Umum
Penjelasan kepada pasien atau orangtua mengenai
penyakit pasien dan tindakan yang akan dilakukan
untuk tata laksana pasien
Masukan cairan yang cukup
Jangan menahan berkemih
Menjaga kebersihan daerah perineum dan periuretra
Hindari konstipasi
Khusus
Eradikasi infeksi akut dengan antibiotik 7-14 hari.
Dimulai dengan antibiotik empirik sampai didapatkan
hasil uji resistensi, kemudian jenis antibiotik
disesuaikan dengan hasil uji resistensi tersebut
Pencegahan dan pengobatan infeksi berulang
Bila memungkinkan lakukan biakan urin pasca terapi
antibiotik hari ke-3, setelah 1 bulan, dan setiap 3 bulan.
Jika ada infeksi antibiotik diberikan sesuai hasil uji
resistensi
Antibiotik profilaksis diberikan pada ISK simpleks
berulang, pielonefritis akut, ISK pada neonatus, atau
ISK kompleks (ISK yang disertai dengan kelainan
anatomis maupun fungsional saluran kemih yang
menyebabkan stasis atau aliran balik urin)
Koreksi bedah terhadap kelainan anatomik saluran
kemih bila diperlukan
Indikasi rawat
Neonatus.
Terdapat gejala sistemik penyakit berat, seperti demam
tinggi, muntah-muntah, nyeri pinggang/ perut, ikterik,
dehidrasi.
Indikasi khusus.
Obat Untuk Eradikasi infeksi akut
Nama obat Dosis (mg/Kg/hari)
Antibiotik oral
Amoksisilin 20-40
Ko-trimoksazol 6-8 (TMP)
Sefiksim 8
Sefaleksin 50
Seprozil 30
Sefpodoksim 10
Asam nalidiksat 50
Asam pipemidat 20
Nitrofurantoin 5-7
Loracarbef 15-30
Antibiotik parenteral
Gentamisin 3-5
Amikasin 15
Diberkasin 2-3
Tobramisin 5
Sefotaksim 50-100
Seftriakson 50-100
Seftazidim 100
Sefazolim 50
karbenisilin 100
Obat Untuk profilaksis
Ko-trimoksazol 1.5-2 (TMP)
Sefaleksin 15
nitrofurantoin 1-2
Lini 2
P. Falciparum :
Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
P. vivax
Kina + Primakuin
Dosis:
Kina:10mg/kgBB/hari, 3 kali/hari, selama 7 hari
Doksisiklin:
o usia 8-14 tahun: 2,2 mg/kgBB/hari, 2kali/hari, 7
hari
o usia 15 tahun: 3,5 mg/kgBB, 2kali/hari, 7 hari
Tetrasiklin: 4 mg/kgBB/kali, 4kali/hari 7 hari
Primakuin:
P.falciparum: 0,75mg/kgBB, 1 kali
P. Vivax: 0,25mg/kgBB/kali, 14 hari
Malaria berat
Pilihan Utama
Artesunat IV atau Artemeter IM
Dosis:
Artesunat IV 2,4mg/kgBB/kali, diulang 12 jam,
selanjutnya 2,4mg/kgBB/kali, 1 kali/hari (minimal 3
kali pemberian) sampai pasien dapat minum oral
Artemeter IM 1,6mg/kgBB/kali, diulang 12 jam,
selanjutnya 2,4mg/kgBB/kali, 1 kali/hari sampai
pasien dapat minum oral
Alternatif
Kina
Dosis:
Kina HCL 25% 10mg/kgBB (bila umur < 2 bulan : 6-8
mg/kg bb) diencerkan dalam dextose 5% atau NaCL
0,9% 5-10ml/kgBB drip dalam 4 jam, 3 kali/hari
Kina dihidroklorida 10 mg/kgbb intramuskular
diberikan dengan masing-masing 1/2 dosis pada
paha depan kiri-kanan (jangan diberikan pada
bokong). Untuk pemakaian intramuskular, kina
diencerkan dengan 5-8 mL NaCl 0,9 % untuk
mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml.
