa berlebihan.
3. Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya.
4. Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari
waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala
lebih berat pada malam hari (nokturnal).
5. Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara
spontan atau dengan pemberian obat pereda asma.
Pemeriksaan fisik Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat
terdengar wheezing, baik yang terdengar langsung
(audible wheeze) atau yang terdengar dengan stetoskop.
Selain itu, perlu dicari gejala alergi lain pada pasien seperti
dermatitis atopi atau rinitis alergi, dan dapat pula dijumpai
tanda alergi seperti allergic shiners atau geographic
tongue.
Penilaian derajat serangan asma
Kriteria untuk menentukan derajat keparahan serangan
asma pada anak dapat ditentukan bila memenuhi gejala
yang tercantum pada tabel berikut ini.
Asma serangan Serangan asma dengan
Asma serangan berat
ringan sedang ancaman henti napas
- Bicara dalam kalimat - Bicara dalam kata - Mengantuk
- Lebih senang duduk - Duduk bertopang - Letargi
daripada berbaring lengan - Suara napas tak
- Tidak gelisah - Gelisah terdengar
- Frekuensi napas - Frekuensi napas
meningkat meningkat
- Frekuensi nadi - Frekuensi nadi
meningkat meningkat
- Retraksi minimal - Retraksi jelas
- SpO2 (udara kamar): - SpO2 (udara kamar)
90 – 95% < 90%
- PEF > 50% prediksi - PEF < 50% prediksi
atau terbaik atau terbaik
Umum
Penjelasan kepada pasien atau orangtua mengenai
penyakit pasien dan tindakan yang akan dilakukan untuk
tata laksana pasien
Masukan cairan yang cukup
Jangan menahan berkemih
Menjaga kebersihan daerah perineum dan periuretra
Hindari konstipasi
Khusus
Eradikasi infeksi akut dengan antibiotik 7-14 hari.
Dimulai dengan antibiotik empirik sampai didapatkan
hasil uji resistensi, kemudian jenis antibiotik disesuaikan
dengan hasil uji resistensi tersebut
Pencegahan dan pengobatan infeksi berulang
Bila memungkinkan lakukan biakan urin pasca terapi
antibiotik hari ke-3, setelah 1 bulan, dan setiap 3 bulan.
Jika ada infeksi antibiotik diberikan sesuai hasil uji
resistensi
Antibiotik profilaksis diberikan pada ISK simpleks
berulang, pielonefritis akut, ISK pada neonatus, atau ISK
kompleks (ISK yang disertai dengan kelainan anatomis
maupun fungsional saluran kemih yang menyebabkan
stasis atau aliran balik urin)
Koreksi bedah terhadap kelainan anatomik saluran
kemih bila diperlukan
Indikasi rawat
Neonatus.
Terdapat gejala sistemik penyakit berat, seperti demam
tinggi, muntah-muntah, nyeri pinggang/ perut, ikterik,
dehidrasi.
Indikasi khusus.
Obat Untuk Eradikasi infeksi akut
Nama obat Dosis (mg/Kg/hari)
Antibiotik oral
Amoksisilin 20-40
Ko-trimoksazol 6-8 (TMP)
Sefiksim 8
Sefaleksin 50
Seprozil 30
Sefpodoksim 10
Asam nalidiksat 50
Asam pipemidat 20
Nitrofurantoin 5-7
Loracarbef 15-30
Antibiotik parenteral
Gentamisin 3-5
Amikasin 15
Diberkasin 2-3
Tobramisin 5
Sefotaksim 50-100
Seftriakson 50-100
Seftazidim 100
Sefazolim 50
karbenisilin 100
Obat Untuk profilaksis
Ko-trimoksazol 1.5-2 (TMP)
Sefaleksin 15
nitrofurantoin 1-2
Lini 2
P. Falciparum :
Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
P. vivax
Kina + Primakuin
Dosis:
Kina:10mg/kgBB/hari, 3 kali/hari, selama 7 hari
Doksisiklin:
o usia 8-14 tahun: 2,2 mg/kgBB/hari, 2kali/hari, 7
hari
o usia ≥15 tahun: 3,5 mg/kgBB, 2kali/hari, 7 hari
Tetrasiklin: 4 mg/kgBB/kali, 4kali/hari 7 hari
Primakuin:
P.falciparum: 0,75mg/kgBB, 1 kali
P. Vivax: 0,25mg/kgBB/kali, 14 hari
Malaria berat
Pilihan Utama
Artesunat IV atau Artemeter IM
Dosis:
Artesunat IV 2,4mg/kgBB/kali, diulang 12 jam,
selanjutnya 2,4mg/kgBB/kali, 1 kali/hari (minimal 3 kali
pemberian) sampai pasien dapat minum oral
Artemeter IM 1,6mg/kgBB/kali, diulang 12 jam,
selanjutnya 2,4mg/kgBB/kali, 1 kali/hari sampai pasien
dapat minum oral
Alternatif
Kina
Dosis:
Kina HCL 25% 10mg/kgBB (bila umur < 2 bulan : 6-8
mg/kg bb) diencerkan dalam dextose 5% atau NaCL
0,9% 5-10ml/kgBB drip dalam 4 jam, 3 kali/hari
Kina dihidroklorida 10 mg/kgbb intramuskular
diberikan dengan masing-masing 1/2 dosis pada paha
depan kiri-kanan (jangan diberikan pada bokong).
