Anda di halaman 1dari 3

 

GASTROENTERITIS
(TERMASUK KOLERA DAN
GIARDIASIS)
Nomor
:
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal
:
Terbit
Halaman : ½

PUSKESMAS ODIH
CIPEUNDEUY NIP.1966081119890111001

1. Pengertian Gastroenteritis (GE) adalah peradangan mukosa lambung dan usus


halus yang ditandai dengan diare dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam waktu 24 jam. Penyebab gastroenteritis antara lain infeksi,
malabsorbsi, keracunan atau alergi makanan dan psikologis
penderita. Infeksi yang menyebabkan GE dapat berupa virus, bakteri
Entamoeba histolytica disebut disentri, bila disebabkan oleh bakteri
Giardia lamblia disebut giardiasis, sedangkan bila disebabkan oleh
bakteri Vibrio cholera disebut kolera
2. Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam mendiagnosis dan
menatalaksana gastroenteritis di Puskesmas Cipeundeuy
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Cipeundeuy No ………. Tentang Kebijakan
Layanan Klinis Puskesmas Cipeundeuy
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur / 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut pasien
Langkah – 2. Petugas mengidentifikasi pasien
Langkah 3. Petugas menganamnesis pasien. Pasien datang dengan
keluhan buang air besar (BAB) lembek atau cair, dapat
bercampur darah atau lendir, dengan frekuensi 3 kali atau lebih
dalam waktu 24 jam. Dapat disertai rasa tidak nyaman di perut
(nyeri atau kembung), mual, muntah atau tenesmus. Bila
terjadinya diare didahului oleh makan atau minum dari sumber
yang kurang higienenya, diare diduga disebabkan oleh infeksi
virus. Bila diare disertai demam, darah, atau lendir pada feses,
diare diduga disebabkan oleh infeksi bakteri
4. Petugas mencari faktor risiko gastroenteritis pada pasien, antara
lain
a. Higiene dan sanitasi lingkungan yang buruk
b. Riwayat intoleransi laktosa
c. Riwayat alergi
d. Infeksi HIVatau infeksi menular seksual yg menyebabkan
pasien imunocompromise
e. Riwayat perjalanan ke daerah dengan wabah diare
f. Konsumsi makanan yang iritatif
g. Mengonsumsi obat-obatan laksatif, magnesium
hidroklorida, magnesium sitrat, obat jantung quinidine, obat
gout (kolkisin), diuretik (furosemid, tiazid), toksin (arsenik,
organofosfat), insektisida, kafein, metil xantine, agen
endokrin (preparat pengantian tiroid), misoprostol,
mesalamin, antikolinesterase
5. Petugas melakukan pemeriksaan tanda vital meliputi tekanan
darah, laju napas, nadi, dan suhu. Pada umumnya didapatkan
hasil dalam batas normal. Pada pasien dengan dehidrasi,
didapatkan penurunan tekanan darah, peningkatan laju napas
(asidosis metabolik), atau demam jika diare disebabkan oleh
infeksi bakteri
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pada pasien. Temuan
pemeriksaan fisik tergantung dari derajat dehidrasi pasien
Gejala Derajat dehidrasi
Tanpa Dehidrasi Dehidrasi
dehidrasi ringan berat
atau sampai
minimal sedang
Status mental Baik, sadar Normal, Apatis,
penuh lemas, atau letargi, tidak
gelisah sadar
Rasa haus Normal Sangat haus Tidak dapat
minum
Denyut Normal Normal Cepat
jantung sampai (takikardia),
meningkat pada kasus
berat dapat
menjadi
bradikardia
Kualitas Normal Normal Lemah
denyut nadi sampai lemah sampai tidak
teraba
Laju napas Normal Normal cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cekung Sangat
cekung
Mulut dan Basah Kering Pecah pecah
lidah
Turgor kulit Kembali Normal Kembali
Normal sampai < 2 lambat
detik
Isian kapiler Normal Memanjang Memanjang
>2 detik
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin
Urin output Normal Menurun Minimal

7. Petugas menuliskan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik


dalam rekam medik pasien
8. Petugas mendiagnosis pasien dan menuliskan di catatan medik
pasien
9. Petugas memberikan tata laksana pada pasien.
Pasien Dewasa
a. Edukasi minum yang adekuat untuk rehidrasi
b. Edukasi untuk menjaga hygiene dan sanitasi lingkungan
c. Edukasi untuk menghindari susu sapi karena terdapat
defisiensi laktase transien
d. Edukasi untuk menghindari minuman yang mengandung
alkohol atau kafein, karena dapat meningkatkan motilitas dan
sekresi usus
e. Edukasi untuk mengonsumsi makanan yang tidak
mengandung gas dan mudah dicerna.
f.Pemberian obat antidiare, antara lain
 Turunan opioid: Loperamid atau Tinktur Opium
 Bismus Subsalisilat
 Obat yang mengeraskan tinja: Atapulgit
 Obat antisekretorik: Racecadotril
g. Pemberian antimikroba sebagai terapi definitif, jika diare
disebabkan oleh infeksi bakteri
 Golongan kuinolon, yaitu Ciprofloxacin 2 x 500 mg/ hari
selama 5 sampai 7 hari
 Trimetropin/Sulfametoksazol 160/ 800 2 x 1 tablet/ hari
 Apabila diare dicurigai disebabkan oleh Giardia,
digunakan Metronidazole 3 x 500mg/ hari selama 7 hari
h. Apabila disertai tanda dehidrasi, makan pasien diberikan
rehidrasi cairan dan disiapkan untuk rujuk
Pasien Anak
a. Edukasi untuk melanjutkan ASI
b. Edukasi untuk menjag higiene
c. Rehidrasi menggunakan oralit. Pemberian oralit pada anak
tanpa dehidrasi
 Umur < 1 tahun: ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
(50– 100 ml)
 Umur 1 – 4 tahun: ½-1 gelas setiap kali anak mencret
(100–200 ml)
 Umur diatas 5 Tahun: 1–1½ gelas setiap kali anak
mencret (200– 300 ml)
d. Pemberian Zinc selama 10 hari berturut turut
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
e. Antibiotik selektif
10. Petugas melakukan rujukan apabila
a. Tidak terdapat perbaikan, diare menetap setelah 7 hari
b. Terdapat tanda-tanda toksik
c. Diare dengan dehidrasi
d. Diare pada pasien imunocompomise
11. Petugas menuliskan dan memberikan resep pada pasien untuk
mengambil obat di layanan kefarmasian Puskesmas
12. Petugas mencuci tangan 7 langkah
6. Bagan Alir -
(Jika
dibutuhkan)
7. Unit Terkait 1. Poli Umum
8. Rekaman
historis No Yang diubah Isi Tanggal mulai
perubahan Perubahan diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai