Anda di halaman 1dari 12

PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM CAHAYA MEDIKA

Kp. Kebon Rt. 002 Rw. 001 Jalan Jejalen Jaya

Kec. Tambun Utara Kab. Bekasi Provinsi Jawa Barat

2022
PEDOMAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

ABSTRAK

Latar Belakang : Rumah sakit dalam menjalankan tugas dan fungsinya memerlukan adanya
jaminan keamanan pada klien agar terhindar dari cidera atau kecelakaan yang terjadi di
rumah sakit. Sehingga pemerintahan membuat suatu kebijakan kepada seluruh rumah sakit
yaitu dengan suatu program keselamatan pasien. Sehingga diperlukan adanya pedoman
nasional keselamatan pasien di rumah sakit.

Tujuan : Tujuan dari penulisan kajian ini yaitu untuk menjelaskan serta memberitahukan
kepada mahasiswa keperawatan bagaimana pedoman nasional keselamatan pasien di
rumah sakit.

Metode: Pada kajian ini digunakan metode kualitatif, yang dimana metode ini lebih berisi
uraian bersifat konseptual atau teoritik.

Hasil : keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu program yang dibuat untuk
memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman untuk klien dalam konteks perawatan.
Keselamatan pasien tersebut dapat meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan yang
tidak tepat. Sehingga muncul pedoman nasional tentang keselamatan pasien yang terdiri
dari standar keselamatan pasien dan sasaran keselamatan pasien.

Kesimpulan : Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan bahwa adanya program


keselamatan pasien pada pedoman nasional yaitu UU dan peraturan menteri kesehatan
untuk menjaga keselamatan pasien sangat bermanfaat untuk meningkatkan rasa aman
nyaman pasien dirumah sakit serta untuk mencegah terjadinya kecelakaan di rumah sakit.

Kata Kunci : Pedoman Keselamatan Pasien, Standar Keselamatan Pasien, Sasaran


Keselamatan Pasien.
PENDAHULUAN

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 58 tahun 2014, Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, menyatakan bahwa “Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan, dan gawat darurat”.
Sehingga rumah sakit memiliki fungsifungsi tertentu.

Rumah sakit memiliki fungsi- fungsi tertentu. Menurut undang-undang Nomor 44 tentang
Rumah sakit (2009) “fungsi rumah sakit adalah Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, Pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis, Penyelengaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan serta
Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan , pengaplikasian teknologi dalam bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan”.

Dalam menjalankan tugas dan fungsi dari rumah sakit, diperlukan petugas yang akan
menjamin adanya jaminan untuk pasien bertahan yaitu keamanan pasien. Salah satu petugas
pelayanan kesehatan dirumah sakit adalah perawat. Perawat merupakan unsur vital dalam
sebuah Rumah Sakit karena perawat merupakan penjalin kontak pertama dan terlama dengan
pasien khususnya pasien rawat inap, dengan tugas utama perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan dari pengkajian, penegakan diagnosa, keperawatan, intervensi, implementasi
sampai dengan evaluasi (Potter & Perry, 2009).

Menurut Ali (2009), Proses keperawatan mempunyai 5 komponen yaitu : pengkajian,


diagnosa, perencanaan, implenentasi, dan evalusi. Proses keperawatan adalah suatu metode
yang sistematis dan terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada
reaksi dan respons unik individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan
kesehatan yang dialami, baik actual maupun potensial (Deswani, 2009). Menurut Manurung
(2011) Proses keperawatan memiliki tujuan adalah untuk mempraktikkan metode pemecahan
masalah dalam praktik keperawatan, untuk menggunakan standar untuk praktik keperawatan,
untuk memperoleh metoda yang baku dan sesuai, rasional dan sistematis dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien, serta untuk memperoleh metode yang dapat digunakan
dalam segala situasi. Pada saat melakukan proses keperawatan ada celah yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan kerja atau cidera pada klien, sehingga diperlukan adanya keselamatan
pasien.
Namun masih ada perawat yang tidak menerapkan dan menjaga keselamatan pasien
sehingga angka terjadinya kecelakaan pasien semakin meningkat. Menurut Mubarak, W.I.
(2008), kecelakaan terkait peralatan (equipment-related accident) kecelakaan ini biasanya
disebabkan oleh tidak berfungsinya atau rusaknya alat- alat elektrolit misalnya tersengat arus
listrik saat menggunakan peralatan elektrolit, baterai tidak berkerja. Sehingga pemerintah
membuat kebijakan untuk setiap Rumah sakit yaitu suatu Program keselamatan pasien.