Untuk pemakaian intramuskular, kina diencerkan
dengan 5-8 mL NaCl 0,9 % untuk mendapatkan
konsentrasi 60-100 mg/ml.
Suportif
1. Bila pasien koma lakukan prinsip ABC (A = Airway, B
= Breathing, C = Circulation)
2. Perbaiki kebutuhan cairan: monitor tanda-tanda vital,
keadaan umum, kesadaran, dan perfusi jaringan
3. Penderita hipotensi ditidurkan dalam posisi
Trendenlenburg.
4. Lakukan pemeriksaan darah tebal ulang untuk
monitoring parasitemia tiap 24 jam
5. Berikan antipiretik pada penderita demam untuk
mencegah hipertermia.
6. Berikan antikonvulsan pada penderita dengan kejang
Monitoring Terapi
Untuk program malaria, pemantauan pengobatan
dilakukan pada: hari ke-4, hari ke-14 dan hari ke-28
melalui pemeriksaan mikroskopik dan perbaikan
gejala klinis.
Apabila terjadi demam setelah hari ke-3 sampai hari
ke-28 penderita juga diharuskan kembali ke
Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan sediaan
darah dan evaluasi klinis.
Bedah
TB paru berat dengan destroyed lung untuk lobektomi atau
pneumektomi.
TB tulang seperti spondilitis TB, koksitis TB, atau gonitis
TB
Tindakan bedah dapat dilakukan setelah terapi OAT selama
minimal 2 bulan, kecuali jika terjadi kompresi medula spinalis
atau ada abses paravertebra tindakan bedah lebih awal.
Suportif
Asupan gizi yang adekuat sangat penting untuk keberhasilan
terapi TB. Jika ada penyakit lain juga perlu mendapat
tatalaksana memadai. Fisioterapi dilakukan pada kasus
pasca-bedah.
Pemantauan
Terapi
Respons klinis
Respons yang baik dapat dilihat dari perbaikan semua
keluhan awal. Napsu makan yang membaik, berat badan
yang meningkat dengan cepat, hilangnya keluhan demam,
batuk lama, tidak mudah sakit lagi. Respons yang nyata
biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase intensif). Setelah
itu perbaikan klinis tidak lagi sedramatis fase intensif.
Evaluasi radiologis Dilakukan pada akhir pengobatan,
kecuali jika ada perburukan klinis. Jika gambaran
radiologis juga memburuk, evaluasi kepatuhan minum
obat, dan kemungkinan kuman TB resisten obat. Terapi TB
dimulai lagi dari awal dengan paduan 4 OAT.
Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis
dan cara pemberiannya benar. Keluhan ini biasanya
muncul dalam fase intensif. Pada kasus yang dicurigai
adanya kelainan fungsi hepar, maka pemeriksaan
transaminase serum dilakukan sebelum pemberian OAT,
dan dipantau minimal tiap 2 minggu dalam fase intensif.
Jika timbul icterus, OAT dihentikan kemudian dilakukan uji
fungsi hati (bilirubin dan transaminase). Bila ikterus telah
menghilang dan kadar transaminase <3x batas atas
normal, paduan OAT dapat dimulai lagi dengan dosis
terendah. Yang perlu diingat, reaksi hepatoksisitas
biasanya muncul karena kombinasi dengan berbagai obat
lain yang bersifat hepatotoksik seperti parasetamol,
fenobarbital, dan asam valproat.
Dalam pemberian terapi dan profilaksis TB evaluasi
dilakukan tiap bulan. Bila pada evaluasi profilaksis TB
timbul gejala klinis TB, profilaksis diubah menjadi terapi
TB.
Tumbuh kembang
Pertumbuhan pasien akan mengalami perbaikan nyata. Data
berat badan dicatat tiap bulan dan dimasukkan dalam grafik
tumbuh untuk memantau pola tumbuh pasien selama
menjalani terapi. Walau berat badan belum mencapai ideal,
namun pola grafiknya sudah menaik dan memasuki ‘pita‘ di
atasnya, sudah dinilai sebagai respons yang baik.
dr. Sri Fatmi Watampone, Sp.OG dr. Syarif Mustika Harinurdi, Sp.B