Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KECANDUAN PORNOGRAFI

Disusun Oleh:

1. Inggar Permana Putri (170103039) 9. Desta Anggoro S. (170103019)


2. Krisis Monika (170103043) 10. Dewani Yustika D.J. (170103020)
3. Leila Dara Rosyida (170103046) 11. Evi Damayanti (170103028)
4. Lisa Nur Kamallia (170103047) 12. Safagiana Ade M. (170103078)
5. Lutfi Afifah (170103048) 13. Salma Fuady (170103079)
6. Muhammad Nur Rozak (170103054) 14. Sarah Hamita N.S. (170103080)
7. Dea Oktria Nur (170103017) 15. Septi Ajeng N.P. (170103082)
8. Defina Puspitasar i (170103018) 16. Slamet Edi S. (16142014328094)

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KECANDUAN PORNOGRAFI

MATA AJAR : Keperawatan Kesehatan Jiwa 2


POKOK BAHASAN : Kecanduan pornografi
WAKTU : 10.00-10.40 WIB
HARI/TANGGAL : Rabu, 25 Desember 2019
TEMPAT : Balai Rt. 02 Rw. 08 Grand Tanjung Elok
SASARAN : Siswi-siswi SMA

I. LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dengan mencobanhal-
hal baru, termasuk perilaku berisiko. Perubahan yang sangat menonjol pada
remaja yaitu terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas,
hal ini sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik terutama pada
organ-organ seksual dan perubahan hormonal yang mengakibatkan
munculnya dorongan-dorongan seksual pada diri remaja. Kondisi ini
membuat para remaja mencari informasi dengan berbagai sumber, apalagi
saat ini mengakses segala sesuatu hal yang diinginkan merupakan hal yang
sangat mudah.
Pencarian informasi tentang perilaku seksual remaja saat ini sangat
didukung oleh perkembangan dan kemajuan teknologi informasi berupa
internet yang sedang diminati dan digemari oleh remaja. Internet meliputi
gadget dan smartphone yang banyak digunakan remaja dalam interaksi
sosial mereka. Kemajuan teknologi ibarat dua mata pisau, di satu sisi
sangat menguntungkan, di sisi lain bisa berbahaya. Salah satu dampak
negatif dari kemajuan teknologi berupa internet adalah mudahnya
mengakses pornografi dan pornoaksi yakni internet pornografi (Suyatno,
2011).

II. TUJUAN PENYULUHAN UMUM


Setelah selesai mengikuti pendidikan kesehatan tentang pornografi selama
30 menit diharapkan sasaran dapat memahami dan menerapkan materi
yang diajarkan.

III. TUJUAN PENYULUHAN KHUSUS


Setelah diberikan penyuluhan, sasaran dapat:
1. Memahami pengertian pornografi
2. Ciri-ciri kecanduan pornografi
3. Dampak kecanduan pornografi
4. Tahap-tahap efek pornografi
5. Penanganan kecanduan pornografi

IV. MATERI
Terlampir

V. PENGORGANISASIAN
1. MC : Lisa Nur Kamallia dan Leila Dara Rosyida
2. Pemateri : Desta Anggoro S. Dan Slamet Edi S.
3. Notulen : Safagiana Ade Marlanti
4. Fasilitator :
a. Defina Puspitasari
b. Septi Ajeng N. P.
c. Sarah Hamita N. S.
d. Krisis Monika
e. Salma Fuady
5. Observer : Lutfi Afifah
VI. SETTING TEMPAT

Keterangan :
Peserta :
Presentator :
Moderator :
Notulen :
Observer :
Fasilitator :
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
KEGIATAN
NO WAKTU
PENYULUH PESERTA
1. 5 Menit Pembukaan
a. Salam pembukaan - Menjawab salam
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Mengkomunikasikan tujuan - Berpartisipasi aktif

2. 30 Menit Kegiatan inti penyuluhan - Memperhatikan


a. Menjelaskan dan penjelasan
menguraikan materi tentang: penyuluh dengan
1. Pengertian pornografi cermat
2. Ciri-ciri kecanduan
pornografi
3. Dampak pornografi bagi
siswa
4. Tahap-tahap efek
pornografi
5. Pencegahan dan
penanganan kecanduan
pornografi
b. Memberikan kesempatan
kepada peserta penyuluhan
untuk bertanya
c. Menjawab pertanyaan
peserta penyuluhan yang
berkaitan dengan materi
yang belum jelas.
Penutup
a. Menyimpulkan materi yang - Menanyakan hal-
3. 5 Menit
telah disampaikan. hal yang belum
b. Evaluasi penyuluhan jelas
dengan pertanyaan secara
lisan. - Memperhatikan
c. Salam penjelasan
- Menjawab
pertanyaan
- Memperhatikan
- Menjawab salam