Suportif
1. Bila pasien koma lakukan prinsip ABC (A = Airway, B
= Breathing, C = Circulation)
2. Perbaiki kebutuhan cairan: monitor tanda-tanda vital,
keadaan umum, kesadaran, dan perfusi jaringan
3. Penderita hipotensi ditidurkan dalam posisi
Trendenlenburg.
4. Lakukan pemeriksaan darah tebal ulang untuk
monitoring parasitemia tiap 24 jam
5. Berikan antipiretik pada penderita demam untuk
mencegah hipertermia.
6. Berikan antikonvulsan pada penderita dengan kejang
Monitoring Terapi
Untuk program malaria, pemantauan pengobatan
dilakukan pada: hari ke-4, hari ke-14 dan hari ke-28
melalui pemeriksaan mikroskopik dan perbaikan
gejala klinis.
Apabila terjadi demam setelah hari ke-3 sampai hari
ke-28 penderita juga diharuskan kembali ke
Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan sediaan
darah dan evaluasi klinis.
Bedah
TB paru berat dengan destroyed lung untuk lobektomi
atau pneumektomi.
TB tulang seperti spondilitis TB, koksitis TB, atau gonitis
TB
Tindakan bedah dapat dilakukan setelah terapi OAT selama
minimal 2 bulan, kecuali jika terjadi kompresi medula spinalis
atau ada abses paravertebra tindakan bedah lebih awal.
Suportif
Asupan gizi yang adekuat sangat penting untuk keberhasilan
terapi TB. Jika ada penyakit lain juga perlu mendapat
tatalaksana memadai. Fisioterapi dilakukan pada kasus
pasca-bedah.
Pemantauan
Terapi
Respons klinis
Respons yang baik dapat dilihat dari perbaikan semua
keluhan awal. Napsu makan yang membaik, berat badan
yang meningkat dengan cepat, hilangnya keluhan
demam, batuk lama, tidak mudah sakit lagi. Respons
yang nyata biasanya terjadi dalam 2 bulan awal (fase
intensif). Setelah itu perbaikan klinis tidak lagi sedramatis
fase intensif.
Evaluasi radiologis Dilakukan pada akhir pengobatan,
kecuali jika ada perburukan klinis. Jika gambaran
radiologis juga memburuk, evaluasi kepatuhan minum
obat, dan kemungkinan kuman TB resisten obat. Terapi
TB dimulai lagi dari awal dengan paduan 4 OAT.
Efek samping OAT jarang dijumpai pada anak jika dosis
dan cara pemberiannya benar. Keluhan ini biasanya
muncul dalam fase intensif. Pada kasus yang dicurigai
adanya kelainan fungsi hepar, maka pemeriksaan
transaminase serum dilakukan sebelum pemberian OAT,
dan dipantau minimal tiap 2 minggu dalam fase intensif.
Jika timbul icterus, OAT dihentikan kemudian dilakukan
uji fungsi hati (bilirubin dan transaminase). Bila ikterus
telah menghilang dan kadar transaminase <3x batas atas
normal, paduan OAT dapat dimulai lagi dengan dosis
terendah. Yang perlu diingat, reaksi hepatoksisitas
biasanya muncul karena kombinasi dengan berbagai obat
lain yang bersifat hepatotoksik seperti parasetamol,
fenobarbital, dan asam valproat.
Dalam pemberian terapi dan profilaksis TB evaluasi
dilakukan tiap bulan. Bila pada evaluasi profilaksis TB
timbul gejala klinis TB, profilaksis diubah menjadi terapi
TB.
Tumbuh kembang
Pertumbuhan pasien akan mengalami perbaikan nyata. Data
berat badan dicatat tiap bulan dan dimasukkan dalam grafik
tumbuh untuk memantau pola tumbuh pasien selama
menjalani terapi. Walau berat badan belum mencapai ideal,
namun pola grafiknya sudah menaik dan memasuki pita di
atasnya, sudah dinilai sebagai respons yang baik.
dr. Sri Fatmi Watampone, Sp.OG dr. Syarif Mustika Harinurdi, Sp.B