Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

RUMAH SAKIT SANSANI PEKANBARU


2021

MOLA HIDATIDOSA
DEFINISI Kegagalan kehamilan normal yang disertai dengan proliferasi sel
trofoblas yang berlebihan dan degenerasi hidrofik, yang secara
klinis tampak sebagai gelembung-gelembung
Klasifikasi Mola Hidatidosa
 Mola hidatidosa komplit
 Mola hidatidosa parsial
ANAMNESIS Anamnesis dan perneriksaan fisik:
1. Amenore
2. Keluhan gestosis seperti hiperemesis gravidarum yang berat
3. Perdarahan
PEMERIKSAAN 1. Perdarahan
FISIK 2. Uterus yang lebih besar dari usia kehamilan
3. Klinis terlihat gelembung mola yang keluar dari uterus

KRITERIA Anamnesis dan perneriksaan fisik:


DIAGNOSIS 1. Amenore
2. Keluhan gestosis seperti hiperemesis gravidarum yang berat
3. Perdarahan
4. Uterus yang lebih besar dari usia kehamilan
5. Klinis terlihat gelembung mola yang keluar dari uterus
DIAGNOSIS Mola Hidatidosa

DIAGNOSIS Tumor trofoblas gestasional


BANDING

PEMERIKSAAN 1. Darah lengkap


PENUNJANG 2. CT/BT
3. Anti HIV
4. HbsAg
5. Rapid test antigen
6. USG: Didapatkan gambaran gelembung vesikel (Vesicular
ultrasonic pattern)
7. Kadar hCG yang lebih tinggi
8. Pemeriksaan patologi anatomi
TERAPI Perbaiki keadaan umum:
1. Transfusi darah
2. Pengobatan gestosis sesuai protokol
3. Evakuasi dengan vakum kuretase
4. Kemoterapi profilaksis
5. Histerektomi dilakukan bila usia lebih dari 35 tahun dengan
jumlah anak cukup
6. Tirotoksikosis (pengobatan bersama-sama dengan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam)
7. Emboli paru (pengobatan bersama-sama Departemen Ilmu
Penyakit Dalam)

2. Evakuasi :
(sesuaikan dengan cara terminasi kehamilan trimester I)
Vakum kuretase
a. Bila gelembung sudah ke luar.
Setelah keadaan umum diperbaiki langsung dilakukan
vakum kuretase dan untuk pemeriksaan PA dilakukan
pengambilan jaringan dengan kuret tajam.
Bila perdarahan banyak: bersamaan dengan perbaikan KU,
evakuasi harus segera dilakukan.
b. Bila gelembung belum ke luar.
Pasang laminaria stift, 12 jam kemudian dilakukan vakum
kuretase tanpa pembiusan, kemudian dilakukan kuretase
tajam, untuk mengambil jaringan (untuk pemeriksaan PA).
(Pada laporan harus dituliskan: jumlah dan diameter
jaringan mola, perdarahan, ada tidaknya janin atau bagian
janin seperti kantung janin, cairan ketuban dan lain-lain).
Khusus untuk pasien umur 35 tahun atau lebih dengan
jumlah anak cukup, dilakukan histerektomi totalis, baik
dengan jaringan mola in-toto atau beberapa hari pasca kuret.

3. Terapi profilaksis
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Kemoterapi
b. Histerektomi
a) Kemoterapi
Diberikan pada pasien dengan resiko tinggi, yaitu:
 Hasil PA mencurigakan keganasan
 Umur pasien 35 tahun atau lebih yang menolak
dilakukan histerektomi.
Obat yang diberikan adalah :
 Metotreksat (MTX): 20 mg/hari IM selama 5 hari
(ditambah dengan asam folat) atau
 Aktinomisin D (ACTD): 1 vial (0,5 mg)/ hari IV
selama 5 hari
b) Histerektomi
Dilakukan terutama pada pasien yang berumur > 35
tahun dengan jumlah anak cukup

3. Pengawasan lanjut:
Bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin adanya perubahan
kearah keganasan.

Lama Pengawasan
Satu tahun.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu, dengan menggunakan KB
kondom/sistem kalender, atau pil KB bila haid teratur dan tidak
dianjurkan menggunakan IUD atau suntikan
Akhir pengawasan
Bila setelah pengawasan satu tahun, kadar  hCG dalam batas
normal, atau bila telah hamil lagi
Jadwal pengawasan
3 bulan ke-I : dua minggu sekali
3 bulan ke II : 1 bulan sekali
6 bulan terakhir : 2 bulan sekali
Pemeriksaan yang dilakukan selama pengawasan:
 Pemeriksaan klinis dan  hCG setiap kali datang
 Foto toraks, pada bulan ke-6 dan ke-12 atau bila ada keluhan.
EDUKASI Menjelaskan tentang diagnosis dan terapi
Menjelaskan tentang resiko dan komplikasi serta prognosis
PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
PENELAAH Dokter Spesialis Obgyn
KRITIS

INDIKATOR Kondisi pasien membaik


MEDIS

KEPUSTAKAAN
1. Cunningham, F.G.,MD, Mac Donald P.C.,MD, Garet N.F.,MD,
Ectopic Pregnancy, Williams Obstetrics 20; 1998
2. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi keempat; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2011

Direktur RS SANSANI Ketua Komite Medik

dr. Raja Rachmadhina dr. Anwar Bet, SpPD

Anda mungkin juga menyukai