DISUSUN OLEH:
Prasetyo Widodo
NIM : 12191028
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Patient Safety dewasa ini menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. World
Health Organization (WHO) telah mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program
bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit (WHO,
2013). Tidak hanya rumah sakit di negara maju yang menerapkan keselamatan pasien untuk
menjamin mutu pelayanan yang baik, tetapi juga rumah sakit di negara berkembang seperti
Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Kesehatan no 1691/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit. Peraturan ini
menjadi tonggak utama operasionalisasi kesalamatan pasien di rumah sakit seluruh Indonesia.
Pada tanggal 2 Mei 2007, WHO Collaborating Center for Patient Safety resmi menerbitkan “Nine
Life Saving Patient Safety Solution” sebagai upaya untuk mengoptimalkan program World
Alliance for Patient Safety yang mendorong rumah sakit di Indonesia melalui Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) untuk menerapkan Sembilan Solusi “Life Saving”
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Berdasarkan sembilan unsur solusi keselamatan pasien,
komunikasi efektif merupakan salah satu peran penting yang menduduki posisi ketiga setelah
keamanan obat dan identifikasi pasien. Komunikasi yang tidak efektif akan berdampak buruk
bagi pasien, hampir 70% kejadian sentinel di rumah sakit disebabkan karena kegagalan
komunikasi dan 75% nya mengakibatkan kematian (Linda, 2006). Selain itu standar akreditasi RS
2012 SKP.2/ JCI IPSG.2 mensyaratkan agar rumah sakit menyusun cara komunikasi yang efektif,
tepat waktu, akurat, lengkap dan jelas yang bertujuan untuk mengurangi kesalahan informasi.
Australian Comission on Safety and Quality in Health Care (2009) mewajibkan seluruh rumah
sakit untuk menerapkan komunikasi efektif di instalasi rawat inap dengan menerapkan
komunikasi secara benar saat serah terima/ timbang terima pasien sebagai upaya meningkatkan
keakuratan informasi dan kesinambungan perawat dalam pengobatan dan asuhan keperawatan.
Timbang terima merupakan transfer perawatan dan tanggung jawab dari satu perawat ke perawat
lain sehingga dapat memberikan perawatan yang aman dan berkualitas
B. TUJUAN
C. MANFAAT
1. Pengembangan ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang
bermanfaat untuk pengembangan wawasan keperawatan khususnya dalam meningkatkan
pengetahuan, sikap, motivasi dan supervisi perawat dan mengaplikasikan teknik komunikasi
SBAR seusai dengan standar yang berlaku.
2. Praktik keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi perawat dalam
pemecahan masalah yang berkaitan dengan komunikasi di rumah sakit
3. Pengembangan metodologi keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
penelitian lanjutan yang berkaitan dengan implementasi teknik komunikasi SBAR untuk
peningkatan patient safety di rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Sasaran Keselamatan Pasien Dalam Permenkes 1691/ Menkes/ Per/ VIII/ 2011
menyatakan bahwa setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran
Keselamatan Pasien. Sasaran Keselamatan Pasien meliputi tercapainya hal-hal sebagai
berikut : a. Ketepatan identifikasi pasien; b. Peningkatan komunikasi yang efektif; c.
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; d. Kepastian tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat-pasien operasi; e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;
dan f. Pengurangan risiko pasien jatuh. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) merupakan
syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi
Rumah Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety
Solutions dari World Health Organization (WHO) dalam Sutanto (2014) Patient Safety
(2007) yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI
(KKP-RS, PERSI), dan dari Joint Commission International (JCI). Maksud dari Sasaran
Keselamatan Pasien adalah mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien.
Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan
menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas
permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang baik secara intrinsik adalah untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin
sasaran secara umum difokuskan pada solusi-solusi yang menyeluruh. Enam sasaran
keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai berikut :
Laporan hasil investigasi sederhana / analisis akar masalah / RCA yang terjadi pada pasien dan
telah mendapatkan rekomendasi dan solusi oleh Tim KP di RS (internal) / Pimpinan RS
dikirimkan ke KKPRS dengan melakukan entry data (e-reporting) melalui website resmi
KKPRS : www.buk.depkes.go.id (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). 2015)
b. SKOR RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna "bands" akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan.
