Anda di halaman 1dari 8

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

(STIKes PERTAMEDIKA)
Jl. Bintaro Raya No. 10, Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126
Website : www.stikes-pertamedika.ac.id
Email : stikes pertamedika@gmail.com

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

POKOK BAHASAN : Kesehatan Reproduksi Remaja


SUB POKOK BAHASAN : Pendidikan Seks Dini (Sex Education)
SASARAN : Remaja
TEMPAT : Rumah Pribadi
WAKTU : Selasa, 1 Juni 2021

I. Latar Belakang Masalah


(Berisi data-data yang menunjang dan permasalahan yang melatarbelakangi perlunya
penyuluhan)
II. Tujuan Instruksional Umum

Adapun dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan persepsi remaja
mengenai seks education
III. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hubungan seks dini di harapkan audiens dapat memahamia.Peserta
dapat menjelaskan pengertian remaja dan hubungan seksual dinib.Peserta dapat menjelaskan ciri-ciri
remajac.Peserta dapat menjelaskan faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dinid.Peserta dapat
menjelaskan cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dinie.Peserta dapat menjelaskan akibat
hubungan seksual dinif.Peserta dapat menjelaskan macam-macam penyalahgunaan seks.
IV. Metode
V. Media
VI. Strategi Pelaksanaan
No Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan audiens
1 Pembukaan Pendahuluan(5 menit) Menjawab salam &
a. Salam pembuka dan memperhatikan
perkenalan Memperhatikan
b. Menyampaikan maksud
dan tujuan Memperhatikan
c. Kontrak waktu dan tempat
d. Apersepsi / pretest
Memperhatikan &
menjawab pertanyaan

2 Pelaksanaan Penyajian Materi Mendengarkan dan


a. Pemaparan diskusi (sesuai (15 menit) memperhatikan
topik apa saja yang akan Bertanya
disampaikan, sebutkan !) Mendengarkan dan
b. Diskusi memperhatikan
3 Penutup Evaluasi dan penutup Bertanya
a. Evaluasi/ post test (10 menit) Mendengarkan dan
b. Menyimpulkan materi memperhatikan
c. Salam penutup
Mendengarkan dan
menjawab salam
VII. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Sruktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
VIII. Lampiran
1. Materi
1. Pengertian Remaja dan Hubungan Seksual Dini
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut
WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sedangkan
dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan
adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah usia 10-21
tahun.
Remaja, yang bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa latin adolescere, yang
artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Bangsa primitif dan orang-orang
purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam
rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi (Ali dan Asrori, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan
psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun yang merupakan suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah
masa periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk,2009)
Hubungan seksual dini adalah hubungan seksual yang di lakukan di usia dini untuk
menyalurkan dorongan seksual. Oleh karena itu, remaja perlu mendapatkan pendidikan seks.
Pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah
anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa
seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga
dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat
menghindarinya.

2. Ciri-ciri remaja
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal
perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan nya, masa
(rentang waktu) remaja ada tiga tahap (Widyastuti dkk, 2009), antara lain :
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak dan merasa ingin bebas.
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berpikir yang khayal (abstrak).
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan ingin mencari identitas diri.
2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.

c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)


1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.
5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.(Widyastuti dkk, 2009).
Perubahan Fisik Pada Masa Remaja
a. Tanda-Tanda Seks Primer
Yang dimaksud dengan tanda-tanda seks primer adalah organ seks pada laki-laki gonad atau
testis. Organ tersebut terletak didalam skrotum. Pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari
ukuran matang. Setelah itu terjadilah pertumbuhan yang pesat selama satu atau dua tahun,
kemudian pertumbuhan menurun. Testis berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun.
Sebagai tanda bahwa fungsi organ-organ reproduksi pria matang lazimnya terjadi mimpi
basah, artinya ia bermimpi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual, sehingga
mengeluarkan sperma.
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat ketepatan antara
organ satu dengan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3
gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ
reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian
pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan
terjadi kira-kira setiap 28 hari. (Widyastuti dkk, 2009).