VII. METODE
- Ceramah
- Tanya jawab

VIII. MEDIA DAN ALAT


Leaflet

IX. EVALUASI
1. Standar Persiapan :
a. Materi sudah di pelajari sebelum dilakukannya kegiatan penyuluhan
b. Menyiapkan materi penyuluhan
2. Standar Proses :
a. Menjelaskan materi pornografi
b. Menjawab pertanyaan dari peserta penyuluhan terkait materi
pornografi
c. Memberikan pertanyaan terkait materi pornografi yang telah
dijelaskan
d. Media dapat digunakan secara aktif
e. Peserta memperhatikan penyaji pada saat melakukan penyuluhan
sampai selesai
3. Standar Hasil :
a. Peserta mampu menjelaskan kembali pengrtian pornografi
b. Peserta mampu menjelaskan kembali pencegahan pornografi
c. Peserta mampu menjelaskan kembali peran orang tua dalam
mencegah pornografi pada anaknya.
MATERI PENYULUHAN

A. DEFINISI
Pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi,
gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk
pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau
pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi
seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat (UU No. 44,
2008). Jenis media pornografi menurut UU No. 44 (2008), yaitu: televisi,
telepon, surat kabar, majalah, radio, internet (Sunarsih,2010).
Penggunaan handphone yang tidak sebagaimana mestinya merupakan
awal dari permasalah munculnya kecanduan anak pada pornografi. Mungkin
awalnya tidak sengaja menemukan gambar atau foto untuk orang dewasa,
entah berupa iklan atau situs web yang memang memungkinkan
memunculkan gambar dan foto seronok pada menu browser atau
pencarian.
Munculah rasa ingin tahu dan penasaran, maka pada browsing
selanjutnya sudah bukan tidak sengaja lagi, melainkan sengaja atau
mungkin berharap menemukan gambar, foto atau situs pornografi. Bukan
menyalahkan handphone-nya atau kemajuan teknologinya, melainkan
prilaku yang menyimpangnyalah yang tidak dapat dibenarkan.
Kerusakan yang dialami akibat kecanduan pornografi adalah rusaknya
otak bagian depan atau pre frontal cortex (PFc). Pre frontal cortex berfungsi
sebagi pusat pertimbangan dan pengambilan keputusan, dan bagian PFc
yang membentuk kepribadian seseorang.Kerusakan pada bagian ini
menyebabkan seorang anak tidak mampu membuat perencanaan,
pengendalian hawa nafsu dan emosi, serta mengambil keputusan dan
berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali. Bagian PFC inilah yang
membedakan manusia dan binatang. Manusia memiliki otak dan PFC
sementara binatang hanya memiliki otak saja.

B. CIRI-CIRI KECANDUAN PORNOGRAFI


1. Suka menyendiri
2. Berbicara tidak melihat mata lawan bicara
3. Prestasi sekolah menurun
4. Suka berbicara jorok
5. Berperilaku jorok
6. Suka mengkhayal jorok
7. Suka menonton bila dihentikan akan mengamuk (tantrum)
8. Berlama-lama di depan komputer atau handphone dan memasang kunci
layar pada handphone.

C. DAMPAK PORNOGRAFI TERHADAP SISWA


1. Intensitas menonton dan membaca pornografi.
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa intensitas
menonton danmembaca pornografi bagi siswa tergolong “tinggi”. Temuan
ini didukung oleh pendapat Sarlito W Sarwono (2008: 165) menyatakan
bahwa anak yang beranjak remaja cenderung melakukan aktifitas-aktifitas
seksual yang prasenggama seperti melihat buku atau film cabul,
berciuman, berpacaran dan sebagainya.
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa anak yang beranjak
remaja cendrung melakukan aktifitas seksual, dalam ilmu kedokteran dan
ilmu-ilmu lain yang terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap
perkembangan fisik dimana alatalat kelamin manusia mencapai
kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khsusnya dan
keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna
dan alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula.
Saat mencapai tingkat kematangannya remaja tidak mendapatkan
pendidikkan seks secara baik, maka akan menimbulkan perilaku seksual
yang menyimpang. Seperti menonton dan membaca bacaan yang
bersifat pornografi.

