Disusun
Untuk Memenuhi UAS Mata Kuliah Keselamatan Pasien Dan Kesehatan Kerja
Dalam Keperawatan
Dosen Pengampuh : Yosephina M.H. Keytimu, S.Kep.,Ns.,M.P.H
OLEH
PIUS NASUTION MAU
NIM : 011221092
Latar Belakang
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan sistem rumah sakit yang
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan. European Society (2006) WHO patient safety (2009),
menyatakan budaya keselamatan pasien merupakan integrasi pola individu dan
perilaku organisasi didasari oleh keyakinan dan nilai-nilai untuk meminimalkan
kondisi yang membahayakan pasien secara terus menerus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefenisikan keselamatan pasien
sebagai pencegahan kesalahan dan efek samping pada pasien yang terkait
dengan perawatan kesehatan dan untuk tidak membahayakan pasien.
Penyerahan adalah proses kritis namun sering dilakukan secara
serampangan, dengan metode dan tingkat informasi sangat bervariasi. Serah
terima klinis didefenisikan sebagai pertukaran informasi antara profesional
kesehatan tentang pasien atau tanggung jawab untuk pasien. Serah terima klinis
harus memastikan bahwa penyimpangan dalam kesinambungan perawatan
pasien, kesalahan dan bahaya berkurang di rumah sakit atau komunitas. Fungsi
utama serah terima klinis adalah untuk meningkatkan efektivitas tindakan yang
diambil oleh penerima. Meskipun penting, serah terima klinis seringkali
dilakukan dengan buruk dengan konsekuensi yang berpotensi serius bagi
pasien.
BAB II
SERAH TERIMA KLINIS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI
RUMAH SAKIT
Burgess, A., Diggele, C. Van, Roberts, C., & Mellis, C. (2020). Mengajar serah
terima klinis dengan ISBAR. 20(Suppl 2), 1–8.
Habib, M., Lawati, A. L., Dennis, S., Short, S. D., & Abdulhadi, N. (2018).
Akses terbuka Keselamatan pasien dan budaya keselamatan dalam perawatan
kesehatan primer : tinjauan sistematis. 0, 1–12.
November, P., Joy, B. F., Elliott, E., Hardy, C., Sullivan, C., Backer, C. L., &
Kane, J. M. (n.d.). Protokol multidisiplin standar meningkatkan penyerahan
pasien bedah jantung ke unit perawatan intensif Protokol multidisiplin standar
meningkatkan serah terima pasien bedah jantung ke unit perawatan intensif *.
November 2014. https://doi.org/10.1097/PCC.0b013e3181fe25a1
Sakit, R., Newham, U., & Ndlovu, N. (2022). Translated by Google Abstrak
Machine Translated by Google Metode. 1–12.
https://doi.org/10.20944/preprints202205.0202.v2
Keselamatan (Safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Oleh karena itu, keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan terjadinya Insiden Keselamatan
Pasien (IKP) dirumah sakit. Menurut Depkes RI (2008) dalam Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, langkah pertama program
keselamatan pasien di rumah sakit adalah membangun budaya keselamatan atau
menumbuhkan kesadaran pada seluruh karyawan akan pentingnya nilai
keselamatan di rumah sakit.
Budaya keselamatan merupakan faktor penting untuk memahami upaya
untuk memajukan perawatan pasien yang aman. Ada beberapa faktor budaya
keselamatan pasien yaitu budaya keselamatan itu sendiri, insiden keselamatan
pasien dan pelaporan insiden keselamatan pasien. Untuk meningkatkan budaya
keselamatan pasien, kesadaran perawat tentang pentingnya keselamatan pasien
juga perlu ditingkatkan.
Dalam hal penerapan budaya keselamatan pasien tidak terlepas pada
proses serah terima klinis. Ada elemen penting yang perlu diperhatikan dalam
proses serah terima klinis. Serah terima klinis harus mencakup pengalihan
tanggung jawab untuk perawatan pasien, dan kerahasiaan pasien harus dijaga.