Program Keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan


program keselamatan pasien rumah sakit perlu dilakukan. Karena itu diperlukan pedoman
nasional untuk melaksanakan keselamatan pasien di Rumah sakit. Pedoman nasional
keselamatan pasien di rumah sakit berisi Standar Keselamatan pasien rumhan sakit dan Tujuh
langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.

Selain pedoman nasional keselamatan pasien, pimpian rumah sakit juga memiliki peran
pentung untuk meningkatkan angka keselamatan pasien seperti yang terdapat dalam Yusuf
(2017), Pemimpin meginterprestasikan, mengasumsikan dan memberikan penilaian terhadap
persoalan dan akan memberikan solusi baik menyangkut pengetahuan sikap maupun tindakan
yang harus dijalankan agar keselamatan pasien tetap terjaga.

TUJUAN

Tujuan dari penulisan kajian ini yaitu untuk menjelaskan serta memberitahukan kepada
karyawan rumah sakit bagaimana pedoman nasional keselamtan pasien di rumah sakit. Agar
karyawan rumah sakit dapat mengaplikasikan pedoman nasional keselamatan pasien agar
angka kecelakaan di rumah sakit menurun serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang
maksimal kepada klien.

METODE

Pada kajian ini digunakan metode kualitatif, yang dimana metode ini lebih berisi uaraian
bersifat konseptual atau teoritik. Proses dan maknanya yang lebih ditonjolkan sehingga metode
ini bersifat subjektif dimana proses penelitian ini lebih memperlihatkan dan cenderung lebih
focus pada landasan teori.

HASIL

Hasil yang dapat disimpulkan dari kajian ini bahwa keselamatan pasien (patient safety)
adalah suatu program yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman untuk
klien dalam konteks perawatan. Keselamatan pasien tersebut dapat meminimalkan timbulnya
resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan yang tidak tepat. Sehingga muncul pedoman nasional tentang keselamatan
pasien yang terdiri dari standar keselamatan pasien dan sasaran keselamatan pasien. Standar
keselamatan pasien dan sasaran keselamtan pasien telah tercantum pada peraturan menteri
kesehatan republik indonesia nomor 11 tahun 2017 tentang keselamatan pasien.

Standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar yaitu : Hak Pasien, Mendidik pasien
dan keluarga, Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan, Penggunaaan metode-
metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan
pasien, Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien Pimpinan mendorong
dan menjamin implementasi program, Mendidik staf tentang keselamatan pasien Komunikais
sebagai kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Sasaran Keselamatan pasien terdiri dari enam sasaran yaitu:

1. Mengidentifikasi pasien dengan benar.

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif.

3. Meningkatkan keamanan obatobatan yang harus diwaspadai.

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien
yang benar.

5. Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan.

6. Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh.

PEMBAHASAN

Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asasmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari indiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (Menteri Kesehatan RI, 2017).

Menurut Departemen kesehatan Republik Indonesia (2008), Keselamatan pasien (Patient


Safety )rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah cedera yang terjadi disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Sesuai dengan peraturan Menteri kesehatan republik Indonesia (2017), system pelayanan harus
menjamin pelaksanaan: asuhan keperawatan pasien lebih aman, melakui upaya yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi risiko, dana pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, dan tindak lanjutnya dan implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.

Dalam penyelengaraan program keselamatan pasien dirumah sakit, Menteri kesehatan


Indonesia telah dirancang malalui pembentukan system pelayanan yang menerapkan.

Standar Keselamatan Pasien

Menurut peraturan menteri kesehatan republik Indonesia (2017), standar keselamatan


pasien terdiri dari tujuh standar yaitu :

I. Hak Pasien

Standar

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2017) “Pasien dan


keluarganya memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden”.

II. Mendidik Pasien dan Keluarga

Standar

Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan keluarganya tentang


kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan keperawatan (Peraturan
Menteri Kesehatan RI, 2017).

III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan Pelayanan.

Standar

Fasilitas pelayan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan


pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan
(Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2017).

IV. Penggunaaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi dan


Program Peningkatan Keselamatan Pasien.
Standar :

Menurut peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia (2017), Fasilitas


pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang telah ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien (Peraturan Menteri
Kesehatan RI, 2017).