2. Perilaku seksual menyimpang terhadap diri sendiri.


Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa perilaku
menyimpang terhadap diri sendiri berada pada kategori “tinggi”. Temuan
ini didukung oleh pendapat Donald, dkk (2004), pornografi dapat
mengakibatkan perilaku negatif seperti berikut ini:
a. Mendorong remaja untuk meniru melakukan tindakan seksual
Kemampuan remaja menyaring informasi masih rendah. Para ahli di
bidang kejahatan seksual terhadap remaja juga menyatakan bahwa
aktifitas seksual pada remaja yang belum dewasa selalu dipicu oleh 2
(dua) kemungkinan yaitu pengalaman atau melihat. pornografi atau
aktivitas porno baik dari internet, HP, VCD, komik atau media lainnya.
Maka mereka akan terdorong untuk meniru melakukan tindakan
seksual terhadap anak lain ataupun siapapun obyek yang bisa mereka
jangkau.

b. Membentuk sikap, nilai dan perilaku yang negative.


Remaja yang terbiasa mengkonsumsi materi pornografi yang
menggambarkan beragam adegan seksual, dapat terganggu proses
pendidikan seksnya. Hal itu dapat diketahui dari cara mereka
memandang wanita, kejahatan seksual, hubungan seksual, dan seks
pada umumnya. Remaja tersebut akan berkembang menjadi pribadi
yang merendahkan wanita secara seksual, memandang seks bebas
sebagai perilaku normal dan alami, permisif terhadap perkosaan,
bahkan cenderung mengidap berbagai penyimpangan seksual.

c. Menyebabkan sulit konsentrasi belajar hingga terganggu jati dirinya


Pada remaja yang memiliki IQ tinggi, pornografi bisa mengakibatkan
mereka kesulitan membangkitkan konsentrasinya untuk belajar dan
beraktivitas, hari-harinya didominasi oleh kegelisahan dan sedikit
sekali produktivitasnya. Sedangkan remaja yang ber-IQ rendah,
pengaruhnya bisa lebih ekstrim lagi, mereka tidak berdaya lagi untuk
berkonsentrasi, hari-harinya total dikuasai kegelisahan. Pornografi
yang ditonton remaja merupakan sensasi seksual yang diterima
sebelum waktunya, sehingga yang terjadi adalah mengendapnya
kesan mendalam di bawah otak sadar yang bisa membuat mereka sulit
konsentrasi, tidak fokus, malas belajar, tidak bergairah melakukan
aktivitas yang semestinya, hingga mengalami shock dan disorientasi
(kehilangan pandangan) terhadap jati diri mereka sendiri bahwa
sebenarnya mereka masih remaja.
d. Tertutup, minder dan tidak percaya diri
Remaja pecandu pornografi yang mendapat dukungan teman-
temannya sesama penggemar pornografi, akan terdorong menjadi
pribadi yang permisif (memandang maklum) terhadap seks bebas dan
mereka melakukan praktek seks bebas di luar pantauan orang tua.
Sedangkan remaja pecandu pornografi yang dikelilingi oleh teman-
teman yang terbimbing dan bebas dari pornografi, akan cenderung
merasa minder dan tidak percaya diri. Karena kebiasaannya ini,
remaja merasa sebagai pribadi yang aneh dan berbeda perilakunya,
dan seiring bertambahnya pengetahuan keagamaannya ia akan
merasa paling berdosa.
3. Perilaku seksual menyimpang pada orang lain
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku menyimpang pada
orang lain berada pada kategori “tinggi” dilakukan oleh siswa. Temuan ini
didukung oleh pendapat Donald, dkk (2004), dampak pornografi terhadap
orang lain sebagai berikut :
a. Tindakan kriminal atau kejahatan, tindakan ini umumnya dilihat
bertentangan dengan norma hukum, norma sosial, dan norma agama
yang berlaku di masyarkat.
b. Penyimpangan seksual adalah perilaku yang tidak lazim di lakukan.
Beberapa jenis penyimpangan seksual antara lain, lesbianisme, dan
homoseksual, sodomi, sadisme, dan pedophilia.

