I. ANALISA DATA
A. LATAR BELAKANG
B. KARAKTERISTIKPESERTA DIDIK
C. KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang remaja dan pendidikan seks pra nikah pada
remaja selama 30 menit, diharapkan remaja di SMP dapat mengetahui dan memahami
tentang bahaya seks pra nikah.
V. METODE
Ceramah, tanya jawab dan diskusi
Tahap/ Media &
Waktu Kegiatan Pengajar Kegiatan Peserta Alat Metode
1. Memberi salam pembuka dan Menjawab salam
memperkenalkan diri & memperhatikan
2. Menginformasikan materi yang Memperhatikan Ceramah
akan disampaikan
3. Menjelaskan tujuan yang Memperhatikan Ceramah
hendak di capai pada akhir
penyuluhan Ceramah
4. Apersepsi dengan cara menggali Memperhatikan & LCD,
Pendahuluan pengetahuan yang dimiliki menjawab dan
(5 menit) peserta pertanyaan laptop, Ceramah
1. Menjelaskan pengertian remaja
dan hubungnan seksual dini
Ceramah
2. Menjelaskan ciri-ciri remaja
3. Menjelaskan faktor-faktor yang Mendengarkan
mendorong hubungan seksual dan Ceramah
dini memperhatikan
Ceramah
4. Menjelaskan cara
mengendalikan dorongan
hubungan seksual dini Ceramah
Mendengarkan
1. Menyimpulkan Materi Mendengarkan
Penutup 2. Menutup pertemuan & dan menjawab Ceramah
(5 menit) mengucapkan salam penutup salam Lisan Ceramah
VII. MEDIA
PPT dan Leaflet
IX. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya
2. Evaluasi proses
a. Kegiatan dilakukan sesuai dengan waktunya
b. Peserta antusias terhadap penjelasan tentang pentingnya peendidikan sex
usia dini
c. Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum waktu selesai
3. Evaluasi hasil
Peserta mampmengerti dan memahami
a. pengertian remaja dan hubungnan seksual dini
b. ciri-ciri remaja
c. faktor-faktor yang mendorong hubungan seksual dini
d. cara mengendalikan dorongan hubungan seksual dini
e. akibat hubungan seksual dini
f. macam penyalahgunaan seks
URAIAN MATERI
1. Pengertian Remaja dan Hubungan Seksual Dini
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO
(badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sedangkan dari segi
program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka
yang berusia 10-19 tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja
dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah usia 10-21 tahun.
Remaja, yang bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa latin adolescere,
yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Bangsa primitif dan orang-orang
purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam
rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi
(Ali dan Asrori, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan
psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun yang merupakan suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah
masa periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa. (Widyastuti dkk,2009)
Hubungan seksual dini adalah hubungan seksual yang di lakukan di usia dini untuk
menyalurkan dorongan seksual. Oleh karena itu, remaja perlu mendapatkan pendidikan
seks. Pendidikan seks berusaha menempatkan seks pada perspektif yang tepat dan mengubah
anggapan negatif tentang seks. Dengan pendidikan seks kita dapat memberitahu remaja bahwa
seks adalah sesuatu yang alamiah dan wajar terjadi pada semua orang, selain itu remaja juga
dapat diberitahu mengenai berbagai perilaku seksual berisiko sehingga mereka dapat
menghindarinya.
2. Ciri-ciri remaja
Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal
perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan nya, masa
(rentang waktu) remaja ada tiga tahap (Widyastuti dkk, 2009), antara lain :
a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
1) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.
2) Tampak dan merasa ingin bebas.
3) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang
khayal (abstrak).
b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
1) Tampak dan ingin mencari identitas diri.
2) Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam.
c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.
3) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya.
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta.
5) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.(Widyastuti dkk, 2009).
b. Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan
seks. Setelah kemesraan hubungan telah mundur, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka
dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. Keterampilan
seperti ini memainkan peran yang sangat penting ketika menghadapi keinginan seksual dalam
berhubungan. Penurunan minat dalam aktifitas seksual dapat mengakibatkan ansietas hanya
karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa-apa yang diterima atau
menyenangkan.
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1991) adalah sebagai berikut:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis.
4) Mencapai kemandirian emosional.
5) Mencapai kemandirian ekonomi.
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan
peran sebagai anggota masyarakat.
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia
dewasa.
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10)Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
6. Penyalahgunaan Seks
Selain terdapat kegunaan seks dapat pula kita temukan penyalahgunaan seks yang dapat
dipaparkan sebagai berikut:
a. Seks sebagai alat pencari kepuasan
Sebagian besar orang mengalami gabungan antara kegembiraan, kesukaan dan ketakutan dalam
pengalaman seksual awalnya yang menimbulkan rasa kewaspadaan. Mereka lapar akan
pengalaman seksual dan menggunakan seks sebagai cara untuk mencapai tujuan melalui
hubungan seks di luar perkawinan, seks terlarang seperti pedhofilia, atau antar anggota keluarga
yang merusak kepercayaan serta nilai-nilai moral dalam keluarga. Bila seks terlepas dari kontrol
sosial konvensional, seks menjadi pemuas, yang bagi beberapa orang menimbulkan kesenangan
sedang bagi orang lain menimbulkan ketakutan.
b. Seks digunakan sebagai ekspresi kemarahan
Sering kita dengar tindak pemerkosaan yang merupakan tindak kekerasan dan mencerminkan
tindak kemarahan terhadap wanita. Wanita juga dapat mengekspresikan kemarahannya dalam
tingkah laku seksual dengan menggunakan teknik yang lebih tersamar. Mereka dapat menolak
pasangannya dengan cara yang lebih tersamar, tidak memberiakn respon, ataupun mencela gaya
hubungan seksual yang dilakukan.
c. Seks sebagai kekuatan
Seks dapat dilakukan salah satu bentuk kekuatan dalam hubungan yang tidak sehat. Beberapa
orang dapat mengeksploitasi pasangannya dalam cara yang manipulatif seperti pada wanita yang
cacat, wanita lemah bahkan seks dapat dipakai hadiah untuk tingkah laku pasangan ynag
menyenangkan.
d. Eksploitasi komersial
Masyarakat masih terus dibanjiri dengan iklan-iklan untuk mengubah pemahaman biologi
tentang seks dan daya tarik seksual dalam berbagai media massa.
DAFTAR PUSTAKA