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X terjadi pada 2
tahun yang lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : Merah (ekstrim). (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS). 2015)
Data Pasien : Nama, No Medical Record dan No Ruangan, hanya diisi di Formulir
Laporan Internal :
Nama Pasien : (bisa diisi initial mis : Tn AR, atau NY SY) No MR : (jelas)
Ruangan : diisi nama ruangan dan nomor kamar misal: Ruangan Melati kamar 301
Data Pasien : Umur, Jenis Kelamin, Penanggung biaya, Tgl masuk RS dan jam
diisi di Formulir Laporan Internal dan Eksternal (lihat = Lampiran Formulir Laporan
IKP)
9. Akibat insiden
12. Apakah Insiden yang sama pernah terjadi di unit kerja lain?
Untuk mengisi tipe insiden, harus melakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu.
Insiden terdiri dari : tipe insiden dan subtipe insiden.
Contoh :
Penyebab insiden dapat diketahui setelah melakukan investigasi dan analisa baik
investigasi sederhana (simple investigation) maupun investigasi komprehensif
(root cause analyisis).
Penyebab insiden terbagi dua yaitu :
1. Penyebab langsung (immediate / direct cause) Penyebab yang langsung
berhubungan dengan insiden / dampak terhadap pasien
2. Akar masalah (root cause). Penyebab yang melatarbelakangi penyebab
langsung (underlying cause)
STEP 7 : Measure - collect and assess Data on Proximate and underlying Causes
- Modified by VA NCPS
Pertanyaan : apa yang dapat terjadi bukan apa yang akan terjadi
Analisis prospektif modifikasi dari FMEA (Failure Mode and Effects Analysis), HCCP (Hazard
Analysis Critical Control Points), RCA (Root Cause Analysis)
2. Sistem Pelaporan
5. Monitoring dan Evaluasi Dilakukan Oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
• Monitoring 6 sasaran keselamatan pasien menggunakan indikator mutu,
yang mana pengambilan data dilakukan oleh petugas pengambil data
mutu unit, yang kemudian dimasukkan dalam sismadak. • Monitoring
tujuh langkah menuju keselamatan pasien dan 12 dimensi keselamatan
pasien dengan menggunakan survei pada seluruh ruang lingkup
penerapan budaya keselamatan pasien. • Petugas penyiapan kebutuhan
Survei adalah komite mutu dan keselamatan pasien. • Petugas monitoring
atau Survei adalah penanggung jawab pengambil data di setiap unit. •
Petugas analisa data adalah komite mutu dan keselamatan pasien. •
Petugas pembuat laporan pelaksanaan kegiatan komite mutu dan
keselamatan pasien. • Survey budaya keselamatan pasien menggunakan
kuesioner dari HSOPC (Hospital Survey on Patient Safety Culture) yang
dikembangkan oleh AHRQ (Agency for Healthcare Research and
Quality) 2016 dan disesuaikan dengan kondisi rumah sakit.
6. Waktu Pelaksanaan
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang yang berada di lingkungan rumah
sakit untuk terkena infeksi nosokomial, antara lain:
Selain faktor-faktor di atas, lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien
dari satu unit ke unit yang lain, dan penempatan pasien sistem imun yang lemah dengan pasien
yang menderita penyakit menular di ruangan yang sama, juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya infeksi nosokomial. (Mayo Clinic (2019). Diseases and Conditions. Urinary tract
infection.)
4. Proses terjadinya infeksi nosocomial
Tiga faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi (termasuk infeksi yang di peroleh
dari Rumah Sakit yakni Infeksi Nosokomial) :
1. Sumber Mikroorganisme yang dapat menmbulkan infeksi.
2. Rute penyebaran mikroorganisme tersebut.
3. Inang yang rentan terhadap infeksi oleh mikroorganisme tersebut
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, dan droplet.Kontak langsung terjadi
apabila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person to person
pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak langsung terjadi apabila
penularan membtuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda
mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh
mokroorganisme.
Penularan terjadi karena mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga
dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh, dan melalui saluran pernafasan.
Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus),
dan tuberculosis.
Terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara mekanis dari
mokroorganisme yang menempel pada tubuh vector, missal shigella, dan salmonella oleh
lalat. (Septiari 2012)
Multi-disciplinary approach
Pendekatan multi-disipliner
Kami menerapkan pendekatan multi-disipliner terhadap manajemen dan perawatan pasien. Tim
dokter spesialis yang sangat berpengalaman, ahli bedah dan profesional kesehatan yang terkait
bekerja sama untuk memastikan perawatan yang optimal yang disediakan untuk pasien kami.
Perawatan pasien yang komprehensif dan tanpa batas
Untuk melengkapi fasilitas rawat jalan di pusat spesialis kami, Parkway Asian Transplant Unit
khusus yang terletak di Rumah Sakit Gleneagles, Singapura, menyediakan perawatan yang tanpa
batas dan personal untuk pasien yang membutuhkan ruang rawat inap dan fasilitas Intensive Care
Unit (ICU).
