Anda di halaman 1dari 8

PERAN PERAWAT DALAM MENERAPKAN PRINSIP PASIEN

SAFETY di RS
Rahmatia Sitanggang/181101137

Rahmatiasitanggang@gmail.com

ABSTRAK

Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan keperawatan terhadap pasien
menjadi lebih aman. Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia yang sangat
dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang optimal. Berdasarkan hal tersebut, penerapan
pasien safety oleh perawat sangat penting dalam upaya mengurangi insiden kecelakaan
kerja pada pasien. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan
untuk mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan
melalui suatu sistem assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko Tujuan penelitian ini adalah untuk Terciptanya
budaya keselamatan pasien di rs, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat, menurunnya KTD, terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan KTD. Metode yang diguna adalah metode kualitatif di mana
maksudnya dengan cara mengumpulkan sebanyak-banyaknya data untuk dianalisis. Yaitu
dengan Literature review ini dengan menganalisis yang berfokus pada Peran perawat dalam
menerapkan prinsip pasien safety di rs adapun tinjauan literatur yang digunakan seperti
buku teks, bukureferensi, jurnal, dan google scholar. Dengan kata kunci berpikir kritis dan
pengambilan keputusn klinis. Dan yang digunakan adalah 14 literatur yang diterbitkan 10
tahun terakhir.
KATA KUNCI : Peran Perawat, Penerapkan Prinsip Patient, Safety di Rs

PENDAHULUAN
Keselamatan Pasien (patient safety) merupakan isu global dan nasional bagi
seluruh rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar
dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu kesehatan (WHO,
2004). Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) pasien di
rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit oleh tenaga
kesehatan, keselamatan lingkungan (green productivity) dan keselamatan bisnis
rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan patient tersebut sangatlah penting untuk
dilaksanakan di setiap rumah sakit dan diterapkan. Harus diakui kegiatan institusi
rumah sakit dapat berjalan dengan baik apabila ada pasien. Karena itu keselamatan
pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait
dengan isu mutu dan citra perumahsakitan (Depkes, 2008, p.17)

Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan


yang mengagetkan banyak pihak: “To Err Is Human”, Building a Safer Health
System. Laporan itu mengemukakan hasil penelitian di rumah sakit di Utah dan
Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD sebesar 2,9%,
dimana 6,6% diantaranya meninggal. Sedangkan di New York kejadian terjadinya
KTD adalah sebesar 3,7% dengan angka kematian13,6 %. Publikasi WHO pada
tahun 2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara
maju seperti Amerika, Denmark, dan Australia masih ditemukan KTD dengan
rentang 3,2–16,6%. Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan
penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien (Depkes, 2008, p.18).

Rumah Sakit (RS) adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang
harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, seperti
yang dijelaskan dalam UndangUndang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan
Undang-Undang Rumah Sakit Nomor 44 Tahun 2009 bahwa rumah sakit wajib
melaksanakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan
efektif, dengan mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit wajib memberikan
hak pasien memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di
rumah sakit. (Permenkes RI Nomor 1961/Menkes/2011).

Kebutuhan keselamatan adalah kebutuhan yang datang setelah kebutuhan fisiologis.


Dengan keamanan yang tidak terpenuhi, pasien berisiko mengalami cedera. Oleh
karena itu peran perawat sebagai pendidik diperlukan untuk mencegah cedera.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara peran perawat
sebagai pendidik dengan pemenuhan kebutuhan & keselamatan pasien. Peran
perawat sebagai pendidik tentang kebutuhan keselamatan dapat ditunjukkan selama
pasien pertama kali tiba. Poster di dinding bangsal sebagai media informasi
mengarah untuk memenuhi kebutuhan keselamatan pasien. Selain itu, dukungan
keluarga juga diperlukan untuk memastikan kebutuhan keselamatan pasien
terpenuhi.

Patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera
pada pasien akibat perawatan medis, infeksi nosokomial, dan kesalahan pengobatan
yang tidak seharusnya terjadi 1. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan
prioritas utama dalam pemberian pelayanan kesehatan dan keperawatan di Rumah
Sakit 2. Perawat yang memberi asuhan keperawatan selama 24 jam seharusnya
memiliki peran penting dalam menjamin keselamatan pasien 4. Cedera, kecacatan,
bahkan kematian menjadi ancaman masa depan bagi pasien terutama pasien anak
karena mereka belum bisa menyadari dan mengungkapkan adanya bahaya dari
tindakan yang tidak atau salah dilakukan oleh pelayanan kesehatan 6. Keperawatan
sebagai pelayanan yang profesional harus bertindak dengan didasari oleh ilmu
pengetahuan7, termasuk pengetahuan tentang patient safety, sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan berkualitas dan bermanfaat dalam mencegah insiden
kejadian tidak diinginkan (KTD) 8. Joint Comission International (JCI) membuat
standar pelaksanaan patient safety di rumah sakit yang disebut dengan International
Patient Safety Goals for Hospital yang mengandung sasaran keselamatan pasien,
yaitu identify patients correctly (mengidentifikasi pasien dengan benar), improve
effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif), improve the
safety of high-alert medication (meningkatkan keamanan obat-obat yang perlu
diwaspadai), ensure correct site, correct-procedure, correct-patient surgery
(kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi), reduce the risk of
health care-associated infections (menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan), reduce the risk of patient harm resulting from falls (pengurangan risiko
jatuh). Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan keperawatan
terhadap pasien menjadi lebih aman. Perawat merupakan salah satu sumber daya
manusia yang sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang optimal. Berdasarkan
hal tersebut, penerapan pasien safety oleh perawat sangat penting dalam upaya
mengurangi insiden kecelakaan kerja pada pasien.

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus


menerapkan keselamatan pasien. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif, dan
tindakan yang mengutamakan keselamatan pasien. Perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan harus dengan penuh kepedulian. Sikap perawat untuk menjaga
keselamatan pasien sangat berperilaku dalam pencegahan, pengendalian dan
peningkatan keselamatan pasien (Hutchinson, 2011).

Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan 24 jam yang terus menerus,


dengan jumlah tenaga keperawatan yang begitu banyak, berada di berbagai unit
kerja rumah sakit. Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien,
perawat melakukan prosedur dan tindakan keperawatan yang banyak dan dapat
menimbulkan risiko salah begitu besar. Saat ini sudah ada pelaporan kejadian di
rumah sakit, tetapi tidak dianalisis. Perawat dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya berkolaborasi dengan dokter memberikan terapi kepada pasien
yang berpotensi besar melakukan suatu kesalahan jika tidak mempunyai tingkat
pengetahuan dan kesadaran yang tinggi bahwa tindakan yang dilakukan akan
memberikan efek negatif pada pasien. Salah satu diantaranya adalah dalam
pemberian obat. Perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan karakteristik perawat yang
bersifat bawaan yang teridentifikasi berupa tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
dan pengalaman pribadi. Faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku perawat
adalah lingkungan seperti pengaruh orang lain yang dianggap penting atau
kepemimpinan, budaya dan sistem organisasi. Faktor ini sering menjadi faktor
dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmojo, 2012). Faktor eksternal
berupa pengaruh orang lain juga dapat menimbulkan sikap perawat terhadap
pelaksaan keselamatan pasien. Perilaku perawat yang tidak menjaga keselamatan
pasien berkontribusi terhadap insiden keselamatan pasien. Perawat yang tidak
memiliki kesadaran terhadap situasi yang cepat memburuk gagal mengenali apa
yang terjadi dan mengabaikan informasi klinis penting yang terjadi pada pasien
dapat mengancam keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, Lupa, kurangnya
perhatian, motivasi, kecerobohan dan kelelahan berisiko untuk terjadinya kesalahan
selanjutnya pengurangan kesalahan dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku
(Choo dkk, 2010).

TUJUAN
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rs, meningkatnya akuntabilitas rumah
sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya KTD, terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD.

METODE

Metode yang diguna adalah metode kualitatif di mana maksudnya dengan cara
mengumpulkan sebanyak-banyaknya data untuk dianalisis. Yaitu dengan Literature
review ini dengan menganalisis yang berfokus pada Peran perawat dalam
menerapkan prinsip pasien safety di RS adapun tinjauan literatur yang digunakan
seperti buku teks, bukureferensi, jurnal, dan google scholar. Dengan kata kunci
berpikir kritis dan pengambilan keputusn klinis. Dan yang digunakan adalah 14
literatur yang diterbitkan 10 tahun terakhir.

HASIL DAN BAHASAN

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan untuk
mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan
melalui suatu sistem assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI,
2006). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP Sanglah
Denpasar, 2011).

