Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


RESUME EBP (EVIDENCE BASED PRACTICE) KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT

MUHAMAD ZAENAL ABIDIN


NIM. P1337420922030

PROGRAM STUDI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
A. Konsep EBP dan Patient Safety
Keselamatan pasien atau patient safety merupakan suatu variabel
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang
berdampak pada pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah
usaha untuk menurunkan kejadan tidak diharapkan (KTD) yang sering
terjadi pada pasien-pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit.
KTD bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain beban kerja dari
perawat yang tinggi, alur komunikasi yang tidak tepat, penggunaan sarana
yang kurang tepat dan lain sebagainyaaa.
Indikator keselamatan pasien bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area
pelayanan yang memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut,
misalnya untuk menunjukan
1. Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu-ke waktu
2. Suatu area pelayanan tidak memenuhi standar klinik atau terapi
sebagaimana yang diharapkan.
3. Tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
4. Ketidaksepadanan antar unit pelayanan kesehatan ( misalnya,
pemerintah dengan swasta atau urban dengan rural). (Nursalam 2012 :
307-308)
Evidence Based Practice (EBP) atau praktik berbasis bukti adalah
penggunaan bukti ilmiah terbaik di kelas yang terintegrasi dengan
pengalaman klinis yang menggabungkan nilai dan prefensi pasien dalam
praktik perawatan pasien profesional. (Houser, Janet 2011 : 1) EBP sangat
penting bagi perawatan kesehatan profesional karena berbagai alasan,salah
satunya sebagai perawatan pasien yang efektif. Penelitian telah
menyimpulkan bahwa keselamatan pasien meningkat saat perawatan
kesehatan yang didasari pada bukti dari penelitian yang dirancang dengan
baik dibandingkan tradisi atau keahlian klinis saja.(Houser, Janet 2011 :
13)
Evidence Based Pratice merupakan suatu kerangka kerja yang
menguji, mengevaluasi, dan menerapkan temuan-temuan penelitian
dengan tujuan untuk memperbaiki pelayanan keperawatan pada pasien
(Carlson, 2010). Evidence base pratice adalah pendekatan sistematis
terhadap praktik yang menekankan penggunaan bukti yang
dikombinasikan dengan dokter, serta preferensi pasien dan nilai, untuk
membuat keputusan tentang keperawatan.
EBP memberikan para praktisi kerangka kerja selangkah demi
selangkah yang memungkinkan mereka meninjau ulang prsktik keseharian
secara kritis, memberi informasi perubahan yang sesuai, jika perlu
memberikan kontribusi untuk memperluas dasar pengetahuan profesi.
Beberapa langkah kunci yang mendasari dan mendorong proses EBP
antara lain :
1. Meminta pertanyaan klinis yang penting
2. Mengumpulkan bukti yang paling relevan dan terbaik
3. Menggali bukti secara kritis
4. Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi
pasienuntuk membuat keputusan praktik
5. Mengevaluasi hasil keputusan praktik.
Penerapan praktik berbasis bukti (EBP) dalam perawatan kesehatan
sangat penting untuk meningkatkan kualitas pengobatan dan memastikan
keselamatan pasien. Namun seperti yang dilaporkan oleh National
institutes of health, ada sejumlah hambatan untuk mengintegrasikan
penelitian berbasis bukti kedalam alur kerja sehari-hari. Prosesnya
membutuhkan kepemimpinan yang terlibat, adanya sebuah pengakuan atas
keraguan atau penolakan terhadap perubahan, dan peningkatan akses
terhadap informasidan sumber berbasis bukti. Begitu penyedia layanan
telah mulai menerapkan praktik berbasis bukti dalam pengaturan klinis
dan operasional, tidak hanya ada lebih banyak akuntabilitas dan struktur
dalam pengambilan keputusan, namun juga bermanfaat bagi keselamatan
pasien. Penerapan berbasis nukti dalam keperawatan adalah kunci
keberhasilan terutama dengan penekanan pada pilihan, kualitas dan nilai
pasien.
EBP (Evidence based pratice) merupakan salah satu proses yang
melibatkan pemeriksaan dan penerapan temuan penelitian atau bukti
terpercaya yang telah terintegrasi dengan berbagai teori ilmiah.
B. Manajemen Patient Safety
1. Pengertian
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem di mana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen
risiko, identifikasi dan pengelolaan yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
suatu tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes, 2011).
Patient safety berarti keselamatan pasien, di mana keselamatan
pasien merupakan acuan dan prinsip utama dalam proses pelayanan
kesehatan di sebuah lembaga penyedia kesehatan. Setiap rumah sakit
diharuskan memiliki manajemen patient safety demi menjamin
keselamatan dan keamanan bagi pasien yang mendapatkan layanan
kesehatan. Artinya, rumah sakit atau penyedia layanan kesehatan
beserta tenaga kesehatan di dalamnya semestinya memberikan
pelayanan medis yang bermutu, prima, dan maksimal sehingga tercipta
keselamatan bagi pasien. Selain memiliki sudut pandang melayani,
pihak penyedia layanan kesehatan juga hendaknya bertujuan utama
menolong.
Memberikan pertolongan bagi pasien terhadap sakit yang
dideritanya haruslah dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan. Sebab,
hakikat dari pekerjaan petugas medis adalah memberikan pertolongan
medis. Pertolongan medis yang diberikan pun harus tuntas, diberikan
secara berkesinambungan, kontinyu, dan diberikan selagi masih
dibutuhkan. Kontinyu berarti pertolongan harus diberikan secara terus-
menerus hingga seluruh kebutuhan kesehatan pasien terpenuhi
(Rachmawati 2019)
2. Tujuan
Penerapan sistem keselamatan pasien yang baik di rumah sakit
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya insiden keselamatan pasien.
Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan
risiko pada pasien, pelaporan dan analisis insiden yang terjadi pada
pasien, kemampuan belajar dari insiden yang terjadi dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan insiden
terulang kembali (Permenkes, 2017).
Tujuh Standar Keselamatan Pasien dan Tujuh Langkah Keselamatan
Pasien dan Enam Sasaran Keselamatan Pasien sesuai dengan PMKP
1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien.
Tujuh Standar Keselamatan Pasien :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.2012.Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Ed. 3.Jakarta : Salemba Medika. Houser, Janet, Oman Kathleen. S.
2011.Evidence Based Practice An Implementation guide For Healthcare
Organizations.USA : Jones & Bartlett Learning.
Kemenkes. 2011.”Standar Akreditasi Rumah Sakit”. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bidan Pelayanan Medik
Rachmawati, N (2019). Manajemen Patient Safety.Wonosari:PT.Pustaka Baru

Anda mungkin juga menyukai