Teknologi inovatif
Telemedika memberikan akses 24/7 dan memantau kemajuan pasien, menyediakan komunikasi
langsung antara dokter, perawat dan pasien. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan UPMC
pada Layanan Konsultasi Patologi yang menyediakan opini kedua yang komprehensif untuk
layanan patologi anatomi dasar untuk menawarkan tes diagnostik molekuler khusus dengan cara
yang hemat biaya dan tepat waktu.
Pasien international
Untuk memastikan bahwa pasien luar negeri kami beserta keluarga mereka menikmati kemudahan
dalam masa peralihan dan ketenangan ketika mereka menerima perawatan dan pengobatan
optimal, kami menyediakan layanan seperti:
Evakuasi pesawat darurat internasional 24/7
Mendampingi spesialis luar dan/atau staf perawat selama dalam transportasi darat maupun udara
Layanan ambulans lokal dan internasional
Bantuan logistik lokal (seperti akomodasi dan transportasi lokal); paspor, visa dan dokumen
pemulangan
Layanan interpretasi (bahasa tertentu)
Cara kerja :
Cara kerja :
Penjagaan kebersihan
Hal paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan
adalah dengan menjaga kebersihan rumah dan halaman. Karena kebersihan rumah dan
halaman akan membuat kita menjadi lebih terbiasa untuk membersihkan lingkungan lainnya.
Pastikan kita selalu menyapu rumah setidaknya 2 kali sehari. Sapu juga halaman rumah
setidaknya 2 kali dalam seminggu.
2. Mendaur Ulang
Ada banyak jenis sampah yang akan mengotori lingkungan sekitar yang sebenarnya bisa
didaur ulang dengan baik. Misalnya saja memanfaatkan kaleng dan botol bekas untuk
dijadikan wadah apapun. Kaleng bekas bisa dirubah menjadi sebuah pot bunga dan kita
bahkan bisa menghiasnya. Ini akan menjadi hal yang positif dibandingkan membiarkannya
menjadi sampah yang menumpuk.
3. Pembuatan Pupuk Kompos
Pupuk kompos bisa dibuat dari sampah organik. Daripada membiarkannya terbengkalai dan
membusuk hingga menimbulkan bibit penyakit, lebih baik jika diolah menjadi pupuk kompos
yang berguna bagi pertanian dan perkebunan.
Hal terpenting dalam menjaga kebersihan lingkungan adalah untuk tetap membiasakan hal-
hal baik seperti kebiasaan membuang sampah apada tempatnya. Jangan membiarkan sampah
bertebaran dimana-mana tanpa peduli untuk membuangnya ditempatnya.
Bahkan, jika memungkinkan selalu menanamkan pada diri kita masing-masing untuk tetap
menjaga kebersihan dengan memungut sampah yang berserakan di jalanan. Membuangnya
pada tempat yang seharusnya walaupun kita bukanlah petugas kebersihan.
Menggunakan jenis tong sampah yang berbeda untuk sampah an organik dan sampah organik
adalah hal yang baik. Karena sampah organik adalah sampah yang bisa diolah dan dijadikan
pupuk. Sedangkan sampah an organik sebagian dari sampah tersebut juga bisa dijadikan
furniture tertentu. Memisahkan kedua jenis sampah ini akan membantu dalam proses
pengolahan.
Hal penting lainnya adalah untuk selalu rutin membiasakan kebiasaan gotong royong sesama
warga. Ini tidak hanya membantu membersihkan lingkungan sekitar, namun juga akan
membantu dalam mempererat jalinan kerja sama antar warga.
Biasanya kegiatan gotong royong ini akan dilakukan setidaknya sekali dalam seminggu agar
lingkungan benar-benar bersih dari sampah. Jadi, sangatlah penting untuk menjaga
kekompakan antar warga agar bisa sama-sama untuk mewujudkan kebersihan lingkungan
yang dibutuhkan oleh semua orang.
7. Meremukkan Sampah
Kebanyakan sampah anorganik seperti botol plastik maupun kedus dan lainnya akan
membuat volume sampah menjadi lebih banyak. Jadi, hal penting yang bisa dilakukan untuk
mengurangi jumlah volume sampah adalah dengan meremukkannya.
Meremukkan sampah ini tidak hanya mengurangi volume sampah yang ada, namun juga
berperan untuk meminimalisir penggunaan ulang sampah yang merugikan. Misalnya saja
oknum yang menggunakan sampah botol minuman untuk digunakan kembali tanpa proses
sterilisasi.
