Anda di halaman 1dari 20

SKENARIO 1

Klarifikasi Istilah :

1. Gerakan “patient safety”


- Gerakan keselamatan pasien merupakan organisasi, dimana bertujuan untuk menghindari
kesalahan, pada prinsipnya pengobatan pasien sesuatu yang harus
dipertanggungjawabkan oleh pimpinan pengobatan.
- Pada prinsipnya keselamatan pasien bukan berarti harus tidak ada risiko sama sekali agar
semua tindakanmedis dapat dilakukan.
- Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
- Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien
di rumah sakit menjadi lebih aman.
- Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

2. Asesmen resiko
- Resiko medis terdiri dari kata “resiko” dan “medis”. Resiko (risk) mengandung pengertian
“the possibility of something bad happening at some time in the future; a situation that
could be dangerous or have a bad result” (Wehmeir:2005) atau kemungkinan terjadinya
sesuatu yang tidak baik dikemudian hari; situasi yang dapat membahayakan atau
mempunyai hasil yang tidak baik.
- Asesmen resiko medis dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk mencegah keadaan yang
tidak dikehendaki baik oleh pasien maupun oleh dokter atau dokter gigi sendiri, setelah
dokter atau dokter gigi berusaha semaksimal mungkin dan juga standar profesi, standar
pelayanan medis dan standar profesional prosedur telah terpenuhi, namun kecelakaan itu
tetap terjadi.

3. Implementasi
- Implementasi adalah penerapan atau pelaksanaan.
- Arti implementasi adalah suatu tindakan atau penerapan yang dilakukan berdasarkan
rencana yang telah disusun atau dibuat dengan cermat dan terperinci
Questions

1. Apa saja sasaran dalam gerakan pasien safety tersebut?


Jawab :

Enam poin penting sebagai sasaran keselamatan bagi pasien.


1. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Hal ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar bisa meningkatkan atau
memperbaiki ketelitian dalam identifikasi pasien. Aplikasinya seperti identifikasi
sebelum pemberian atau pengambilan darah, konsumsi obat dan tindakan lainnya. Salah
satu pendukung poin ini adalah penggunaan gelang identitas pasien.

2. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Cara ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar komunikasi bisa berjalan dengan
efektif. Hal ini bertujuan agar komunikasi lisan terjadi dengan akurat, sehingga
informasinya bisa diterapkan secara konsisten.

3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT ATAU HIGH ALERT YANG HARUS


DIWASPADAI
Cara ini dilakukan agar memastikan obat tetap aman untuk diberikan kepada pasien.
Prosedur ini berkaitan dengan proses identifikasi, pemberian label, penetapan lokasi dan
penyimpanannya.
4. KEPASTIAN TERHADAP LOKASI, PROSEDUR DAN PASIEN OPERASI
Cara ini diaplikasikan agar pasien tercatat dengan valid sebelum mendapatkan tindakan
operasi.

5. PENGURANGAN TERHADAP RISIKO INFEKSI SETELAH MENGGUNAKAN


PELAYANAN KESEHATAN
Hal ini adalah prosedur dalam pencegahan penyakit menular dan infeksi sesuai dengan
pedomannya.

6. PENGURANGAN RISIKO JATUH


Setiap tenaga medis harus memahami dan mengaplikasikan sejumlah langkah untuk
memastikan pasien tidak mengalami risiko jatuh. Semua langkah akan diawasi untuk
memastikan keberhasilannya. Dengan begitu segala risiko tersebut tidak akan menimpa
pasien yang tengah dirawatnya.

2. Apa tujuan digerakkannya patient safety tersebut?


Jawab :

Tujuan “Patient safety” adalah


- Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;
- Menurunnya KTD di RS
- Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD.

3. Bagaimana isi dari peraturan menteri kesehatan no 1691/2011 tentang keselamatan pasien
rumah sakit?
Jawab :
4. Apa langkah-langkah dari gerakan patient safety?
Jawab :

1. Komunikasi efektif. Prosedur keselamatan pasien yang pertama adalah dengan


melakukan komunikasi secara efektif. ...
2. Meningkatkan keamanan obat. ...
3. Tepat pasien. ...
4. Tepat prosedur. ...
5. Mengurangi infeksi dengan mencuci tangan. ...
6. Mengurangi resiko. ...
7. Identitas pasien.
5. Apa manfaat dari gerakan pasien safety?
Jawab :

Program keselamatan pasien ini memberikan berbagai manfaat bagi rumah sakit antara lain:
1. Adanya kecenderungan “GreenProduct” produk yang aman di bidang industri lain seperti
halnya menjadi persyaratan dalam berbagai proses transaksi, sehinggasuatu produk
menjadi semakin laris dan dicari masyarakat.
2. Rumah sakit yang menerapkan keselamatan pasien akan lebih mendominasi pasar jasa
bagi perusahaan-perusahaan dan Asuransi-asuransi dan menggunakan Rumahsakit
tersebut se3bagai provider kesehatan karyawan/klien mereka, dan kemudian diikuti oleh
masyarakat untuk mencari Rumah sakit yang aman
3. Kegiatan Rumah sakit akan lebih memfokuskan diri dalam kawasan keselamatan pasien.

