Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583

Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

Analisis Perlakuan Risiko Medicarion Error


Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karitas
Didik Hadi Santosa, Grace Rumengan, dan Nurcahyo Andarusito
RS Karitas, Universitas Respati Indonesia
Email:didikhadisantosa17@gmail.com

Abstrak
Medication error merupakan tantangan bagi Rumah Sakit dalam bidang keselamatan pasien karena
berdampak merugikan bagi pasien. menganalisis medication error tahap prescribing, transcribing, dispensing
dan administration di Instalasi Farmasi RS Karitas. Penelitian ini menggunakan deskriptif analisis dengan
pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Telaah dokumen resep
pada bulan februari 2021. Hasil dari penelitian ini 400 resep yang teridentifikasi risiko medication error
teridentifikasi risiko pada tahap prescribing yang terbanyak adalah tidak adanya paraf dokter (92%), salah
membaca nama obat (12%) pada tahap transcribing, salah/tidak lengkap menulis etiket (80%) pada tahap
dispensing dan salah waktu pemberian obat (40%) pada tahap administration. Penilaian risiko menunjukkan
risiko yang teridentifikasi pada level/bands hijau dan biru. Tindak lanjut: investigasi sederhana dengan
prosedur rutin. Perlakuan risiko yang dilakukan mengadakan komunikasi kepada petugas yang terlibat dalam
berbagai tahapan pemberian obat. Kesimpulan adalah teridentifikasinya risiko medicarion error di instalasi
farmasi RS Karitas yaitu tidak adanya paraf dokter pada tahap prescribing, salah membaca nama obat pada
tahap transcribing, salah/tidak lengkap menulis etiket pada tahap dispensing, dan salah waktu pemberian
obat pada tahap administration. Sebaiknya RS Karitas menggunakan sistem peresepan elektronik (e-
prescribing) dalam upaya menurunkan jumlah kasus medication error, pelatihan oleh unit diklat tentang
kebijakan, SPO dan alur proses di instalasi farmasi bagi apoteker dan asisten apoteker baru untuk
mempercepat adapatasi di instalasi farmasi RS Karitas.

Kata kunci : Medication error, Perlakuan risiko,keselamatan pasien

Abstract
Medication error is a challenge for hospitals in the field of patient safety because it has a detrimental impact
on patients. Purpose: to analyze medication errors in the prescribing, transcribing, dispensing and
administration stages at the Karitas Hospital Pharmacy Installation. Descriptive analysis with a qualitative
approach through in-depth interviews, observation and document review. Review of prescription documents
in February 2021 Results: Of the 400 prescriptions identified risk of medication error, the most identified risk
was the absence of doctor's initials (92%), misreading of drug names (12%) at the transcribing stage, incorrect
/ incomplete. wrote etiquette (80%) at the dispensing stage and wrong timing of drug administration (40%)
at the administration stage. The risk assessment shows the identified risks on the green and blue levels /
bands. Follow-up: simple investigations with routine procedures. Risk treatment is carried out by
communicating with officers involved in various stages of drug administration. Conclusion was the
identification of the risk of medicarion error in the pharmacy installation of Karitas Hospital, namely the
absence of doctor's initials at the prescribing stage, misreading the name of the drug at the transcribing stage,
incorrect / incomplete writing of the label at the dispensing stage, and incorrect timing of drug administration
at the administration stage. It is better if Karitas Hospital uses an electronic prescribing system (e-prescribing)
in an effort to reduce the number of cases of medication errors, training by the education and training unit
on policies, SPO and process flow in pharmaceutical installations

Keywords: Medication error, risk treatment, patient safety

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 79
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583
Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