8. Penghijauan
Siapa sangka untuk mewujudkan lingkungan yang sehat, rindang dan asri bisa dilakukan
dengan mudah. Salah satunya adalah dengan proses penghijauan. Ajaklah tetangga untuk
menanam banyak bibit pohon di lingkungan sekitar.
Dengan banyaknya pepohonan yang ada maka lingkungan akan menjadi makin bersih dan
asri. Tanaman akan mendaur ulang udara yang tidak sehat menjadi lebih sehat dan membuat
kita menjadi lebih mudah mendapatkan udara yang bersih.
Menutup saluran-saluran air yang ada juga merupakan tindakan yang bisa dilakukan untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan. Karena biasanya saluran air yang terbuka akan
memicu banyak orang membuang sampah sembarangan dan menjadikan saluran tersebut
sebuah sarang sampah dan sumber berbagai penyakit.
Anda bisa emmbuat lubang khusus yang disediakan untuk memasukan sampah organik,
hingga nantinya bisa terdaur ulang dan meminimalisir bau. Kita tahu bahwa sampah organik
akan emmbusuk dan akan menimbulkan bau yang tak sedap, oleh karena itu masukan
kedalam lubang dan timbun kembali.
12. Sosialisasi
Melakukan penyuluhan atau sosialisasi adalah hal yang diperlukan agar orang-orang
mengetahui bagaimana pentingnya upaya menjaga kebersihan lingkungan. Ini akan
menyadarkan banyak orang akan bahaya lingkungan kotor dan memotivasi agar bisa menjaga
kebersihan lingkungan.
Penataan lingkungan hidup adalah rangkaian kegiatan menata sebuah kawasan agar lebih
bermanfaat secara optimal berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.
Kawasan yang penataan rapih dan tertata dengan baik dan disesuaikan dengan fungsi
kawasan tersebut, akan menjadikan kawasan tersebut menjadi lebih bermanfaat.
Tujuan penataan lingkungan antara lain :
Agar tercipta pengelolaan lingkungan secara terencana, rasional dan optimal sesuai daya
dukungnya.
Agar terwujudnya keseimbangan tata guna lahan dengan daya dukung lingkungan.
Agar tercipta kelestarian mutu lingkungan dan kesejahteran makhluk hidup .
( Ani Maryani. 2014)
Sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan berkaitan erat pada perilaku menjaga kebersihan dan kesehatan pada
lingkungan tempat kita berada. Sanitasi lingkungan bertujuan untuk mencegah diri sendiri
maupun lingkungan untuk bersentuhan langsung dengan kotoran atau bahan buangan/limbah
lainnya. Ini berarti bahwa sanitasi lingkungan adalah segala sesuatu yang merupakan upaya
untuk menjaga kebersihan lingkungan kita. Misalnya membuang sampa pada tempatnya dan
melakukan pengolahan sampah dengan baik. Dengan ini sampah tidak menumpuk di sekitar
tempat kita tinggal dan menjadi masalah baru yang berdampak negatif terhadap kesehatan
orang-orang di lingkungan kita. Sanitasi lingkungan telah diperagakan manusia sejak ribuan
tahun yang lalu di lembah Hindus, Romawi, Mesir kuno, yang menyediakan air bersih baik
warganya.
Kegagalan sanitasi lingkungan dapat menjadikan bencana dan wabah mematikan. Menjelang
abad pertengahan di Eropa,sanitasi lingkungan begitu buruk, akibatnya wabah pes merajalela
dan menelan banyak korban jiwa. Ini adalah peristiwa penyakit terburuk dalam sejarah umat
manusia. Oleh karena itu sanitasi lingkungan harus dijaga dengan baik. Salah satunya adalah
dengan menjamin ketersediaan air dalam waktu yang lama. Air adalah zat yang penting
dalam menunjang kehidupan kita. Selain untuk diminum dan diperlukan dalam memasak, air
juga dibutuhkan untuk mendukung kesehatan, sederhana tapi fatal adalah ketika tidak ada air
untuk mencuci tangan. Padahal cuci tangan adalah perilaku sederhana yang mendorong pada
sanitasi lingkungan. Dengan cuci tangan seseorang telah menjauhkan mayoritas kotoran dan
kuman penyebab sakit dari tangannya yang secara otomatis mengurangi kans penyakit masuk
dalam tubuhnya.
Peran penting air untuk sanitasi lingkungan
Memang air memegang aspek yang penting terkait dengan kegiatan sanitasi terhadap
lingkungan, termasuk memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan
sanitasi tersebut diantara lain:
Air sangat berperan penting dalam buruk atau baiknya kesehatan masyarakat dikaitkan
Air yang disiram saat buang air, baik besar maupun kecil memakan 40% dari keperluan air
seluruh keluarga.
Pengelolaan air buangan/limbah, baik industri maupun rumah tangga perlu dikelola dengan
baik. Jangan sampai buangan ini justru menjadi penyebab sakitnya masyarakat.
Selokan dan kanal yang memadai akan mengalirkan air hujan sehingga tidak tergenang dan
menimbulkan kesempatan nyamuk berkembang biak. Selain itu juga menghindari terjadinya
Ruang isolasi merupakan ruangan yang didesain khusus untuk menangani pasien
dengan penyakit infeksi agar terpisah dari pasien lain. Tujuan adanya ruang isolasi di
rumah sakit adalah untuk mengendalikan penyebaran penyakit menular yang bisa
mewabah.
Mengingat ruangan isolasi di rumah sakit adalah ruangan khusus, orang-orang yang bisa
masuk ke ruangan ini juga sangat terbatas. Prosedur masuknya pun tidak sembarangan dan
harus ditaati oleh perawat, dokter, petugas rumah sakit, maupun anggota keluarga pasien.
Fungsi Ruang Isolasi
Secara umum, fungsi utama ruang isolasi adalah mencegah penularan penyakit ke orang lain.
Ruang isolasi terbagi dalam 2 jenis, yaitu ruangan yang menggunakan tekanan udara negatif
dan tekanan udara positif.
Ruang isolasi yang menggunakan tekanan udara negatif digunakan untuk pasien infeksi yang
penularannya bisa terjadi lewat udara. Dengan tekanan negatif ini, udara dari dalam ruang
isolasi yang mungkin mengandung kuman penyebab infeksi tidak keluar dan
mengontami/nasi udara luar.
Sebaliknya, ruangan isolasi yang menggunakan tekanan udara positif digunakan untuk pasien
yang rentan mengalami infeksi. Tekanan udara positif didapatkan dari udara bersih yang telah
disaring dan dibersihkan, kemudian dipompa ke dalam ruangan terus-menerus. Hal ini
membuat udara yang masuk ke ruangan isolasi tetap steril.
Kondisi yang Memerlukan Ruang Isolasi
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat direkomendasikan untuk dirawat dalam
ruang isolasi:
SARS, MERS, COVID-19
Difteri
Kolera
Tuberkulosis
Infeksi organisme yang resisten terhadap beragam obat (multi-drug resistant
organisms/MDRO)
Cacar air
HIV/AIDS
Dalam kondisi tertentu, ada pasien yang diharuskan untuk menempati ruang isolasi sendirian
dan ada juga yang bisa ditempatkan bersamaan dengan pasien lain. Biasanya pasien yang
menempati ruang isolasi dengan pasien lain adalah mereka yang memiliki penyakit yang
sama.
Setiap rumah sakit memiliki prosedur yang berbeda-beda bagi pengunjung yang ingin
menjenguk pasien di ruang isolasi. Ada yang diperbolehkan, ada juga yang tidak
diperbolehkan. Peraturan di ruang isolasi tergantung pada penyakit pasien yang sedang
dirawat di dalamnya.
Jika Anda dibolehkan mengunjungi pasien isolasi, pastikan Anda melaporkan diri terlebih
dahulu kepada dokter atau perawat yang menjaga ruangan tersebut. Ikutilah instruksi yang
diberikan untuk menjenguk pasien.
Aturan khusus yang perlu diikuti saat menjenguk pasien yang dirawat di ruang isolasi antara
lain:
Mencuci tangan dengan benar, baik sebelum maupun sesudah menjenguk pasien di
ruang isolasi
Mengenakan alat pelindung diri (APD) untuk mencegah penularan penyakit dari
pasien atau untuk melindungi pasien dari kuman penyakit yang mungkin dibawa oleh
pengunjung
Menutup pintu dengan rapat setelah masuk maupun keluar dari ruangan isolasi
Tidak masuk ruang isolasi bila sedang menderita flu atau penyakit lainnya yang
rentan menular atau rentan tertular penyakit
Pengunjung juga harus mengikuti petunjuk dan kebijakan lain yang berlaku di rumah sakit,
misalnya jam besuk. Umumnya, anak-anak tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang
isolasi.