b. Tanda-Tanda Seks Sekunder


1) Pada Laki-Laki
Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah rambut kemaluan, terjadi sekitar
satu tahun setelah testis dan penis mulai membesar. Ketika rambut kemaluan hampir selesai
tumbuh, maka menyusul rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya kumis dan
cambang. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori membesar. Kelenjar lemak
dibawah kulit menjadi lebih aktif. Seringkali menyebabkan jerawat karena produksi minyak
yang meningkat. Aktivitas kelenjar keringat juga bertambah, terutama bagian ketiak. Otot-otot
pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat. Lebih-lebih bila dilakukan latihan otot,
maka akan tampak memberi bentuk pada lengan, bahu dan tungkai kaki. Seirama dengan
tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi perubahan suara. Mula-mula agak serak,
kemudian volumenya juga meningkat. Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan
kecil-kecil di sekitar kelenjar susu. Setelah beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.
2) Pada Wanita
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya
rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan
bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah, mula-
mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan
agak keriting. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai
akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit. Seiring pinggul
membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi karena
harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga
payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. Seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih
besar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki, kulit pada wanita
tetap lebih lembut. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan
kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum
dan selama masa haid. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan semakin
kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki. Suara berubah semakin
merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita. (Widyastuti dkk, 2009).

3. Faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini


Kolodny, Master dan Johnson (1979) menyatakan bahwa keinginan seksual beragam
diantaranya individu, sebagian orang menginginkan dan menikmati seks setiap hari.
Sementara yang lainnya menginginkan seks hanya sekali satu bulan dan yang lainnya lagi
tidak memiliki keinginan seks sama sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta tersebut.
Keinginan seksual menjadi masalah jika klien semata-mata menginginkan untuk
melakukannya pada beberapa norma kultur atau jika perbedaan dalam keinginan seksual dari
pasangan menyebabkan konflik.
a. Faktor Fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktivitas seksual
dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks
dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor dan keletihan adalah
alasan seseorang untuk tidak merasakan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama jika
diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat
menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.

b. Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks.
Setelah kemesraan hubungan telah mundur, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka
dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka.
Keterampilan seperti ini memainkan peran yang sangat penting ketika menghadapi keinginan
seksual dalam berhubungan. Penurunan minat dalam aktifitas seksual dapat mengakibatkan
ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa-apa yang
diterima atau menyenangkan.

c. Faktor Gaya Hidup


Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alcohol dapat mempengaruhi
keinginan seksual. Namun demikian, banyak bukti sekarang ini menunjukkan bahwa efek
negatif alkohol terhadap seksual jauh melebihi euphoria (perasaan yang berlebihan) yang
mungkin dihasilnya. Pada awalanya menemukan waktu yang tepat untuk aktivitas seksual
adalah faktor gaya hidup. Klien seperti ini sering mengungkapkan bahwa mereka perlu waktu
untuk menyendiri, berfikir dan istirahat sebagai hal yang lebih penting dari seks.
d. Faktor Harga Diri
Tingkat harga diri juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Jika harga
diri seksual tidak pernah diperlihatkan dengan mengembangkan perasaan yang kuat tentang
seksual diri dan dengan mempelajari keterampilan seksual, seksual mungkin menyebabkan
perasaan negatif atau menyebabkan tekanan perasaan seksual. Harga diri seksual dapat
menurun didalam banyak cara, yaitu perkosaan, inses dan penganiayaan fisik atau emosi
meninggalkan luka yang dalam (Herdiana, 2007).

4. Cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dini


a) Taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Remaja memahami tugasnya, misalnya belajar/ bekerja
c) Mengisi waktu dengan bakat, minat, dan kemampuan misalnya: olahraga, kesenian,
dan berorganisasi.
d) Pengawasan dari orang tua
Terdapat perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku
kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa.

Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah sebagai
berikut:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
4) Mencapai kemandirian emosional.
5) Mencapai kemandirian ekonomi.
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia
dewasa.
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10)Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya,
yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu
kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat
memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif
remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya (Ali dan
Asrori, 2009).

