Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

RUMAH SAKIT SANSANI PEKANBARU


2022

RS SANSANI

DIARE AKUT

1. Definisi Diare akut adalah perubahan frekuensi buang air besar menjadi lebih sering dari
normal atau perubahan konsistensi feses menjadi lebih encer atau kedua-duanya
dalam waktu < 14 hari. Umumnya disertai dengan segala gangguan saluran cerna
yang lain seperti mual, muntah, dan nyeri perut, kadang-kadang disertai demam,
darah pada feses serta tenesmus (gejala disentri).
Diare juga dapat didefinisikan dari berat tinja > 200 gram per hari pada populasi
barat, atau kandungan air pada tinja > 200 cc per hari.

2. Diagnosis Anamnesis :
1. Onset, durasi, frekuensi, progresivitas diare, kualitas diare;
2. Ada tidaknya muntah
3. Lokasi dan karakteristik nyeri perut
4. Riwayat penyakit dahulu, penyakit dasar/komorbid
5.Petunjuk epidemiologi (daerah endemik, kejadian luar biasa)
Pemeriksaan Fisis :
1. Keadaan umum; kesadaran, status gizi dan tanda vital
2. Status hidrasi
3. Kualitas nyeri perut (untuk menyingkirkan penyakit lain yang
bermanifestasi diare akut)
4. Colok dubur dianjurkan pada semua kasus diare dengan feses berdarah,
terutama pada usia > 50 tahun
5. Identifikasi penyakit komorbid

Indikasi rawat inap pada pasien diare akut :


1. Dehidrasi sedang sampai berat
2. Vomitus persisten
3. Diare yang memberat dalam 48 jam
4. Usia lanjut dan geriatri
5. Pasien dengan penekanan sistem imun (immunocompromised)
6. Diare akut dengan komplikasi
Derajat dehidrasi

Derajat Dehidrasi
Gejala Minimal Ringan – Sedang Berat
(<3% dari BB) (3-9% dari BB) (>9% dari BB)
Status mental Baik, sadar Lemas atau
Apatis, tidak sadar
penuh gelisah
Rasa haus Minum normal Sangat haus Tidak dapat minum
Denyut jantung Normal - Takikardi, pada kasus
Normal
Meningkat berat bradikardi
Kualitas nadi Normal - Lemah atau tidak
Normal
Menurun teraba
Pernapasan Normal Normal, cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut dan
Basah Kering Pecah-pecah
lidah
Turgor kulit Baik < 2 detik > 2 detik
Ekstremitas Hangat Dingin Sianosis
Urine output Normal Menurun Minimal
3. Diagnosis  Apendisitis
Banding  Adneksitis
 Diverkulitis
 Peritonitis sekunder karena perforasi usus
 infeksi sistemik
 Inflammatory bowel disease
 Enterokolitis iskemik
 Oklusi arteri/vena mesenterika

4. Pemeriksaan - Feses rutin, DPL, ureum, kreatinin, elektrolit, serum transaminase, gula darah,
Penunjang jika perlu analisa gas darah.
- Kultur sebaiknya dilakukan terutama pada kasus dengan dehidrasi, demam,
diare berdarah, atau setelah 3 hari pengobatan tidak ada perbaikan klinik.
- Pemeriksaan sigmoidoskopi/kolonoskopi dilakukan pada kasus diare berdarah
bila pemeriksaan penunjang yang sebelumnya tidak memperlihatkan penyebab
yang jelas.

5. Penanganan Terapi suportif :


1. Rehidrasi cairan dan elektrolit
a. Oral : diberikan pada pasien diare akut tanpa komplikasi atau
dehidrasi ringan. Contohnya: oralit, pedialyte, renalyte.
b. Intravena : diberikan pada pasien diare akut dengan komplikasi
dehidrasi sedang – berat dan/atau komplikasi lainnya. Contohnya:
ringer laktat, ringer asetat.
c. Evaluasi dan penatalaksanaan dehidrasi Dehidrasi minimal :
kekurangan cairan <3% dari kebutuhan normal/BB (103% x 30-40
cc/kgBB/hari).
d. Dehidrasi ringan-sedang : kekurangan cairan 3-9% dari kebutuhan
normal/BB (109% x 30-40 cc/kgBB/hari).
e. Dehidrasi berat : kekurangan cairan >9% dari kebutuhan normal/BB
(112% x 30-40 cc/kgBB/hari).
f. Dalam 1 jam pertama, 50% defisit cairan harus diberikan, setelah itu 3
jam berikutnya diberikan sisa defisit, selanjutnya diberikan sesuai
dengan kehilangan cairan melalui feses.
Terapi simtomatik :
1. Antimotilitas : loperamid (awal 4 mg, selanjutnya 2 mg setiap buang air
besar cair, maksimal 16 mg/24 jam).
2. Antispasmodik/spasmolitik : hyosin-n-butilbromid (20 mg 2-3 kali/hari,
maksimal 100 mg/24 jam), ekstrak belladona (5 – 10 mg, 3 kali/hari),
papaverin (30 – 60 mg, 3 kali/hari).
3. Pengeras feses : atapulgit (2 tablet @ 630 mg setelah diare, diulang 2 tablet
setiap diare selanjutnya, maksimal 12 tablet/24 jam), kaolin-pektin (2 ½
tablet @ 550/20 mg setiap diare, maksimal 15 tablet/24 jam).

Terapi etiologik :
1. Infeksi
g. Bakteri : Kotrimoksazol (800/160 mg 2 kali/hari), kuinolon
(siprofloksasin 500 mg 2 kali/hari, levofloksasin 500 mg sekali
sehari), tetrasiklin (500 mg 4 kali/hari selama 3 hari).
h. Virus : tidak diberikan terapi anti virus, hanya terapi suportif dan
simtomatik.
i. Parasit : Metronidazol (250-500 mg 4 kali/hari selama 7-14 hari),
paromomisin 4 gr/24 jam dosis terbagi).
j. Jamur : Flukonazol 50 mg 2 kali/hari, nistatin (4 kali 1-2cc/1 tablet).
2. Non-infeksi
a. Atasi penyebab dasar.
b. Hindari makanan/minuman yang menimbulkan intoleransi atau
mengandung alergen.
c. Antiinflamasi (5-ASA dan kortikosteroid).
o Antiansietas.

6. Komplikasi  Gagal ginjal dengan/atau tanpa asidosis metabolik


 Sepsis
 Ileus paralitik

7. Prognosis  Qua ad vitam : Bonam


 Qua ad functionam : Bonam
 Qua ad sanationam : Bonam
8. Algoritme
9. Kepustakaan 1. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI). Konsensus
Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di Indonesia. Makmun D,
Simadibrata M, Abdullah M, et.al., editors. Jakarta: PGI; 2009.
2. Simadibrata M, Daldiyono. Diare akut. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
et.al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.
3. Camilleri M, Murray JA. Diarrhea and constipation. In Longo DL, Fauci AS,
editors. Harrison’s Gastroenterology and Hepatology, 17th ed. New York:
McGraw-Hill; 2010.
4. McQuaid KR. Gastrointestinal disorders. In Mcphee SJ, Papadakis MA,
editors. Current Medical Diagnosis and Treatment, 15th ed. New York:
McGraw-Hill; 2011.

Anda mungkin juga menyukai