Ketika seseorang dirawat di ruang isolasi, besar kemungkinan penyakit yang ia alami akan
berbahaya jika menular ke orang lain. Kemungkinan lainnya, akan sangat berbahaya bagi
pasien jika ia terkena infeksi yang ringan sekalipun.
Efek yang terjadi bila peraturan di ruang isolasi tidak diindahkan bisa sangat besar, tidak
hanya untuk pasien, tapi juga untuk tenaga medis, petugas rumah sakit, pengunjung, bahkan
masyarakat luas. Itulah sebabnya semua orang yang masuk ke ruang isolasi harus mengikuti
peraturan dengan tertib. (Jacob, S., Yadav, S. S., & Sikarwar, B. S. (2019))
Selain teknik diatas, interview dengan pasien dapat dikerjakan untuk dapat melihat secara
langsung kualitas pelayanan keperawatan dan tindakan medis yang dilakukan,
menggunakan form kepuasan pasien, atau format yang telah disusun sebelumnya. Cara
ini efektif untuk dilakukan, mengingat medical error biasanya terjadi karena komunikasi
yang buruk dengan pasien. ( dr. M. Hardhantyo Puspowardoyo. 2015)
Untuk mencapai dan menjaga kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka dibutuhkan
tindakan yang komprehensif dan responsif terhadap kejadian tidak diinginkan (KTD), agar
kejadian serupa tidak terulang kembali; resiko KTD dapat diminimalkan bahkan dicegah
dengan memperhatikan keselamatan pasien.
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Standar Keselamatan Pasien :
Standar Keselamatan Pasien wajib diterapkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah
sakit dan penilaiannya dilakukan dengan menggunakan Instrumen Akreditasi (Akreditasi
Rumah Sakit).
1. Hak pasien.
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
3. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Fasilitas pelayanan kesehatan menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan
pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Pimpinan rumah sakit harus berperan terhadap keselamatan pasien di rumah sakit;
antara lain Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien“.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan terutama rumah sakit harus memiliki program
pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing. Fasilitas pelayanan kesehatan
terutama rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Fasilitas pelayanan kesehatan merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names)
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah
Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.
Kriterianya adalah:
Standarnya adalah
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar
unit pelayanan.
Kriterianya adalah:
2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
Standarnya adalah
1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah
Menuju KP RS ”.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.
1) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
2) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
3) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
5) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
7) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
Standarnya adalah
1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan
mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
Kriterianya adalah
1) memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
2) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
2) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada
Early warning score (EWS) merupakan sebuah skor risiko klinis berdasarkan
parameter yang meliputi tanda-tanda vital yaitu denyut jantung, tekanan darah,
pernapasan, suhu, saturasi oksigen dan tingkat kesadaran untuk membantu pasien
mendapatkan tindakan medis secepatnya (Bonnici, et al., 2016). EWS merupakan
cara pendeteksian dini bagi penurrunan kondisi fisiologi pasien dengan enam
parameter yaitu tekanan darah sistolik, denyut nadi, pernapasan, suhu tubuh, saturasi
oksigen maupun tingkat kesadaran berdasarkan hasil pengkajian penilaian skor
sehingga dapat dilakukan intervensi yang sesuai dengan hasil pengkajian tersebut
( Royal College of Physicians, 2012).
2. Tujuan
Nilai EWS: 0
Frekuensi Monitoring:
Minimal 3 kali sehari
atau 1 kali/ shift atau tiap 4 jam untuk pasien paska perawatan intensive
Respon Klinik :
Lanjutkan monitoring EWS rutin
Jika pada re-asesmen ditemukan skor > 0, ikuti petunjuk respon klinis skor rendah ( HIJAU )
Respon Klinik:
Respon Klinis:
Hubungi Dokter Jaga
Dokter Jaga melakukan verifikasi dalam 30 menit sejak dilaporkan, melakukan
pemeriksaan dan penanganan pasien
Jika pada re-asesmen ditemukan skor < 5 selama 4 jam observasi, lanjutkan observasi
sesuai petunjuk respon klinis skor rendah ( HIJAU )
Sebaliknya, jika ditemukan skor > 6 setelah 1 jam observasi:
Lakukan re-asesmen ( perawat/ Dokter Jaga )
Tingkatkan frekuensi observasi tiap 30 menit.