5. Akibat hubungan seksual dini


Berhubungan sex di usia remaja ( di bawah 18 tahun ) lebih rentan terkena berbagai macam
penyakit fisik maupun psikologis. Secara fisik sel-sel di antara vagina dan cervix belum
“matur” atau matang sehingga akan mudah terjadi “perlukaan” bila terkena trauma yang biasa
terjadi pada saat coitus (berhubungan badan). Perlukaan tersebut akan menjadikannya tempat
yang akan memudahkan masuknya virus HPV yang merupakan virus penyebab cancer cervix
dan virus HIV penyebab AIDS.
Dengan kata lain semakin muda usia pada saat kamu berhubungan sexsual, maka resiko
terkena cancer cervix dan AIDS juga akan lebih tinggi. Cancer cervix dan AIDS adalah jenis
penyakit yang sulit dideteksi gejalanya. Gejala klinis baru akan muncul setelah bertahun tahun
virus HPV menginfeksi, itupun biasanya cancer sudah berada pada stadium lanjut. Karenanya
penting bagi setiap perempuan yang sudah melakukan hubungan sex berapapun usianya, untuk
secara rutin melakukan pap smear test, yaitu suatu test yang dilakukan untuk mengetahui
perubahan sel-sel antara vagina dengan cervix. Begitu pula dengan infeksi HIV, setelah
pertahun –tahun virus tersebut menginfeksi, barulah gejala klinis AIDS akan muncul. Virus
HIV ini hanya bisa dideteksi dengan melakukan pemeriksaan HIV di dalam darah. Infeksi
virus HIV akan menurunkan tingkat imunitas seseorang, sehingga dapat menyebabkan
pertumbuhan cancer lebih cepat Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu
kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau
kedua calon orang tua bayi tersebut. Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan
komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan
oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan
jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka pendek secara langsung berupa
perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai kematian. Dampak jangka panjang berupa
mengganggu kesuburan sampai terjadinya infertilitas.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui
dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan
setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.

6. Penyalahgunaan Seks
Selain terdapat kegunaan seks dapat pula kita temukan penyalahgunaan seks yang dapat
dipaparkan sebagai berikut:
a. Seks sebagai alat pencari kepuasan
Sebagian besar orang mengalami gabungan antara kegembiraan, kesukaan dan ketakutan
dalam pengalaman seksual awalnya yang menimbulkan rasa kewaspadaan. Mereka lapar akan
pengalaman seksual dan menggunakan seks sebagai cara untuk mencapai tujuan melalui
hubungan seks di luar perkawinan, seks terlarang seperti pedhofilia, atau antar anggota
keluarga yang merusak kepercayaan serta nilai-nilai moral dalam keluarga. Bila seks terlepas
dari kontrol sosial konvensional, seks menjadi pemuas, yang bagi beberapa orang
menimbulkan kesenangan sedang bagi orang lain menimbulkan ketakutan.
b. Seks digunakan sebagai ekspresi kemarahan
Sering kita dengar tindak pemerkosaan yang merupakan tindak kekerasan dan mencerminkan
tindak kemarahan terhadap wanita. Wanita juga dapat mengekspresikan kemarahannya dalam
tingkah laku seksual dengan menggunakan teknik yang lebih tersamar. Mereka dapat menolak
pasangannya dengan cara yang lebih tersamar, tidak memberiakn respon, ataupun mencela
gaya hubungan seksual yang dilakukan.
c. Seks sebagai kekuatan
Seks dapat dilakukan salah satu bentuk kekuatan dalam hubungan yang tidak sehat. Beberapa
orang dapat mengeksploitasi pasangannya dalam cara yang manipulatif seperti pada wanita
yang cacat, wanita lemah bahkan seks dapat dipakai hadiah untuk tingkah laku pasangan ynag
menyenangkan.
d. Eksploitasi komersial
Masyarakat masih terus dibanjiri dengan iklan-iklan untuk mengubah pemahaman biologi
tentang seks dan daya tarik seksual dalam berbagai media massa.

DAFTAR PUSTAKA

Greenwood, Judy. 1991. Seks dan Permasalahannya. Jakarta: Arcan

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC

2. Media
Laptop
Leaflet

Anda mungkin juga menyukai