Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDUAL

MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


PATIENT SAFETY DALAM UNIT RAWAT INAP
RUMAH SAKIT

Oleh:

Muhammad Aldo Anugrah (216080279)

XXXV-A

Dosen:

dr. Yanuar Jak, Sp.OG, MARS, Ph.D

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

JAKARTA
Patient Safety

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan di
rumah sakit yaitu keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan
kelangsungan hidup rumah sakit.
Salah satu tujuan penting dari penerapan sistem keselamatan pasien di rumah sakit
adalah mencegah dan mengurangi Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Insiden keselamatan
pasien adalah segala sesuatu yang terjadi secara sengaja atau tidak sengaja dan kondisi
mengakibatkan atau berpotensi untuk menimbulkan cidera pada pasien, yang terdiri dari
Kejadian tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera
(KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden keselamatan pasien sewaktu-waktu
dapat terjadi tanpa direncanakan yang dapat membahayakan pasien dan tidak
terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien.
Insiden keselamatan pasien dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Insiden berbahaya

Insiden yang dapat membahayakan dan merugikan pasien


sehingga planning perawatan tidak sesuai yang diharapkan.

2. Insiden tidak berbahaya

Insiden yang tidak menimbulkan bahaya dan kerugian pada pasien.

3. Insiden nyaris berbahaya

Insiden yang tidak membahayakan pasien tetapi memiliki potensi atau resiko untuk
bahaya dan kerugian.

Dalam upaya untuk mencegah insiden keselamatan pasien di rumah sakit WHO
memberikan panduan untuk keselamatan pasien (Collaborating Centre for Patient
Safety resmi menerbitkan panduan “Nine ife-Saving Patient Safety Solutions” (“Sembilan
Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit”). Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah
sebagai berikut:

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look- alike, sound-alike medication
names)
2. Pastikan identitas pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit yang pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada transisi asuhan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi (HAIs/
Healthcare Associated Infections)

Di Indonesia sendiri, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) telah


membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) pada tanggal 1 Juni 2005,
dan telah menerbitkan Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien. Keselamatan
Pasien Rumah Sakit- KPRS (patient safety) adalah suatu system dimana RS membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk: Assesment risiko, Identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, Peloporan dan analisis insiden, Kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.


2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD.

Adapun 7 Standar Keselamatan Pasien RS (KARS – DepKes / Panduan Nasional


Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006):
Standar I. Hak pasien

Standar: Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Kriteria: Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan, dokter penanggung jawab
pelayanan wajib membuat rencana pelayanan, dokter penanggung jawab pelayanan wajib
memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang
rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga

Standar: RS harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria: Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan


pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada sistem
dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga
dapat : Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur, mengetahui kewajiban
dan tanggung jawab pasien dan keluarga, mengajukan pertanyaan- pertanyaan untuk hal yang
tidak dimengerti, memahami dan menerima konsekuensi pelayanan, mematuhi instruksi dan
menghormati peraturan RS, memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dan
emenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.

Standar: RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga


dan antar unit pelayanan.

Kriteria: Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat
pasien keluar dari RS, terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap
pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar, terdapat koordinasi
pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga,
pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan
primer dan tindak lanjut lainnya, terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.

Standar IV. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.

Standar: RS harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria: Setiap RS harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu pada
visi, misi, dan tujuan RS, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis
terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
sesuai dengan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien RS”, setiap RS harus melakukan
pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan: pelaporan insiden, akreditasi,
manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan, setiap RS harus melakukan evaluasi
intensif terkait dengan semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi, setiap RS harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja
dan keselamatan pasien terjamin.

Standar V. Peran kepemimpina dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standar: Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien


secara terintegrasi dalam organsasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah sakit”, pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk
identifikasi risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi kejadian tidak
diharapkan, pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan oordinasi antar unit
dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien, pimpinan
mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan menigkatkan
kinerja rumah sait serta meningkatkan keselamatan pasien dan pimpinan mengukur dan
mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan
pasien.

Kriteria: Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien, tersedia
program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan insiden,
yang mencakup jenis-jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari “kejadian nyaris
cedera (near miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan” (adverse event), Tersedia
mekanisme kerja untuk menjmin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintregrasi dan
berpatisipasi dalam program keselamatan pasien, tersedia prosedur “cepat tanggap” terhadap
insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang
lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

Standar VI: mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas

Standar: rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin
dalam pelayanan pasien.

Kriteria: Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi
staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing- masing,
setiap rumah sakit harus megintregasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-
service training dan memberi pedoman yan jelas tentang pelaporan insiden dan setiap rumah
sakit harus menyelenggarkan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.

Standar VII: Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Standar: Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keelamatan
pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal, transmisi data dan
informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria: Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien,
tesedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen
informasi yang ada.

Anda mungkin juga menyukai