Observasi pasien sesuai petunjuk skor Tinggi ( MERAH )
Nilai EWS: Total 7 atau lebih (SKOR TINGGI)
Frekuensi Monitoring: Continuous monitoring dan penanganan dalam 30 menit
Respon Klinik:
Hubungi Dokter Jaga
Dokter Jaga melakukan verifikasi, pemeriksaan da penanganan pasien dalam waktu < 15
menit sejak aktivasi EWS
Dokter Jaga lapor Dokter Penanggung-Jawab Pasien, Bila >3x tidak dpt dihubungi,
kontak Dokter Spesialis yang sama bidangnya.
Dokter Jaga menginformasikan kepada keluarga tentang kondisi pasien dan kemungkinan
pindah rawat ruang intensif
Monitor secara kontinu dengan alat monitor portable ( jika tersedia )
Jika dalam waktu 30 menit sejak penanganan dan konsultasi dengan Dokter Penanggung-
Jawab Pasien terjadi perburukan pasien, maka Dokter Jaga atas ijin Dokter Penanggung-
Jawab Pasien mengkonsultasikan kepada Intensivist dan rekomendasi untuk rawat di
ruang Intensif (ICU)
Jika terjadi Cardiac Arrest, lakukan penanganan sesuai algorithme Code Blue.
Jika respon pasien membaik, dan skor < dari 7 setelah 4 jam observasi secara terus
menerus, kembali ikuti petunjuk respon klinis medium ( KUNING )
Jika SKOR tetap > 7, Dokter Penanggung-Jawab Pasien dan keluarga setuju rawat ruang
Intensif
Pasien dipindahkan ke Ruang Intensif
Catatan: Dokter Penanggung-Jawab Pasien adalah dokter spesialis yang bertanggung jawab pada
pasien tersebut
(Royal College of Physicians, December 2017)
Early warning scores lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut
terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam
jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang
dihasilkan lebih baik (Firmansyah, 2013).
G. Sterilisasi
1. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 211 C selama
beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri patogen dan
spora bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya. Metodesterilisasi yang paling umum
dilakukan adalah menggunakan kaleng atau kemasantetra pack (Yuyun dan Gunaisa, 2011)
3. Tujuan Sterilisasi
Pada dasarnya sterlisasi pada bidang mikrobiologi bertujuan agar: (1) Alat atau bahan bebas
dari mikroorganisme sebelum digunakan dan (2) mikroorganisme yang ditumbuhkan pada
medium tidak terganggu oleh mikroorganisme lain.
4. Manfaat dan Penggunaan Sterilisasi
manfaat sterilisasi yaitu
1) mencegah terjadinya infeksi
2) mencegah bahan makanan menjadi rusak
3) mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industry (Aloysius Martha. 2018)
1. Faktor kuman
Bila mikroorganisme yang berkontaminasi pada alat banyak berkurang oleh karena
pembersihan, maka sterilisasi hanya memerlukan waktu kontak yang relatif singkat.
Keadaan alamiah mikroorganisme pada spesies yang berbeda mempunyai kepekaan terhadap
panas atau zat kimia yang berlainan pula. Perbedaan paling jelas ialah diantara sel vegetatif
dengan endospora bakteri dimana lingkungan dapat meningkatkan atau menurunkan daya
kerja zat kimia tersebut.
2. Faktor penularan penyakit
Dalam pengendalian penyebaran infeksi, tindakan yang harus dilakukan adalah memutuskan
mata rantai proses penularan penyakit, yang dikenal dengan istilah “circulair chain of the
infectious process”, yaitu :
a) Penyebab (causative agent) merupakan mata rantai pertama yang harus dimusnahkan,
biasanya penyebab penyakit menular ini adalah mikroorganisme baik kuman, virus, jamur
dan sebagainya, untuk memusnahkannya dapat dilakukan dengan sterilisasi.
b) Penampung (reservoir) merupakan tempat-tempat mikroorganisme hidup dan
berkembang biak, maka untuk mematahkan mata rantai harus selalu dijaga kebersihan
ruangan, lingkungan serta alat-alat yang dipergunakan di tempat perawatan, selain itu
operator harus selalu menyadari bahwa setiap pasien mungkin merupakan pembawa dan
sumber infeksi.
c) Pintu keluar (portal of exit) yaitu rute atau jalur yang dilalui kuman-kuman pathogen
meninggalkan tubuh manusia.
d) Pemindahan (mode of transfer) adalah penularan bibit penyakit yang dapat terjadi dengan
berbagai cara diantaranya melalui udara, sentuhan badan atau melalui peralatan.
e) Pintu masuk (portal of entry) yaitu masuknya kuman-kuman pathogen ke tubuh manusia,
dapat melalui saluran pencernaan, saluran pernapasan, kulit dan selaput lender.
f) Kerentanan penerima (susceptible host) mata rantai ini sukar dipatahkan karena
tergantung pada daya tahan dan kesehatan perorangan.