PENDAHULUAN “the reduction of risk of unnecessary harm


Berdasarkan Peraturan Menteri associated with health care to an acceptable
Kesehatan Republik Indonesia nomor 4 tahun minimum“. Dapat diartikan bahwa patient safety
2018 rumah sakit sebagai salah satu institusi adalah upaya untuk mengurangi risiko seminimal
pelayanan kesehatan mempunyai hak dan mungkin bahaya yang tidak perlu terkait
kewajiban. Kewajiban rumah sakit adalah perawatan kesehatan yang diterima (6)
memberi pelayanan kesehatan yang aman, Keselamatan Pasien RS (Hospital Patient
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan Safety) dapat diartikan sebagai suatu sistem
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
dengan standar pelayanan Rumah Sakit (1). Untuk aman. Sistem tersebut meliputi assessmen risiko,
dapat memberikan kualitas pelayanan yang identifikasi dan pengelolaan hal yang
bermutu tinggi maka fasilitas pelayanan berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
kesehatan harus memprioritaskan keselamatan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
pasien.(2). Pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
standar, termasuk pelayanan kefarmasian akan untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
memiliki risiko timbulnya kesalahan dalam tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
pengobatan (medication error) (3). Medication cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
error memiliki dampak bagi pasien yang berobat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
ke rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (4)
inap, dapat berupa risiko ringan sampai yang Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu
paling berat dapat menyebabkan kematian. peristiwa yang berdampak negatif terhadap
Menurut buku pedoman pelaporan pencapaian sasaran organi
insiden keselamatan pasien dari Komite Proses Manajemen Risiko adalah suatu
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) proses yang bersifat berkesinambungan,
dijelaskan bahwa Keselamatan Pasien / Patient sistematis, logis, dan terukur yang digunakan
Safety yaitu pasien bebas dari harm /cedera yang untuk mengelola Risiko di instansi (7). Adibi, et al
tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang menyatakan bahwa elemen yang berpengaruh
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / dalam pelaksanaan manajemen risiko yaitu prinsip
sosial / psikologis, cacat, kematian dll), terkait dan komitmen organisasi; kepemimpinan dan
dengan pelayanan kesehatan. Sehingga pembimbingan; kewenangan, tanggung jawab dan
keselamatan pasien (patient safety) adalah proses komunikasi; perencanaan sistem dan tugas; sistem
dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan manajemen informasi dan monitoring (8).
pelayanan pasien yang lebih aman (4)). Sedangkan Terdapat tujuh langkah dalam proses
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik manajemen risiko, yaitu:
Indonesia Nomor 1691 tahun 2011 tentang 1. Menetapkan konteks.
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, keselamatan 2. Identifikasi.
pasien (patient safety) adalah suatu sistem yang 3. Analisis.
dilakukan oleh rumah sakit dalam rangka 4. Evaluasi.
memberikan asuhan pasien lebih aman yang 5. Menangani risiko.
meliputi assesmen resiko, identifikasi dan 6. Pemantauan dan peninjauan berkelanjutan.
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko 7. Komunikasi dan konsultasi (8)
yang akan dialami oleh pasien, pelaporan dan
analisa insiden, kemampuan belajar dari insiden Tahapan proses manajemen risiko terdiri atas:
dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk a. komunikasi dan konsultasi;
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah b. penetapan konteks;
cedera yang disebabkan karena kesalahan dalam c. penilaian Risiko;
pengambilan tindakan atau tidak melakukan d. penanganan Risiko; dan
tindakan yang seharusnya dilakukan (5). e. monitoring dan reviu. (7)
Pengertian patient safety menurut WHO yaitu :

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 80
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583
Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

Kesalahan pengobatan (Medication error) a) Karakteristik pasien (misal.,


menurut “National Coordinating Council for kepribadian, kemampuan aksara dan
Medication Error Reporting and Prevention masalah bahasa).
(NCCMERP)” adalah setiap kejadian yang dapat b) Kompleksitas kasus klinis, termasuk
dicegah yang dapat menyebabkan atau kondisi kesehatan pasien, polifarmasi
menyebabkan penggunaan obat yang tidak tepat dan pengobatan beresiko tinggi.
atau membahayakan pasien saat pengobatan 3. Faktor yang berkaitan dengan lingkungan
berada dalam kendali profesional perawatan kerja
kesehatan, pasien , atau konsumen. Peristiwa a) Tekanan pekerjaan dan waktu.
tersebut mungkin terkait dengan praktik b) Gangguan yang berasal dari staff lain
profesional, produk perawatan kesehatan, dan pasien.
prosedur, dan sistem, termasuk peresepan, c) Lemahnya protokol dan prosedur
komunikasi pesanan, pelabelan produk, yang terstandarisasi
pengemasan, dan tata nama, peracikan, d) Sumber daya yang tidak mencukupi.
pengeluaran, distribusi, administrasi, pendidikan, e) Masalah yang berhubungan dengan
pemantauan, dan penggunaan (9). Dalam lingkungan kerja secara fisik (misal.,
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 tahun pencahayaan, temperature dan
2014 tentang standard pelayanan kefarmasian di ventilasi).
apotek, dikatakan bahwa medication error adalah 4. Faktor yang berkaitan dengan obat-obatan
kejadian yang dapat merugikan keselamatan a) Penamaan obat-obatan.
pasien akibat pemakaian obat selama dalam b) Pelabelan dan pengemasan.
pengawasan pengobatan tenaga kesehatan, yang 5. Faktor yang berkaitan dengan tugas
sebetulnya dapat dicegah (10) a) Sistem yang berulang untuk
Medication error merupakan kejadian pemesanan, pemrosesan dan
yang tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan ototrisasi.
rangkaian kejadian dan melibatkan banyak b) Pemantauan pasien (bergantung
faktor. Menurut WHO (2016), terdapat berbagai pada pengalaman, pasien,
macam faktor yang mempengaruhi medication pengaturan perawatan kesehatan
error, yaitu: yang lain, prescriber).
1. Faktor yang berkaitan dengan petugas 6. Faktor yang berkaitan dengan
kesehatan (SDM). komputerisasi sistem informasi
a) Kurangnya pelatihan tentang a) Kesulitan dalam memproses resep
pengobatan. pertama (misal., daftar pilihan obat,
b) Pengetahuan dan pengalaman regimen dosis standard dan
tentang obat-obatan yang tidak peringatan yang terlewat)
memadai. b) Kesulitan dalam memproses untuk
c) Minimnya pengetahuan tentang menghasilkan pengulangan resep
profil pasien. yang benar.
d) Persepsi tentang resiko yang tidak c) Kurangnya akurasi catatan pasien.
memadai. d) Desain yang tidak memadai yang
e) Kelebihan beban kerja atau kelelahan memungkinkan kesalahan yang
dari petugas kesehatan. dilakukan oleh petugas (human
f) Masalah kesehatan fisik dan error).
emosional. 7. Penghubung antara pelayanan kesehatan
g) Komunikasi yang buruk antara primer dan sekunder
petugas kesehatan dengan pasien. a) Terbatasnya komunikasi dengan
2. Faktor yang berkaitan dengan pasien tenaga medis ditingkat sekunder.