6. Apa standar keselamatan pasien?


Jawab :

Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada ”Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of
Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi perumahsakitan di Indonesia. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh
standar yaitu :

1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan tau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah Rumah Sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan keperawatan. Kriterianya adalah
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien
adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di Rumah Sakit harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan keperawatan. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan
keluarga dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari rumah sakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien. Standarnya adalah Rumah Sakit harus mendisain proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD (Kecelakaan Tidak Diharapkan),
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah:
a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program melalui penerapan “7
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program mengurangi KTD.
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan keselamatan pasien.
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan
“Kejadian Tidak Diharapkan” ( Adverse event).
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar
Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’
pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
6) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden. misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil
risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian
Sentinel”.
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.
8) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan kegiatan perbaikan
kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala
terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
9) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
1) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien.
2) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
3) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Standarnya
adalah:
a. RS merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat, dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.

- JOURNAL OF ISLAMIC. NURSING. Volume 3 Nomor 1, Juli 2018


- Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 No 2 July-December 2018
- The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.2, Juli 2016)
- Journal of Clinical Pharmacology, 102-108. Depkes RI. (2008). 
- Journal of patient safety September 2020 - Volume 16 - Issue 3
LEARNING OBJECTIVE

1. DEFINISI DAN TUJUAN PATIENT SAFETY


Jawab :

Definisi

- Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
- Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien
di rumah sakit menjadi lebih aman.
- Pada prinsipnya Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil tetapi bukan berarti harus tidak ada risiko sama sekali agar semua tindakanmedis
dapat dilakukan.
- Sistem tersebut terdiri dari asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melakukan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Tujuan

Tujuan “Patient safety” adalah


- Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;
- Menurunnya KTD di RS
- Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD.

2. PRINSIP DAN KONSEP PATIENT SAFETY


Jawab :

J. Adm. Kebijak. Kesehat., Vol. 11, No. 2, Mei–Agustus 2013: 76–79

Prinsip
Tujuh prinsip menuju keselamatan pasien rumah sakit terdiri dari:
1) Kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien
2) Komitmen pelayanan kesehatan berorientasi patient safety
3) Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden terkait patient safety
4) Kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety
5) Kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang faktor risiko insiden
terkait patient safety
6) Kemampuan mengidentifikasi akar masalah penyebab masalah terkait patient safety
7) Kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk mencegah
kejadian berulang.

Konsep

 Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di
rumahsakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahanakibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.Sistem tersebut meliputi : Assesment Risiko, Identifikasi dan Pengelolaan Risiko
(Laporan danAnalisa), Belajar dari Insiden (Tindak Lanjut dan Implementasi Solusi).

3. MANFAAT PATIENT SAFETY


Jawab :

Program keselamatan pasien ini memberikan berbagai manfaat bagi rumah sakit antara lain:
1. Adanya kecenderungan “GreenProduct” produk yang aman di bidang industri lain seperti
halnya menjadi persyaratan dalam berbagai proses transaksi, sehinggasuatu produk
menjadi semakin laris dan dicari masyarakat.
2. Rumah sakit yang menerapkan keselamatan pasien akan lebih mendominasi pasar jasa
bagi perusahaan-perusahaan dan Asuransi-asuransi dan menggunakan Rumahsakit
tersebut se3bagai provider kesehatan karyawan/klien mereka, dan kemudian diikuti oleh
masyarakat untuk mencari Rumah sakit yang aman
3. Kegiatan Rumah sakit akan lebih memfokuskan diri dalam kawasan keselamatan pasien.

4. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PATIENT SAFETY


Jawab :

Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient  Safety, 2
May 2007), yaitu:

          Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike


medication names)
      Pastikan identifikasi pasien
       Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
      Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
      Kendalikan cairan elektrolit pekat
      Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
          Hindari salah kateter dan salah sambung slang
      Gunakan alat injeksi sekali pakai
       Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

Journal of patient safety September 2020 - Volume 16 - Issue 3

LANGKAH LANGKAH KEGIATAN PELAKSANAAN PATIENT SAFETY 

a. Di Rumah Sakit

1.      Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan
susunan organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat,
tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
2.      Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan
internal tentang insiden
3.      Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia
4.      Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan
menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
5.      Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan
hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru
dikembangkan.

b. Di Provinsi/Kabupaten/Kota

1.      Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah sakit di


wilayahnya
2.      Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran
terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit.
3.      Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit

c. Di Pusat

1.      Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan Rumah


Sakit Seluruh Indonesia
2.      Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3.      Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas
Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan dengan
jejaring pendidikan.
4.      Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatan pasien.