3. Faktor pelaksana
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada faktor pelaksana antara lain: hygiene pribadi dan
hygiene tangan yang baik. Faktor pelaksanaan meliputi kebersihan badan dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Pelaksana selalu berpenampilan rapih, memakai baju pelindung dan
masker serta memperhatikan kebersihan tangan untuk menghindari pemindahan kuman ke
pasien atau sebaliknya
H. Desinfeksi
1. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi merupakan proses untuk merusak organisme yang bersifat patogen, namun tidak
dapat mengeliminasi dalam bentuk spora (Tille, 2017)
2. Klasifikasi dan penggolongan desinfektan
Golongan Desinfektan
Beberapa golongan desinfektan yang sering digunakan di peternakan antara lain:
Alkohol
Desinfektan turunan alkohol, seperti etanol dan isopropanol, memiliki sifat non-korosif tapi
berefek kaustik (mengiritasi, seperti terbakar).
Aldehid
Turunan aldehid seperti formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid bekerja
mendenaturasi protein sel bibit penyakit, memiliki spektrum luas, bersifat stabil,
persisten, biodegradable, dan cocok untuk desinfeksi beberapa material peralatan. Namun
senyawa ini mudah menimbulkan resistensi, berpotensi sebagai karsinogen, dan bisa
mengiritasi selaput lendir (Larson, 2013).
Oxidizing Agent
Senyawa pengoksidasi (oxidizing agent) yang umum digunakan sebagai desinfektan adalah
hidrogen peroksida, iodine dan Chloramine-T. Mekanisme kerja senyawa ini ialah
mengganggu struktur dan proses sintesis protein serta asam nukleat. Desinfektan golongan ini
efektif membunuh bakteri, virus, dan jamur, namun memiliki sifat korosif terhadap logam.
Fenol
Senyawa turunan fenol (misal kresol) memiliki aktivitas antimikroba dengan merusak lapisan
lemak (lipid) pada membran plasma bibit penyakit
Ammonium Quartener (QUATS)
Turunan QUATS seperti benzalkonium chloride (BKC), benzetonium chloride, setrimid,
dan domifen bromida memiliki efek bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri Gram (+)
maupun (-), jamur serta protozoa. Tetapi turunan ini tidak aktif terhadap bakteri pembentuk
spora dan virus tidak beramplop. Keuntungan penggunaan QUATS: toksisitas rendah,
kelarutan dalam air besar, stabil dalam larutan air, tidak berwarna dan non-korosif terhadap
logam. ()
3. Penggunaan Desinfektan
Jenis desinfektan ini dibagi menjadi dua, yaitu desinfektan kimia dan desinfektan nabati.
Penggunaan disinfektan kimia dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan dampak negatif,
karena dalam penggunaannya, bahan kimia dapat meninggalkan residu yang berpotensi untuk
mengganggu kesehatan (Wastiti et al. 2017). Untuk itu, perlu mencari alternatif lain yaitu
dengan memanfaatkan tanaman atau disebut dengan desinfektan nabati. Desinfektan nabati
ini tidak menimbulkan residu karena terbuat dari bahan yang ada di alam sehingga mudah
menguap
4. Tujuan desinfeksi
Tujuan desinfeksi yaitu menghancurkan atau membunuh organisme patogen pada benda atau
instrumen, kecuali spora bakteria, dengan menggunakan campuran zat kimia cair atau
pasteurisasi basah.
5. Cara dan metode desinfeksi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keselamatan pasien (Patient safety) merupakan hak setiap pasien yang mendapatkan pelayanan
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Rumah sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi
merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan. Di
Rumah sakit sudah ada peraturan tentang peran perawat dalam pelaksanaan Patient safety dan
juga sudah dilakukan sosialisasi, akan tetapi dalam pelaksanan realisasinya di pelayanan
kesehatan belum sepenuhnya berdasarkan ketentuan peratutan tersebut. Hal yang dapat kita
simpulkan adalah bahwa untuk mewujudkan patient safety butuh upaya dan kerjasama
berbagai pihak, pasien safety merupakan upaya dari seluruh komponen sarana pelayanan
kesehatan.
B. SARAN
Seorang perawat harus mampu meningkatkan upaya keselamatan pasien dalam menjalankan
tugasnya di bidang keperawatan. Namun alangkah baiknya seorang perawat tidak boleh
membedakan pasien antar satu sama lain dalam memberikan pelayanan kesehatan.