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 81
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583
Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

b) Kurangnya justifikasi rekomendasi Tujuan penelitian ini adalah menganalisis


dari pelayanan kesehatan tingkat medication error pada tahap Prescribing,
sekunder.(9) Transcribing, Dispensing dan Administration di
Jumlah kasus insiden keselamatan pasien Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karitas.Manfaat dari
yang dilaporkan oleh RS di Indonesia adalah penelitian ini bagi Rumah Sakit Sebagai informasi
sebanyak 289 kasus di tahun 2015, 668 kasus di data untuk perbaikan dalam penanganan kasus
tahun 2016, 1647 kasus di tahun 2017, 1489 kasus medication error di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
di tahun 2018 dan 7465 kasus di tahun 2019. Karitas, bagi publikasi sebagai informasi bagi
Sedangkan berdasarkan jenis insiden di tahun masyarakat mengenai manajemen risiko
2019 yaitu KNC sebanyak 38%, KTD dan KTC kefarmasian rumah sakit.
masing-masing sebanyak 31%. Jumlah kasus
berdasarkan akibat insiden menurut data METODE
kementerian kesehatan terdiri dari kematian Penelitian ini menggunakan metode
sebanyak 171 kasus, cedera berat 80 kasus, analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatf
cedera sedang 372 kasus, cedera ringan 1183 dengan cara melakukan observasi, wawancara dan
kasus dan tidak ada cedera 5659 kasus. (12). telaah dokumen. Jumlah populasi resep sebanyak
Berdasarkan rekapan data Insiden 400 resep pasien rawat inap yang masuk di
Keselamatan Pasien (IKP) dari Komite instalasi farmasi RS Karitas pada bulan februari
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien 2021. Jumlah sample dalam penelitian ini sama
(PMKP) RS Karitas tahun 2018 didapatkan 2 kasus dengan populasi. Wawancara dilakukan kepada
IKP yaitu 1 kasus insiden Kejadian Tidak Cidera para informan yang terdiri dari dokter spesialis
(KTC), 1 kasus insiden Kejadian Nyaris Cedera penyakit dalam, dokter spesialis obstetric, dokter
(KNC). Persentase kasus medication error yang spesialis anak, apoteker, asisten apoteker dan
terjadi pada bulan September – November 2020 perawat di ruang rawat inap SMF penyakit
di poliklinik dokter spesialis RS Karitas terdiri dari dalam,SMF obstetric ginekologi dan SMF Anak.
10,5% kasus pasien anak, 52,6% kasus pasien
penyakit dalam, 5,2%, kasus pasien bedah dan HASIL
31,6% kasus pasien obstetri ginekologi. Dari data
persentase kasus diatas dapat disimpulkan bahwa Dalam penelitian ini peneliti akan
kasus medication error di poliklinik RS Karitas melakukan analisis tentang input, proses dan
dengan urutan dari kasus yang terbanyak meliputi output pemberian obat di RS Karitas. Input terdiri
klinik penyakit dalam, klinik obstetric ginekologi, dari Sumber Daya Manusia (SDM), Kebijakan, SPO
klinik anak dan klinik bedah. dan alur proses; resep. Proses melihat tahapan
Medication error masih sering terjadi di pemberian obat yang terdiri dari tahap
berbagai institusi termasuk dalam pelayanan prescribing, tahap transcribing, tahap dispensing
kesehatan. Medication error memiliki dampak bagi dan tahap administration. Sedangkan dalam
pasien yang berobat ke rumah sakit baik rawat output akan dilakukan identifikasi, analisis dan
jalan maupun rawat inap, dapat berupa risiko perlakuan resiko.
ringan sampai yang paling berat dapat Informan dalam penelitian ini terdiri dari
menyebabkan kematian direktur, dokter spesialis penyakit dalam satu
Instalasi Farmasi merupakan unit di rumah orang, dokter spesialis obstetri ginekologi satu
sakit yang mempunyai tanggungjawab di dalam orang, dokter spesialis anak satu orang, apoteker
pelayanan obat dan bahan habis pakai. Banyaknya satu orang, asisten apoteker empat orang dan
jumlah resep yang dilayani oleh instalasi farmasi kepala komite PMKP satu orang. Pada awal bulan
mempunyai risiko terjadinya kesalahan dalam februari 2021 di instalasi farmasi RS Karitas ada
pelayanan obat-obatan. Jumlah kasus medication penambahan jumlah apoteker sebanyak tiga orang
error yang terjadi di rumah sakit harus dikurangi dan asisten apoteker sebanyak satu orang. Namun
untuk dapat mencapai tujuan pasien safety. dalam penelitian ini apoteker dan asisten apoteker
yang baru tersebut tidak masuk dalam kriteria