V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien Pimpinan mendorong dan


menjamin implementasi program.

Standar :

1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien


secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “ Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien” (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2017).

2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko


keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi insiden (Peraturan
Menteri Kesehatan RI, 2017).

3. Menurut peraturan Menteri kesehatn republik Indonesia (2017) “Pimpinan


mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien”.

4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan serta meningkatkan keselamatan
pasien (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2017).

5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan


kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien (Peraturan
Menteri Kesehatan RI, 2017).

V.I Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar :

1. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit memiliki proses pendidikan,


pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan
dengan keselamtan pasien secara jelas.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit menyelenggarakan dan
memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisipliner
dalam pelayanan pasien (Permenkes RI 2017).

VII. Komunikasi Sebagai Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan Pasien

Standar :

1. Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses manajemen


informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal
dan eksternal.

2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Sasaran Keselamatan Pasien

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI (2017), Di Indonesia secara nasional


untuk seluruh fasilitas pelayanan kesehatan, diberlakukan Sasaran
Keselamatan Pasien Nasional yang terdiri dari :

1. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar.

Dalam menjalankan atau memberikan pelayanan kepada pasien, sering kali


terjadi kesalahan karena petugas yang keliru terhadap pasien, mulai dari
indentifikasi identitas pada saat mendiagnosis dan pengobatan. Sesuai
dengan yang terdapat di Permenkes RI ( 2017), tujuan ganda dari sasaran
ini adalah : pertama, untuk dengan cara yang dapat dipercaya / reliable
mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk
mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan kedua, untuk
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.

2. Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif.

Menurut Permenkes RI (2017), maksud dan tujuan sasaran ini yaitu Komuniksi
efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
pasien/ penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien.

3. Meningkatkan Keamanan Obatobatan yang harus diwaspadai.

Menurut Permenkes RI (2017), Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan


pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai. Sehingga setiap unit pelayanan kesehatan yaitu Rumah sakit
harus menerapkan manajemen yang benar dalam menjalankan asuhan
keperawatan khususnya pada saat pengobatan.

4. Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan


Pada Pasien Yang Benar.

Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk


memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi (Permenkes 2017).

5. Mengurangi Infeksi Akibat PerawatanKkesehatan.

Menurut Permenkes RI (2017), Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan


suatu pendekatan untuk mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.

6. Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh.

Kegiatan yang dilakukan pada saat sasaran ini menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI (2017), yaitu fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses
asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap
pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan. Tujuan dari sasaran keselamatan pasien adalah
untuk menggiatkan perbaikan – perbaikan tertentu dalam soal keselamatan
pasien.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan bahwa adanya program keselamatan pasien
pada pedoman nasioanl yaitu UU dan peraturan menteri kesehatan untuk menjaga
keselamatan pasien sangat bermanfaat untuk meningkatkan rasa aman nyaman pasien dirumah
sakit. Dalam penyelengaraan program keselamatan pasien dirumah sakit tersebut , Menteri
kesehatan Indonesia telah membentuk system pelayanan yang menerapkan 7 standar
keselamatan pasien dan 6 sasaran keselamatan pasien. Standar dan sasaran keselamatan
pasien dapat memberikan kejelasan secara akurat pada petugas agar terus menjaga dan
merawat keselamatan pasien.

SARAN

Bagi karyawan rumah sakit diharapkan dapat terus mengingat bahwa penting untuk
memberikan asuhan keperawatan disertai dengan menjaga keselamtan pasien agar asuhan
keperawatan terpenuhi Serta agar mahasiswa keperawatan atau mahasiswa lainnya dapat
mengaplikasikan pedoman nasional keselamatan pasien agar angka kecelakaan di rumah sakit
menurun serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal kepada klien.

.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Z.(2009). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC.

Depkes RI, (2008). National Patient Safety Agency (NPSA). Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. (2008). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.(Edisi 2). Jakarta. Bhakti
Husada.

Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes RI. (2015). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( Patient Safety).
Edisi 3. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2013) . Panduan Keselamatan Pasien. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Kemenkes RI

Mubarak, I, W, & Cahyatin N. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalamPpraktik. Jakarta: EGC

Ns. Suryani Manurung, S.M. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan
Intranatal. Jakarta: Trans Info Media.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional


Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Jakarta
Simamora, R.H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Timbang Terima Pasien Berbasis
Komunikasi Efektif : SBAR.

Yusuf, M. (2017). Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Zainoal Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai