PUSKESMAS
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS CIPEUNDEUY
2023
BAB I
MANAJEMEN RISIKO
A. Definisi
Salah satu upaya untuk menurunkan KTD adalah dengan menerapkan manajemen
risiko. Risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada suatu waktu atau kegiatan.
Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan, meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluru.
Kita sebelumnya harus membedakan dulu antara Risk dengan Hazard. Risiko
adalah kejadian yang tidak diharapkan yang mungkinterjadi pada suatu waktu atau suatu
kegiatan. Sedangkan hazard adalah Sesutu yang bisa menimbulkan kerugian atau korban.
Sesuatu yang terpapar hazard akan menimbulkan risiko.
Apabila kita merujuk pada multi causal theory dengan menggunakan Swiss
Cheese diagram (Reason, 1991) maka trigger atau pemicu terjadinya KTD adalah lack of
procedures, punitive policies, mixed message, production pressures, sporadic training,
clumsy technology, zero fault tolerance, attention distraction, deferred maintenance. Hal-
hal yang bisa dilakukan untuk menangkal pemicu-pemicu tersebut adalah kebijakan dan
prosedur, profesionalisme, team, invididual, lingkungan dan equipment.
B. Managemen Resiko
a. Secara umum risiko-risiko tersebut dapat digolongkan menurut proses sebagai
berikut:
1) Risiko pada saat akses ke faskes (misalnya kegagalan melakukan akses,
keterlambatan akses, salah menuju/memilih tempat pelayanan)
2) Risiko pada saat pendaftaran (kekeliruan identitas rekam medis, rekam medis
tidak ditemukan, kartu identitas tertukar, rekam medis tertukar)
3) Risiko pada saat pengkajian dan penyusunan rencana asuhan (salah baca hasil
pemeriksaan penunjang, salah intepretasi hasil, salah menyusun rencana terapi)
4) Risiko pada pelaksanaan (tidak sesuai rencana, kesalahan tindakan, kesalahan diit,
kesalahan penulisan resep, kesalahan penyediaan obat, pelayanan tidak hygienis,
tidak melakukan monitoring)
5) Risiko pada saat evaluasi dan tindak lanjut
6) Risiko pada saat kembali ke rumah/masyarakat
Langkah awal yang harus kita lakukan adalah risk analysis yaitu kegiatan
menentukan estimasi risiko secara kuantitatif dan kualitatif. Proses mengenali hazard
yang mungkin terjadi dan potensi kegawatan dari hazard tersebut. Lingkup dari
analisis risiko
2) Identifikasi risiko
a) Risk identification
b) Risk analysis
c) Risk evaluation
3) Pengendalian risiko
Risk reduction
Risk acceptance
4) Output
5) Review
6) Risk Management Tools
7) Risk Documentation
b. Teknik untuk analisa risiko ada tiga yaitu:
1) Severity Assessment
Severity assessment menentukan tingakt keparahan risiko, variable yang digunakan untuk
menilai keparahan adalah dampak risiko dan probabilitas.
Kemungkinan atau probabilitas dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu
Frequent (sangat sering terjadi, tiap minggu/bulan)
Probable (sering terjadi , beberapa kali/tahun)
Possible (mungkin terjadi, 1 sd 2 kali setahun
Unlikely (jarang terjadi , 2 sd 5 tahun sekali)
Rare (sangat jarang terjadi (> 5 tahun/kali)
Extreme
Major
Moderate
Minor
Minimal
Kedua hal tersbut kalau dikombinasikan akan menghasilkan tingkatan keparahan yang
dibagi menjadi 4 yaitu
Extreme risk
High risk
Moderate risk
Low risk
Berikut ini adalah table yang menggambarkan tingkat risiko dan contohnya
Matrik risiko gabungan yaitu perkalian dampak dan probability akan terlihat seperti matriks
berikut ini:
Berdasarkan tingkatan risiko tersebtu akan diambil tindak lanjut, seperti yang terlihat dibawah
ini:
BAB II
A. DEFINISI
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di Puskesmas adalah untuk
keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan panduan manajemen risiko layanan klinis
bertujuan untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang paling aman untuk pelanggan Puskesmas.
Daftar risiko yang telah teridentifikasi, dicatat dalam formulir identifikasi manajemen
risiko Puskesmas dan dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
2) Analisis risiko (Risk Assessment)
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis oleh Tim
Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat kegawatan dari risiko
(severity assessment) dan dengan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
seperti dalam Formulir berikut:
Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10 = sangat
sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan 10=sangat sulit
dideteksi
3) Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan kegawatan
risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab masalah menggunakan Analisis
Akar Masalah (RCA/Root Cause Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan
tindakan perbaikan (treatment) ataukah tidak.
4) Tindakan atau perbaikan
D. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan dan dilaporkan
kepada Kepala Puskesmas.