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 82
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583
Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

informan penelitian ini. Karakteristik informan 14. Asisten 38 D1-farmasi  3 Karyawa X14
Apoteke tahu tahu n tetap
berdasarkan usia, pendidikan, masa kerja dan
r4 n n
status karyawan dapat dilihat pada table 1
15. Direktur 36 S1- Dokter  3 Karyawa X15
tahu umum tahu n tetap
Tabel 1. Karakteristik Informan
No Informa Usia Pendidikan Masa Status Kod n n

. n Kerja Karyawa e Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui karakteristik


n informan terdiri atas :
1. Perawat 36 D3- 3 Karyawa X1
1. Usia informan berkisar antara 26 tahun – 51
Ruang tahu Keperawata tahu n tetap
tahun.
Maria 1 n n n
2. Pendidikan dari informan terdiri atas S3
2. Perawat 28 D3- 3 Karyawa X2
Dokter Spesialis, S1 Dokter Spesialis, S1
Ruang tahu Keperawata tahu n kontrak
Dokter Umum, S1 Apoteker, D3 Administrasi
Maria 2 n n n
Farmasi, D1 farmasi, S1 Keperawatan, D3
3. Perawat 31 D3- 3 Karyawa X3
keperawatan dan D3 Kebidanan.
Ruang tahu Kebidanan tahu n tetap
3. Masa kerja dari informan keseluruhan diatas
Elisabeth n n
1
3 tahun
4. Perawat 29 D3-  3 Karyawa X4
4. Status karyawan informan terdiri atas 5 orang
Ruang tahu Kebidanan tahu n tetap
karyawan kontrak dan 10 orang karyawan
Elisabeth n n
tetap.
2 Dari hasil observasi dan wawancara yang
5. Perawat 27 S1-  3 Karyawa X5 dilakukan kepada informan dapat diketahui bahwa
Ruang tahu Keperawata tahu n tetap pengetahuan para informan tentang medicarion
Emanuel n n n error sudah cukup baik. Kebijakan, SPO dan alur
1 proses kefarmasian sudah ada, mudah dibaca dan
6. Perawat 26 D3-  3 Karyawa X6 dipahami oleh petugas farmasi, namun dalam
Ruang tahu Keperawata tahu n tetap pelaksanaannya kadangkala ada beberapa
Emanuel n n n prosedur yang terlewati oleh petugas disebabkan
2 jumlah resep yang masuk ke instalasi farmasi
7. Dokter 51 S3-Dokter  3 Karyawa X7 meningkat.
Sp.PD tahu Spesialis tahu n kontrak Dalam penelitian ini dilakukan telaah
n n
resep pasien rawat inap yang masuk pada bulan
8. Dokter 33 S1-Dokter  3 Karyawa X8
Februari 2021. Jumlah resep yang masuk sebanyak
Sp.OG tahu Spesialis tahu n kontrak
400 resep yang merupakan jumlah populasi dalam
n n
penelitian ini. Dari hasil telaah resep didapatkan
9. Dokter 35 S1-Dokter  3 Karyawa X9
sebanyak 400 resep teridentifikasi dapat
Sp.A tahu Spesialis tahu n kontrak
menyebabkan risiko terjadinya medication error
n n
jumlah sample pada penelitian ini sama dengan
10. Apoteke 34 S1-Apoteker  3 Karyawa X10
jumlah populasi yakni semua resep pasien rawat
r tahu tahu n kontrak
n n
inap pada bulan Februari 2021. Dalam telaah
11. Asisten 31 D3-  3 Karyawa X11
resep dilakukan pemeriksaan kelengkapan
Apoteke tahu Administrasi tahu n tetap
penulisan resep. Dari hasil telaah resep terhadap
r1 n farmasi n
400 resep, didapatkan kesalahan yang terindikasi
12. Asisten 37 D1-farmasi  3 Karyawa X12
berisiko menyebabkan medication error pada
Apoteke tahu tahu n tetap tahap Prescribing seperti terlibat pada table
r2 n n
13. Asisten 38 D1-farmasi  3 Karyawa X13
Apoteke tahu tahu n tetap
r3 n n

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 83
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583
Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

yang harus memenuhi persyaratan administrasi,


persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis.
Tabel 2. Identifikasi Kesalahan Pada Tahap Resep yang disertai dengan paraf dokter
Prescribing Yang Berisiko Menyebabkan diperlukan supaya resep menjadi otentik dan tidak
Medication Error disalahgunakan terutama untuk obat narkotika
No Jenis Kesalahan Jumlah Persentase dan psikotropika. Tidak adanya paraf dokter pada
1 Tidak ada paraf dokter 368 92 % sebagian besar resep pasien rawat inap di RS
2 Tidak ada alamat pasien 320 80%
3 Tidak ada nomor SIP 280 70%
Karitas pada bulan februari 2021 menunjukkan
4 Tidak ada berat badan, 280 70% bahwa belum adanya persamaan persepsi para
tinggi badan pasien dokter tentang pentingnya pencantuman paraf
5 Aturan pakai tidak ada 240 60 % dokter. Penulisan alamat pasien sangat diperlukan
6 Tidak ada nama 240 60%
ruangan/unit pengirim agar jika timbul kesalahan pengobatan, petugas
7 Tidak menuliskan rute 200 50% dapat menghubungi pasien dengan segera.
pemberian obat Banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh dokter
8 Tidak ada bentuk dan 172 43% spesialis di RS Karitas yakni visit pasien, periksa
kekuatan obat
9 Tidak ada jenis kelamin 104 26%
pasien poli maupun menerima konsul dari dokter
pasien lain menyebabkan ketidaklengkapan pencatatan
10 Tidak ada umur pasien 52 13% identitas pasien termasuk alamat pasien.
11 Tulisan resep tidak 48 12 %
terbaca dengan jelas
Pemecahan masalah yang dapat dilakukan yaitu
12 Penulisan nama obat 20 5%
dengan cara meminta petugas administrasi atau
dengan singkatan yang perawat pasien rawat inap untuk membantu
tidak lazim mengisi kelengkapan identitas pasien termasuk
alamat pasien. Pencantuman nomor SIP dokter
Dari hasil di atas dapat terlihat bahwa kesalahan merupakan bukti bahwa dokter yang
yang teridentifikasi berisiko menyebabkan melaksanakan praktek memiliki aspek legalitas.
medication error pada tahap Prescribing yang Pembuatan cap nama dokter disertai nomor SIP
paling sering adalah tidak ada paraf dokter yaitu dokter tersebut merupakan solusi dari
sebanyak 368 kasus (92%), kemudian berturut- permasalahan tersebut. Penulisan berat badan
turut dari jumlah terbanyak yang teridentifikasi pasien diperlukan dalam perhitungan dosis obat
adalah tidak ada alamat pasien sebanyak 320 yang diberikan oleh dokter. Solusi dari
kasus (80 %), tidak ada nomor SIP sebanyak 280 permasalahan ini adalah dengan meminta bantuan
kasus (70%), tidak ada berat badan/tinggi badan perawat untuk menimbang seluruh pasien yang
pasien sebanyak 280 kasus (70%), tidak ada aturan akan diperiksa dan menuliskan hasil pengukuran
pakai sebanyak 240 kasus (60%), tidak ada nama berat badan pasien tersebut di lembar resep.
ruangan/unit pengirim sebanyak 240 kasus (60%), Dalam sebuah resep penulisan aturan pakai
tidak menuliskan rute pemberian obat sebanyak merupakan sesuatu hal yang penting agar obat
200 kasus (50%), tidak ada bentuk dan kekuatan tersebut tepat penggunaan. Tidak adanya aturan
obat sebanyak 172 kasus (43%), tidak ada jenis pakai akan menimbulkan kebingungan dari pasien
kelamin pasien sebanyak 104 kasus (26%), tidak sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam
ada umur pasien sebanyak 52 kasus (13%), tulisan pemakaian obat. Apoteker dapat mengingatkan
resep tidak terbaca dengan jelas sebanyak 48 para dokter jika sebuah resep belum dilengkapi
kasus (12%), dan penulisan nama obat dengan oleh aturan pakai agar pasien menjadi jelas
singkatan yang tidak lazim sebanyak 20 kasus (5%). tentang pemakaian obat yang diberikan. Penulisan
Penulisan resep yang jelas dan lengkap nama ruangan/unit pengirim akan memperjelas
memegang peranan penting dalam pencegahan bagi petugas farmasi dalam mengirimkan obat
medication error. Berdasarkan Peraturan Menteri yang telas dilakukan dispensing. Petugas farmasi
Kesehatan Republik Indonesia nomor 72 tahun harus mengingatkan petugas di unit rawat jalan
2016 tentang Standar Kefarmasian Rumah Sakit maupun rawat inap untuk mengisi nama
menjelaskan tentang kelengkapan penulisan resep ruangan/unit pengirim jika resep tersebut belum

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 84
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583
Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

ada nama ruangan/unit pengirimnya. Penulisan Tabel 3. Identifikasi Kesalahan Pada Tahap
rute pemberian obat akan memperjelas bagi Transcribing Yang Berisiko Menyebabkan
perawat yang akan memberikan obat kepada Medication Error
pasien. Jika sebuah resep belum ada rute
No Jenis Kesalahan Jumlah Persentase
pemberian obat maka petugas farmasi harus 1. Salah membaca nama 0 0%
menanyakan kepada dokter penulis resep agar pasien
2. Salah membaca nama 48 12%
menambahkan rute pemberian obat dalam resep obat
tersebut. Informasi tentang bentuk dan kekuatan 3. Salah membaca dosis 0 0%
obat sangat bermanfaat bagi petugas farmasi obat
4. Salah membaca aturan 40 10%
dalam menyiapkan obat dengan benar. Maka pakai
petugas farmasi harus menghubungi dokter 5. Salah membaca rute 20 5%
pembuat resep agar mengisi bentuk dan kekuatan pemberian
6. Salah membaca durasi 0 0%
obat jika dalam resep tersebut belum ada. pemberian obat
Informasi tentang umur dan jenis kelamin pasien 7. Salah membaca bentuk 17 4,2%
sediaan obat
adalah hal yang penting agar tidak menimbulkan
kesalahan pemberian obat pada orang yang salah.
Dari 7 poin kesalahan yang dapat terjadi pada
Penulisan identitas tersebut dapat dibantu oleh
tahap transcribing, di RS Karitas hanya ditemukan
petugas administrasi atau perawat agar identitas
4 poin kesalahan yaitu salah membaca nama obat,
umur dan jenis kelamin menjadi lengkap dalam
salah membaca aturan pakai, salah membaca rute
resep. Penulisan resep yang dapat terbaca jelas
pemberian dan salah membaca bentuk sediaan
merupakan hal yang penting agar apoteker tidak
obat. Salah membaca nama obat merupakan
salah dalam membaca resep tersebut. Petugas
kesalahan yang terbanyak terjadi di RS Karitas
farmasi dapat menghubungi dokter pembuat
pada tahap transcribing. Berdasarkan hasil
resep jika timbul keraguan tentang tulisan resep
wawancara terhadap informan dapat diketahui
yang tidak jelas. Komite Medis juga perlu untuk
bahwa kesalahan ini disebabkan tulisan dokter
melakukan pembinaan para dokter agar penulisan
yang susah dibaca, petugas farmasi tidak
resep menjadi jelas dan dapat dibaca dengan baik.
menguasai nama obat yang ada di apotek, kurang
Singkatan-singkatan yang tidak lazim yang
teliti membaca resep dan beban kerja yang
digunakan dalam resep dapat menimbulkan
meningkat. Kesalahan membaca aturan pakai
kesalahan dalam menerjemahkan obat yang ditulis
merupakan kesalahan kedua terbanyak yang
dalam resep tersebut. Rumah sakit Karitas harus
terjadi di RS Karitas. Banyaknya resep yang tidak
menetapkan singkatan-singkatan yang lazim
mencantumkan aturan pakai pada tahap
digunakan dalam penulisan resep.
prescribing adalah penyebab kesalahan membaca
Hasil telaah resep dan telaah salinan resep
aturan pakai pada tahap transcribing. Hal yang
di instalasi farmasi RS Karitas pada bulan Februari
sama terjadi pada kesalahan membaca rute
2021, didapatkan hasil kesalahan yang
pemberian obat dan salah membaca bentuk
teridentifikasi berisiko menyebabkan medication
sediaan obat. Penyebabnya adalah
error pada tahap transcribing adalah sebagai
ketidaklengkapan penulisan resep pada tahap
berikut :
transcribing dan penulisan resep yang susah
dibaca.
Dari hasil telaah resep, didapatkan bentuk
kesalahan yang teridentifikasi berisiko
menyebabkan medication error sebagai berikut
pada tahap Dispensing sebagai berikut :

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 85
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583
Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

Tabel 4. Identifikasi Kesalahan Pada Tahap Instalasi Rawat Inap, didapatkan hasil sebagai
Dispensing Yang Berisiko Menyebabkan berikut :
Medication Error
Tabel 5. Identifikasi Kesalahan Pada Tahap
No Jenis Kesalahan Jumlah Persentase Administration Yang Berisiko Menyebabkan
1 Salah pengambilan obat 10 2,5 % Medication Error
2 Salah/tidak lengkap 320 80 %
menulis etiket No Jenis Kesalahan Jumlah Persentase
3 Salah menghitung dosis 8 2% 1. Salah pemberian obat 2 0,46 %
4 Salah memberikan 5 1,25%
2. Salah waktu pemberian 160 40 %
jumlah obat obat
5 Salah mencantumkan 40 10 % 3. Salah teknik pemberian 40 10 %
identitas pasien
obat
6 Tidak memberikan 4. Tidak memberikan 80 20 %
informasi yang jelas
240 60 % informasi yang jelas
tentang penggunaan tentang penggunaan obat
obat kepada pelanggan kepada pasien/keluarga
pasien
Pada tahap dispensing terdapat 6 poin kesalahan Berdasarkan observasi yang dilakukan di
pemberian obat yaitu salah pengambilan obat, instalasi rawat inap RS Karitas baik di ruang Maria
salah/tidak lengkap menulis etiket, salah (SMF Penyakit Dalam), ruang Elisabeth (SMF
menghitung dosis, salah memberikan jumlah obat, Obstetri Ginekologi) dan ruang Emanuel (SMF
salah mencantumkan identitas pasien dan tidak Anak) ditemukan kesalahan pemberian obat
memberikan informasi yang jelas tentang sebanyak 2 kasus (0,46%). Kesalahan ini
penggunaan obat kepada pelanggan. Berdasarkan disebabkan oleh tidak adanya gelang pasien saat
wawancara dan observasi terhadap informan, petugas memberikan obat kepada pasien.
kesalahan pengambilan obat diakibatkan oleh Kesalahan terbanyak yang terjadi pada tahap
nama obat yang mirip (LASA). Pelabelan obat-obat administration adalah salah waktu pemberian
LASA perlu dilakukan sebagai upaya dalam obat, sebanyak 160 kasus (40%). Berdasarkan
mencegah timbulnya kesalahan pengambilan observasi dan wawancara kepada perawat di
obat. Salah/tidak lengkap menulis etiket instalasi rawat inap dapat diketahui bahwa
merupakan kesalahan yang terbanyak terjadi pada penyebab kesalahan ini adalah waktu penyiapan
tahap dispensing di RS Karitas. Berdasarkan hasil obat yang lama dari petugas di instalasi farmasi.
wawancara dan observasi, kesalahan ini terjadi Kondisi saat ini di RS Karitas obat tidak diantarkan
akibat ketidaktelitian dan kelalaian petugas dalam oleh petugas farmasi namun perawat yang
penulisan etiket. Kesalahan menghitung dosis mengambil obat ke instalasi farmasi. Kesalahan
disebabkan oleh kesalahan pada tahap yang berikutnya adalah salah teknik pemberian
sebelumnya yaitu tahap transcribing dan tahap obat, yaitu sebanyak 40 kasus (10%). Kesalahan
prescribing. Ketidaktelitian petugas dan tidak teknik pemberian obat ini disebabkan tidak
dilakukannya crosscheck merupakan penyebab lengkapnya etiket pemberian obat dari farmasi.
kesalahan memberikan jumlah obat dan salah Kesalahan yang terakhir pada tahap
mencantumkan identitas pasien. Kesalahan tidak administration adalah tidak memberikan informasi
memberikan informasi yang jelas tentang yang jelas tentang penggunaan obat kepada
penggunaan obat merupakan kesalahan kedua pasien/keluarga pasien. Dari hasil observasi dapat
terbanyak yang terjadi pada tahap dispensing di RS diketahui bahwa saat memberikan obat kepada
Karitas. Berdasarkan hasil observasi pemberian pasien, terdapat perbedaan tindakan perawat
informasi obat sebagian besar diberikan oleh tentang pemberian informasi penggunaan obat.
apoteker, banyaknya jumlah resep kadangkala Sebagian perawat memberikan penjelasan secara
menjadi penyebab kelalaian petugas dalam lengkap dan jelas, sebagian perawat lainnya
memberikan informasi yang jelas tentang memberikan penjelasan singkat tentang
penggunaan obat kepada pasien. penggunaan obat, sebagian lagi tidak disertai
Dari hasil telaah laporan kejadian di Unit pemberian informasi penggunaan obat.
Farmasi Rawat Inap dan observasi langsung di Diperlukan keseragaman tindakan perawat dalam

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 86
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583
Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

pemberian informasi penggunaan obat kepada melakukan investigasi sederhana melalui


pasien/keluarga di RS Karitas agar dapat prosedur rutin.
mengurangi kasus medication error. 5. Perlakuan risiko yang dilakukan yaitu
Menurut Swiss Cheese Theory lubang- mengadakan komunikasi kepada petugas yang
lubang dalam lapisan keju adalah hambatan- terlibat dalam berbagai tahapan pemberian
hambatan yang ditemukan dalam pelayanan di RS. obat yaitu para dokter penanggungjawab
banyaknya hambatan di instalasi farmasi dan pelayanan (DPJP), apoteker yang
melaksanakan proses skrining resep, asisten
instalasi rawat inap dalam proses pemberian obat
apoteker yang melaksanakan peracikan dan
kepada pasien merupakan sesuatu hal yang harus
pengemasan obat, dan para perawat yang
diambil tindakan oleh pimpinan RS Karitas. memberikan obat.
Hambatan ditemukan dalam tahap prescribing
yaitu sebagian besar resep tidak ada paraf dokter, Saran
hambatan pada tahap transcribing yang terbanyak
yaitu salah membaca nama obat, hambatan pada 1. RS Karitas menggunakan sistem peresepan
tahap dispensing yaitu salah/tidak lengkap dalam elektronik (e-prescribing) dalam upaya
menulis etiket dan hambatan pada tahap menurunkan jumlah kasus medication error di
administration yaitu salah waktu pemberian obat. RS Karitas. Sistem ini sangat berguna bagi
para dokter untuk mengurangi medication
error tahap prescribing dan bagi petugas
KESIMPULAN
farmasi untuk mengurangi medication error
tahap transcribing dan dispensing. Jika e-
1. Pengetahuan dokter, petugas farmasi dan prescribing sudah berjalan baik sebaiknya RS
perawat tentang medication error dalam Karitas menggunakan Automatic Tablet
pelayanan masing-masing baik tahap Dispensing & Packaging System (ATDPS)
Prescribing, Transcribing, Dispensing dan bagi petugas farmasi untuk efisiensi waktu
Administration sudah cukup baik.. dispensing dan menurunkan risiko medication
2. Kebijakan, Standar Prosedur Operasional dan error pada tahap dispensing.
Alur Proses sudah ada dan mudah dibaca, 2. Sosialisasi oleh unit Diklat tentang uraian
dipahami oleh petugas. Namun dalam tugas, wewenang, kebijakan, SPO dan alur
pelaksanaannya masih belum konsisten. proses yang ada di instalasi farmasi oleh unit
3. Dari semua resep yang masuk pada bulan diklat bagi apoteker dan asisten apoteker.
Februari 2021 terdapat 400 resep yang 3. RS Karitas menggunakan sistem Electronic
teridentifikasi berisiko menyebabkan Medication Management (EMM) jika e-
medication error melalui pemeriksaan prescribing dan sistem dispensing obat sudah
kelengkapan resep. Teridentifikasinya risiko berjalan baik maka dapat ditingkatkan dengan
medication error dengan jumlah kasus yang mengintegrasikan dalam sistem informasi
terbanyak pada tahap Prescribing yaitu tidak rumah sakit (SIMRS).
ada paraf dokter sebanyak 368 kasus (92%), 4. Pelatihan yang diselenggarakan oleh unit
tahap Transcribing yaitu salah membaca nama diklat tentang komunikasi bagi dokter,
obat sebanyak 48 kasus (12%), tahap perawat dan petugas farmasi dalam rangka
Dispensing yaitu Salah/tidak lengkap menulis meningkatkan komunikasi antara petugas
etiket sebanyak 320 kasus (80%), dan tahap pemberi pelayanan dengan pasien dan diantara
Administration yaitu salah waktu pemberian petugas sendiri.
obat sebanyak 160 kasus (40%). 5. Pelatihan tentang kebijakan, pedoman,
4. Dari hasil penghitungan skor risiko yang panduan, SPO dan alur proses yang ada di
dilakukan menggunakan Matriks Grading instalasi farmasi oleh unit diklat kepada
Risiko menunjukkan hasil level/ bands risiko apoteker dan asisten apoteker yang baru
berwarna biru dan hijau. Kontrol risiko yang sehingga dapat mempercepat adapatasi di
perlu dilakukan supaya tidak ditemukan instalasi farmasi RS Karitas.
kesalahan pemberian obat lagi adalah dengan

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 87
Jurnal Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit Indonesia E-ISSN: 2865-6583
Vol. 5 No 1, April 2021 P-ISSN: 2865-6298

DAFTAR PUSTAKA 9. Scott L. Medication errors. Vol. 30, Nursing


standard (Royal College of Nursing (Great
1. Permenkes No. 4. Kewajiban Rumah Sakit Britain) : 1987). 2016. 61–62 p.
dan Kewajiban Pasien. 2018;1–35. 10. Kemenkes RI. Standar Pelayanan
2. Muiño Míguez A, Jiménez Muñoz AB, Kefarmasian di Rumah Sakit. Peratur
Pinilla Llorente B, Durán García ME, Menteri Kesehat Republik Indones Nomor
Cabrera Aguilar FJ, Rodríguez Pérez MP. 58 Tahun 2014 [Internet]. 2014;39(1):1–
Patient safety. An Med Interna. 15. Available from:
2007;24(12):602–6. http://dx.doi.org/10.1016/j.biochi.2015.03
3. Permenkes No. 72. Peraturan Menteri .025%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/nature
Kesehatan RI No. 72. 2016;
10402%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/natur
4. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. e21059%0Ahttp://journal.stainkudus.ac.id
Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan /index.php/equilibrium/article/view/1268/
Pasien (IKP). Kementrian Kesehat Republik 1127%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/nrmicr
Indones. 2015;25. o2577%0Ahttp://
5. Permenkes. Keselamatan Pasien Rumah 11. Lisby M, Nielsen LP, Mainz J. Errors in the
Sakit. 2011;111–27. medication process: Frequency, type, and
6. World Health Organisation. Course : potential clinical consequences. Int J Qual
Fundamentals in Patient Safety Topic : Heal Care. 2005;17(1):15–22.
What is Patient Safety ? World Heal Organ
12. Daud A. Sistem pelaporan dan
[Internet]. 2012;1–4. Available from: pembelajaran keselamatan pasien
www.who.int/patientsafety/education/cur nasional (sp2kpn). 2020;38.
riculum/course1_handout.pdf.
7. Permenkes No. 25. Manajemen Risiko.
2019;(May):1–9.
8. Adibi H, Khalesi N, Ravaghi H, Jafari M,
Jeddian AR. Development of an effective
risk management system in a teaching
hospital. J Diabetes Metab Disord.
2012;11(1):1–7.

http://ejournal.urindo.ac.id/index.php/MARSI 88

Anda mungkin juga menyukai