Banyak komponen individu dari transisi pasien dari ruang operasi ke ICU telah
ditemukan sangat penting untuk keberhasilan serah terima pasien.
Serah terima klinis yang komprehensif mengacu pada transfer informasi
dan tanggung jawab profesional serta kemampuan akuntabel antara individu
dan tim dalam keseluruhan sistem perawatan. Tujuan utamanya adalah
menciptakan proses transisi yang aman, penerapan protokol yang jelas, dan
menghasilkan proses yang lebih efisien.
Pada Puskesmas Wolofeo, budaya keselamatan pasien belum sepenuhnya
dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan adanya perawat yang pada saat bertugas
jarang kontak dengan pasien, terutama pada pasien rawat inap. Perawat kadang-
kadang membiarkan pasien di ruang perawatan bersama keluarganya dan jika
dibutuhkan baru kontak dengan pasien. Pada saat pergantian dinas, terkadang
perawat meninggalkan pasien di ruang perawatan, proses serah terima klinis
tidak dilakukan jika perawat yang bertugas pada shift berikutnya datang
terlambat. Begitu pula dengan proses serah terima klinis tidak sesuai standar
karena tidak ada kerangka kerja yang jelas. Terkadang perawat melakukan
serah terima hanya melaporkan jumlah pasiennya saja. Fungsi kontrol sebagai
perawat tidak dilaksanakan dengan baik karena tidak tegasnya pemimpin dalam
membina staf puskesmas. Hal ini menunjukan bahwa kurangnya pengetahuan
dan keterampilan pemberi pelayanan dalam menerapkan budaya keselamatan
dan proses serah terima klinis.
Insiden pasien jatuh pernah terjadi di ruang perawatan. Dan perawat yang
bertugas pada saat itu tidak pernah mendokumentasikan insiden tersebut.
Perawat terkadang menganggap sepeleh terhadap potensi ancaman terhadap
insiden keselamatan pasien. Oleh karena itu kesadaran perawat tentang
keselamatan pasien harus ditingkatkan dan pengetahuan yang terkait harus terus
di update dengan sering memberikan pelatihan kepada perawat.
Jika terjadi insiden perawat tidak melaporkan insiden tersebut kepada
pimpinan. Perawat seolah-olah menyembunyikan insiden tersebut karena takut
mendapat sanksi dari pimpinan atau perawat takut jika melaporkan insiden
tersebut akan diproses secara hukum. Hal ini karena kejadian sisten laporan
tidak menyediakan cakupan yang cukup dan memadai sebagai faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan keamanan dan perawatan yang berkualitas.
Berdasarkan faktor keselamatan pasien yang masih rendah yang
diakibatkan oleh kurangnya kesadaran perawat dan tim lainya dalam
meningkatkan derajat keselamatan pasien, untuk meningkatkan kebijakan
keselamatan pasien sangat perlu dilakukan adalah patient safety. Dengan lebih
mengutamakan patient safety maka tujuan untuk meningkatkan derajat
keselamatan pasien akan berhasil.
Untuk meningkatkan budaya keselamatan maka para pemimpin harus
memprioritaskan budaya keselamatan agar resiko terhadap pasien tidak akan
terjadi. Pemimpin perlu membuat kebijakan tentang patient safety dan
mensosialisasikan tentang patient safety kepada semua karyawannya. Dan
kesadaran perawat tentang pentingnya keselamatan pasien perlu di tingkatkan
dengan cara peningkatan sumber daya dan mengikuti pelatihan-pelatihan
tentang manajemen keselamatan pasien.
Dan dengan meningkatkan budaya keselamatan pasien maka angka
kejadian insiden keselamatan pasien dapat diminimalkan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan penerapan budaya keselamatan pasien
untuk meminimalkan insiden keselamatan pasien adalah dengan melakukan
pelaporan insiden keselamatan pasien, baik KNC, KPC, KTC apalagi KTD.