Taylor, et al. (1993) mengungkapkan bahwa keperawatan merupakan profesi


yang berfokus kepada pelayanan dan bertujuan membantu pasien mencapai
kesehatannya secara optimal. Oleh karena itu pada saat memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien, perawat harus mampu memastikan bahwa pelayanan
keperawatan yang diberikan mengedepankan keselamatan. Perawat harus memiliki
kesadaran akan adanya potensi bahaya yang terdapat di lingkungan pasien melalui
pengidentifikasian bahaya yang mungkin terjadi selama berinteraksi dengan pasien
selama 24 jam penuh, karena keselamatan pasien dan pencegahan terjadinya cedera
merupakan salah satu tanggung jawab perawat selama pemberian asuhan
keperawatan berlangsung.

Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat utama untuk diterapkan di


semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety

Solutions dari WHO (2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan

Pasien Rumah Sakit (KKPRS PERSI), dan dari Joint Commission International
(JCI). RSUP Sanglah Denpasar merupakan Rumah Sakit pendidikan Tipe A dengan
sumber manusia (dokter, perawat, dan lain-lain) yang cukup dan telah mempunyai
berbagai peralatan canggih yang memadai dan telah terakreditasi

Joint Commission International (JCI) (TKPRS RSUP Sanglah Denpasar, 2011)

Maksud dari Sasaran dan Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan


spesifik untuk menunjang keselamatan pasien. Sasaran menyororitas
bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan
bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan
ini dengan benar. Diakui bahwa desain sistem baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat
mungkin sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh.

PENUTUP

Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan di


rumah sakit. Keselamatan pasien dalam keperawatan merupakan bagian integral dari
program keselamatan pasien rumah sakit. Peran perawat dalam pelaksanaan Sasaran
Keselamatan Pasien perlu dioptimalkan dalam rangka peningkatan mutu dan
keselamatan pasien. Perawat di semua level harus disamakan dulu persepsinya
khususnya dalam pemahaman Sasaran Keselamatan Pasien agar memberikan
konstribusi yang optimal.

REFERENSI
Darliana, D. (2016). Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Upaya Penerapan Patient
Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr, Zainoel Abidin
Banda Aceh. Idea Nursing Journal. 7 (1), 62-63.

Firawati. (2012). Pelaksanaan Program Keselamtan pasien di RSUD Solok. Jurnal


Kesehatan Masyarakat. 6 (2), 74-77.

Ginting, D. (2019). Kebijakan Penunjang Medis Rumah Sakit (SNARS). Yogyakarta :


Deepublish.

Harus, B., D., & Sutriningsih, A. (2015). Pengetahuan Perawat Tentang Keselamatan
Pasien dengan Pelaksanaan Prosedur Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS)
di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. 3(1), 25-27.

Herawati, Y., T. (2015). Budaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
X Kabupaten Jember. Jurnal Ikatan Kesehatan Masyarakat. 11(1), 54-58.

Hermanto, W. (2016). Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Patient Safety di Rumah


Sakit Adi Husada Surabaya. Adi Husada Nursing Journal. 2(1), 68-69

Iskandar, E. (2017). Tata Kelola dan Kepatuhan Penerapan Standar Patient Safety
Penyakit Stroke di Rumah Sakit Dr Kanujoso Djatiwibowo. Jurnal Administrasi
Rumah Sakit. 3(3), 169-170.

Ismainar, H. (2019). Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Yogyakarta : Deepublish.

Kemenkes RI. (2011). Permenkes RI No.1691/Menkes/VIII/2011 tentang Keselamatan


Pasien Rumah Sakit.

Najihah. (2018). Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien Di


Rumah Sakit: Literature Review. Journal Of Islamic Nursing. 3 (1), 1-4.

Rivai, F., Sidin, A., I., & Kartika, I. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Implementasi Keselamatan Pasien Di Rsud Ajjappannge Soppeng Tahun 2015.
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. 5(4), 152-154.

Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima


Pasien Berbasis Komunikasi Efektif: SBAR.
Yasmi, Y., & Thabrany, H. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Budaya
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi Bogor Tahun 2015.
Jurnal Administrasi Rumah Sakit. 4 (2), 99-103.

Yulidar, Girsang, E., & Nasution, A., N. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Perawat Dalam Rangka Penerapan Patient Safety di
Rawat Inap Rumah Sakit Royal Prima Jambi Tahun 2018. Scientia Journal. 8
(1), 370-371.

Yusuf, M. (2017). Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan. 5 (1), 84-85.

Anda mungkin juga menyukai