D. TAHAP-TAHAP EFEK PORNOGRAFI


Pornografi mempunyai efek buruk bagi individu, tahap-tahap efek
pornografi bagi mereka yang mengkonsumsi tayangan pornografi yakni :
1. Tahap Addiction (kecanduan).
Sekali seseorang menyukai materi cabul (yang bersifat pornografi), maka
ia akan mengulanginya dan terus menerus mencari materi tersebut
hingga terpuaskan. Kalau yang bersangkutan tidak mengkonsumsi
pornografi maka ia akan mengalami “kegelisahan”.
2. Tahap Escalation (eskalasi).
Setelah kecanduan dan sekian lama mengkonsumsi media porno,
selanjutnya ia akan mengalami efek eskalasi. Akibatnya kebutuhan
seseorang mengenai materi seksual yang dikonsumsi akan meningkat
dan lebih eksplisit atau lebih liar serta menyimpang dari yang sebelumnya
sudah biasa ia konsumsi.
3. Tahap Desensitization (Desensitisasi)
Pada tahap ini, materi yang tabu, imoral, mengejutkan, pelan-pelan akan
menjadi sesuatu yang biasa. Pengkonsumsi pornografi bahkan menjadi
cenderung tidak sensitif terhadap kekerasan seksual.
4. Tahap Act-out.
Pada tahap ini seorang pecandu pornografi akan meniru atau
menerapkan perilaku seksual yang selama ini ditontonnya di media
(Anisah, 2016).

E. PENANGANAN KECANDUAN PORNOGRAFI


1. Menerima kenyataan dan mengakuikecanduan pornografi. Karena proses
penyembuhan selalu dimulai dengan penerimaan.
2. Bergabung dengan komunitas yang memberi efek positif terhadap
keseharian.
3. Memahami apa yang mendorong kecanduan pornografi.
4. Menumbuhkan kehidupan spiritual dengan melaksanakan ibadah.
5. Manfaatkan shalat lima waktu sebagai sarana bermuhasabah diri. Selain
itu, lakukan kegiatan positif seperti olahraga, baca buku, dan sebagainya,
sehingga hati dan anggota tubuh Anda juga bisa mewujudkan apa yang
baik.
6. Memilih teman dengan bijak.
7. Mencari waktu untuk refreshing. Menghirup udara segar dengan berjalan
pagi, berjalan-jalan di taman, atau bertemu teman baik untuk minum kopi
bersama.
8. Peran orang tua dalam membantu anak keluar dari lingkaran candu
pornografi sangat dibutuhkan. Mulailah dengan mendekatkan diri kita
pada anak, buka pembicaraan seputar apa yang menjadi kegemaran dan
kesenangannya. Ciptakan suasana yang bersahabat. Jauhkan kesan
otoriter orang tua kepada anak. Awali pertanyaan yang tidak langsung ke
inti permasalahan.
a. Tidak membuat kesan mengintrogasi. Sesekali selipkan pujian atas
pembicaraan yang sudah berlangsung. Lanjutkan pembicaraan
dengan menggiring anak pada inti permasalahan.
b. Tidak mengancam karena akan membuat anak tidak jujur. Setelah
anak bercerita apa adanya tentang apa yang ia sudah lakukan perihal
pornografi, jangan menyalahkan. Boleh menegur setelah anak
menerima dan memahami bahwa apa yang ia lakukan itu salah. Baik
salah dimata agama, hukum dan norma susila.
c. Pencegahan mungkin jauh lebih ringan dari pada mengatasi.
Pencegahan menjadi terlambat karena banyak orang tua tidak
mendeteksi prilaku anak sedini mungkin. Orang tua harus peka dan jeli
terhadap tanda-tanda atau ciri-ciri anak yang sedang mengalami
kecanduan pornografi. Sehingga kita dapat dengan mudah
mengantisipasi dan mencegah anak kearah yang lebih fatal.
d. Mulailah dengan memberikan kesibukan kepada anak. Bila kita
muslim, ajaklah sholat tepat pada waktunya, berjamaah jauh lebih
baik, paling tidak lebih dekat satu sama lain dan pahalanya berlipat-
lipat ganda. Tuntun terus anak kita ke jalan yang benar, tingkatkan
terus ketaqwaannya sehingga mereka bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang tidak.
e. Orang tua harus terbuka dan menyambut baik setiap pertanyaan yang
dilontarkan anak. Jawablah pertanyaan anak sesuai dengan porsi dan
kapasitas pemikirannya serta gunakan bahasa yang sesuai dengan
usianya. Bentengi anak dengan keimanan, rasa kasih sayang,
perhatian dan dukungan.
DAFTAR PUSTAKA

Gustina, Eni. 2018. Pencegahan Keterpaparan Dan Adiksi Pornografi Melalui


Model Sekolah atau Madrasah Sehat.
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Panel%20Penganugerahan%
20Pemenang%20LSS%20tahun%202018.pdf. Diakses pada tanggal 23
Desember 2019 pukul 16.05 WIB.
Imawati, Diana dan Meyritha Trifina Sari. 2018. Studi Kasus Kecanduan
Pornografi Pada Remaja. Jurnal Psikologi. Volume 1 nomer 2.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/990b7-creative-
digital-education.pdf diakses pada tanggal 23 Desember 2019 pukul
15.20 WIB.

Anda mungkin juga menyukai