Anda di halaman 1dari 6

SAFE PATIENT HANDLING

M.RAMADHANI : 19031076

19B

1. Pengertian patient safety

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem


dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini
termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem
ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).

Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient


safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena
kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan
resiko. Meliputi: assessment risiko,identifikasi dan pengelolaan hal
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko.
Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadipenanggulangan KTD

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:


1. Identify patients correctly(mengidentifikasi pasien secara
benar)
2. Improve effective communication(meningkatkan komunikasi
yang efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications(meningkatkan
keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure
surgery(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan
pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections(mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls(mengurangi risiko
pasien terluka karena jatuh).

 
Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan
untuk mengembangkan budaya Patient safety ini :
1. put the focus back on safety

setiap staf yang bekerja di rumah sakit ingin memberikan yang terbaik
dan teraman untuk pasien supaya keselamatan pasien ini bisa
dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan dukungan,
patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit
atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO rumah sakit yang
terlibat dalam safe patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa
tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan
dan mereka memegang peran kunci dalam membangun dan
mempertahankan focus patient safety didalam rumah sakit.
2. think small and make the right thing easy to do

memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin


membutuhkan langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan
memecah kompleksitas ini dan membuat langkah-langkah yang lebih
mudah mungkin akan memberikan peningkatan yang lebih nyata.
3. Encourage open reporting

Belajar dari pengalaman meskipun itu sesuatu yang salah adalah


pengalaman yang berharga. Koordinator patient safety dan manajer
rumah sakit membuat budaya yang mendorong pelaporan. Mencatat
tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya
dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien.
Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi
pembelajaran bagi semua staf.
4. Make data capture a priority

Dibuthkan system pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari


dan mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya
saja data mortalitas. Dengan perubahan data mortalitas dari tahun ke
tahun, klinisi dan manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari
penerapan patient safety.

 
5. Use system-wide approaches
Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual.
Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada system pendukung yang
kuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk melakukan
peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien.
Tetapi jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh
kedalam system yang berlaku di RS,maka peningkatan yang terjadi
hanya akan bersifat sementara.
6. Build implementation knowledge

Staf juga membutuhkan motivasi untuk mengembangkan


metodologi,sistem berfikir, dan implementasi program.pemimpin
sebagai pengarah jalannya program disini memegang
peranan kunci.di inggris pengembangan mutu pelayanan kesehatan
dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum
kedokteran dan keperawatan,sehingga diharapkan sesudah lulus
kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.
7. Involve patients in safety efforts

Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti


dapat memberikan pengaruh yang positif.perannya saat ini mungkin
masih kecil,tetapi akan terus berkembang.dimasukkannya perwakilan
masyarakat umum dalam komite keselamatan pasien adalah salah
satu bentuk konstribusi aktif dari masyarakat (pasien).
8. Develop top-class patient safety leaders

Prioritas keselamatan pasien,pembangunan system untuk


pengumpulan data-data berkualitas tinggi,mendorong budaya tidak
saling menyalahkan,memotivasi staf,dan melibatkan pasien dalam
lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam
semalam.diperlukan kepemimpinan yang kuat,tim kompak,serta
dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan
pengembangan budaya patient safety.seringkali RS harus bekerja
dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerja sama tim
dan keterampilan komunikasi staf.dengan kepemimpinan yang
baik,masing-masing anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda
dapat berkolaborasi yang erat.

 
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien Rumah sakit
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Kembangkan system pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan pasien

Pendekatan penanganan KTD atau Error menurut James Reason


dalam Human error management models and management dikatakan
ada 2 (dua) pendekatan dalam penanganan error atau KTD :
1. Pendekatan Personal

Pendekatan ini memfokuskan pada tindakan yang tidak aman,


melakukan pelanggaran prosedur dari orang-orang yang menjadi
ujung tombak pelayanan kesehatan (dokter, perawat, ahli bedah, ahli
anestesi, farmasi, dll). Tindakan tidak aman ini dianggap berasal dari
proses mental yang menyimpang seperti mudah lupa, kurang
perhatian, motivasi yang buruk, tidak hati-hati, dan sembrono.
Sehingga bila terjadi suatu KTD akan dicari siapa yang berbuat salah.
2. Pendekatan Sistem

Pemikiran dasar dari pendekatan ini yaitu bahwa manusia dapat


berbuat salah dan karenanya dapat terjadi kesalahan. Disini
kesalahan dianggap lebih sebagai konsekuensi daripada sebagai
penyebab. Dalam pendekatan ini diasumsikan bahwa kita tidak akan
dapat mengubah sifat alamiah manusia ini, tetapi kita harus
mengubah kondisi dimana manusia itu bekerja. Pemikiran utama dari
pendekatan ini adalah pada pertahanan system yang digambarkan
sebagai model keju swiss. Dimana berbagai pengembangan pada
kebijakan, prosedur, profesionalisme, tim, individu, lingkungan dan
peralatan akan mencegah atau meminimalkan terjadinya KTD.

 
 

Penyebab utama terjadinya Error


1. Communication problems
2. Inadequate information flow
3. Human problems
4. Patient-related issues
5. Organizational transfer of knowledge
6. Staffing patterns/work flow
7. Technical failures
8. Inadequate policies and procedures (AHRQ Publication No. 04-
RG005, December 2003) Agency for Healthcare Research and
Quality

Anda mungkin juga menyukai