Selain itu, menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk
mengembangkan budaya Patient safety ini
1. Put the focus back on safety
Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik dan teraman untuk
pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua staf merasa
mendapatkan dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah
sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang terlibat dalam safer
patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk keselamatan
pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang peran kunci dalam membangun
dan mempertahankan fokus patient safety di dalam RS.
2. Think small and make the right thing easy to do
Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan
langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini dan
membuat langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan peningkatan
yang lebih nyata.
3. Encourage open reporting
Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman yang
berharga. Koordinator patient safety dan manajer RS harus membuat budaya yang
mendorong pelaporan. Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama
pentingnya dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien. Diskusi
terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi pembelajaran bagi semua
staf.
4. Make data capture a priority
Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan mengikuti
perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data mortalitas. Dengan
perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat
bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.
5. Use systems-wide approaches
Keselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual. Pengembangan hanya
bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong
untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien.
Tetapi jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh kedalam sistem
yang berlaku di RS, maka peningkatan yang terjadi hanya akan bersifat sementara.
6. Build implementation knowledge
Staf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan metodologi,
sistem berfikir, dan implementasi program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya
program disini memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan
keperawatan, sehingga diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian
dalam budaya kerja.
7. Involve patients in safety efforts
Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat memberikan
pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi akan terus
berkembang. Dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite keselamatan
pasien adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien). Secara
sederhana pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut: apa
masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang tidak boleh kukerjakan?
8. Develop top-class patient safety leaders

Prioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data


berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan
melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam
semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak, serta dedikasi dan
komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan pengembangan budaya patient safety.
Seringkali RS harus bekerja dengan konsultan leadership untuk mengembangkan
kerjasama tim dan keterampilan komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik,
masing-masing anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi
dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.

5. SASARAN DAN STANDAR PATIENT SAFETY


Jawab :

Sasaran

Enam poin penting sebagai sasaran keselamatan bagi pasien.


1. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
Hal ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar bisa meningkatkan atau
memperbaiki ketelitian dalam identifikasi pasien. Aplikasinya seperti identifikasi
sebelum pemberian atau pengambilan darah, konsumsi obat dan tindakan lainnya. Salah
satu pendukung poin ini adalah penggunaan gelang identitas pasien.

2. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF


Cara ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar komunikasi bisa berjalan dengan
efektif. Hal ini bertujuan agar komunikasi lisan terjadi dengan akurat, sehingga
informasinya bisa diterapkan secara konsisten.

3. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT ATAU HIGH ALERT YANG HARUS


DIWASPADAI
Cara ini dilakukan agar memastikan obat tetap aman untuk diberikan kepada pasien.
Prosedur ini berkaitan dengan proses identifikasi, pemberian label, penetapan lokasi dan
penyimpanannya.

4. KEPASTIAN TERHADAP LOKASI, PROSEDUR DAN PASIEN OPERASI


Cara ini diaplikasikan agar pasien tercatat dengan valid sebelum mendapatkan tindakan
operasi.

5. PENGURANGAN TERHADAP RISIKO INFEKSI SETELAH MENGGUNAKAN


PELAYANAN KESEHATAN
Hal ini adalah prosedur dalam pencegahan penyakit menular dan infeksi sesuai dengan
pedomannya.

6. PENGURANGAN RISIKO JATUH


Setiap tenaga medis harus memahami dan mengaplikasikan sejumlah langkah untuk
memastikan pasien tidak mengalami risiko jatuh. Semua langkah akan diawasi untuk
memastikan keberhasilannya. Dengan begitu segala risiko tersebut tidak akan menimpa
pasien yang tengah dirawatnya.

Standar

Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada ”Hospital
Patient Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of
Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi perumahsakitan di Indonesia. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh
standar yaitu :

1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut:
d. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
e. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
f. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan tau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah Rumah Sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan keperawatan. Kriterianya adalah
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien
adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di Rumah Sakit harus ada sistem dan
mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan keperawatan. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan
keluarga dapat:
h. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
i. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
j. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
k. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
l. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS.
m. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
n. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi
antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:
4. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari rumah sakit.
5. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
6. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
7. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien. Standarnya adalah Rumah Sakit harus mendisain proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD (Kecelakaan Tidak Diharapkan),
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien dengan
kriteria sebagai berikut:
e. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
f. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja.
g. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.
h. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien standarnya adalah:
f. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program melalui penerapan “7
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
g. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko keselamatan
pasien dan program mengurangi KTD.
h. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
i. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan keselamatan pasien.
j. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
10) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
11) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) sampai dengan
“Kejadian Tidak Diharapkan” ( Adverse event).
12) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
13) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
14) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden
termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar
Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan “Kejadian Sentinel’
pada saat program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
15) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden. misalnya menangani
“Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil
risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian
Sentinel”.
16) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.
17) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan kegiatan perbaikan
kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala
terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
18) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien. Standarnya adalah:
c. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
d. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan kriteria sebagai berikut:
4) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien.
5) Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
6) Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien. Standarnya
adalah:
c. RS merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien
untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
d. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat, dengan kriteria sebagai
berikut:
3) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk
memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
4) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada.

Standarnya adalah:
a--      RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
b--  RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan &
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

6. MANAJEMEN PATIENT SAFETY


Jawab :

Anda mungkin juga menyukai