Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Evidence Based Terkait Asuhan Remaja, Pranikah, dan Prakonsepsi”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah (Asuhan Kebidanan Remaja, Pranikah,
dan Prakonsepsi)

Dosen Pengampuh : Nur Sitiyaroh, S.ST M.Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1 Eka Nurmedia Vistari Any ( 220607396 )


2 Elistari ( 220607397 )
3 Eneng Iis Kustini ( 220607401 )
4 Hefni Nurul Izzati ( 220607405 )
5 Intan Maulida ( 220607409 )
6 Jihan Afifah Beninda ( 220607411 )
7 Juana Sopa ( 220607412 )
8 Lelasari ( 220607415 )
9 Megawati ( 220607420 )
1 Rika Mayang Sari ( 220607440 )
0
1 Elma Yunita ( 220607398 )
1
1 Suminah ( 220607455 )
2

PROGRAM STUDI KEBIDANAN AHLI JENJANG SARJANA KEBIDANAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Evidence Based Terkait
Asuhan Remaja, Pranikah, dan Prakonsepsi”. Penyusunan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam tugas akhir di tema 7 ( Asuhan Kebidana Remaja,
Pranikah, dan Prakonsepsi ) di STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Dalam Penyusunan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk
itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan
penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini saya penyusun menyampaikan ucapan terima


kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Jakarta, 04 Mei 2023


DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................


A. Definisi Evidance Based Praktik Kebidanan..............................................................
B. Definisi Remaja ..........................................................................................................
C. Evidance based terkait masa remaja ...........................................................................
D. Evidence based terkait pada masa pranikah ……………………………………...6

BAB III PENUTUP................................................................................................................


A. Kesimpulan.................................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Kebidanan atau Obestetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang khusus
mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi. Dengan demikian,
yang menjadi objek ilmu ini ialah kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi yang baru
dilahirkan. Menurut Varney at all dalam buku ajar asuhan kebidana, kebidanan
adalah suatu profesi yang diakui secara internasional yang memiliki ruang lingkup
yang telah disetujui oleh Comfederatation of Midwives, International Federation of
Gynaecology and Obstetrics dan World Health Organization.
Menikah merupakan tahapan yang penting bagi setiap pasangan yang sudah
menemukan belahan jiwa, setelah cukup lama saling mengenal satu sama lain,
berbagi cerita dan berusaha menyatukan ide-ide.  Hubungan akhirnya mencapai titik
tertinggi.  Tentulah persiapan yang matang untuk menjadikannya sebagai saat-saat
yang paling indah adalah layak untuk dilakukan. Tapi pada kenyataan di lapangan,
banyak masyarakat yang belum tahu pentingannya mempersiapkan masa ini dimulai
dari masa remaja, sampai masa prakonsepsi, Tujuannya yaitu untuk menghasilkam
calon ibu yang sehat dan melahirkan generasi penerus bangsa yang ungguul.
Dimulai dari masa remaja yaitu masa yang penting, karena merupakan periode
pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja juga disebutkan masa pubertas,
merupakan masa transisi yang unik ditandai dengan perubahan fisik, emosi, dan
psikis. Setelah masa remaja masuk ke masa pranikah asuhan kebidanan pada masa
pranikah yaitu suatu jenis pelayanan kesehatan / kebidanan yang dilakukan oleh
bidan ataupun tenaga kesehatan lain kepada klien khususnya pasangan yang akan
melakukan proses pernikahan,untuk mendukung tercapainya pernikahan yang
langgeng sampai hari tua. Pernikahan yang bisa saling mengisi dan beradaptasi, bisa
mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bijaksana dan dewasa. Sedangalan pada
masa prakonsepsi atau masa sebelum kehamilan yaitu dimana seorang wanita yang
akan hamil harus benar benar mempersiapkan dirinya untuk masa kehamilannya.
Membangun sebuah keluarga yang baru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Ketika dua orang membuat komitmen untuk menikah atau membangun sebuah
keluarga, maka mereka harus siap melakukan penyesuaian baru dengan pasangannya.
Bukan penyesuaian dalam bidang tertentu saja, namun penyesuaian yang mencakup
seluruh aspek kehidupan. Sebelum menikah, setiap pasangan itu perlu mengerti apa
makna sebuah pernikahan dan bagaimana dapat membina sebuah pernikahan yang
berhasil. Untuk itulah diperlukan konseling pranikah, agar individu mempersiapkan
dan mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya dalam
memasuki jenjang pernikahan, menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga dan
masyarakat, serta mengatasi hambatan dan kesulitan menghadapi jenjang pernikahan.
Di dalam pernikahan haruslah dibarengi dengan rasa cinta dan komitmen serta
mempersiapkan pribadi masing-masing pasangan untuk mencapai pernikahan yang
harmonis sesuai yang diinginkan dan diharapkan oleh setiap pasangan.
World Health Organization (WHO) menetepakan salah satu usaha untuk
meningkatkan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu
dilaksanakannya praktik berdasarkan pada evidence based. Dimana bukti secara
ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktik terbaru yang lebih
aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu
memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan untuk
lebih meningkatkan asuhan yang diberikan pada remaja, pranikah, dan prakonsepsi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk mempermudah penyusunana
makalah, penyusun merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas sebagai
berikut:Apa yang dimaksud dengan evidence based pada praktik kebidanan ?
1. Apa definisi evidance based practice ?
2. Apa definisi dari masa remaja ?
3. Bagaimana evidance based terkait pada masa remaja ?
4. Apa definisi dari masa pranikah dan konseling pranikah ?
5. Bagaimana evidance based terkait pada masa pranikah ?
6. Apa definisi dari masa prakonsepsi ?
7. Bagaimana evidance based terkait pada masa prakonsepsi ?
8. Bagaimana wewenang mengenai pemberian asuhan pada masa remaja,
pranikah, dan prakonsepsi ?
C. Tujuan
Untuk menghasilkan hasil yang lebih terarah, maka diperlukan adanya tujuan dari
penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dari penyusunan makalah:
1. Mengetahui definisi evidance based practice
2. Megetahui dan memahimi definisi dari masa remaja
3. Memahami mengenai evidance based terkait pada masa remaja
4. Mengetahui dan memahami definisi dari masa pranikah dan konseling
pranikah
5. Memahami mengenai evidance based terkait pada masa pranikah
6. Mengetahui dan memahami definisi dari masa prakonsepsi
7. Memahami mengenai evidance based pada masa prakonsepsi
8. Mengetahui wewenang bidan dalam memberikan asuhan pada masa remaja
pranikah dan prakonsepsi
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Evidance Based Praktik Kebidanan


Definisi Evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris)
maka evidence Base dapat diartikan sebagai berikut Evidence adalah Bukti atau
fakta dan Based  adalah Dasar. Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan
bukti.
Evidence Based Midwifery (Practice) didirikan oleh Royal College of
Midwives atau RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi
akademis. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk
penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada
tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Dirancang untuk membantu bidan dalam
mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama
meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi (Silverton, 2003).
Evidance Based Midwifery mengakui nilai yang berbeda jenis bukti
harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif
mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep
serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur,
logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk
praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut. Jadi pengertian Evidence Based
Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti
penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
Praktik yang berdasarkan bukti penelitian adalah penggunaan secara
sistematis, ilmiah, dan eksplisit dari bukti terbaik mutakhir dalam membuat
keputusan tentang asuhan bagi pasien secara individual.
B. Definisi Remaja
Remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia
antara 10-18 tahun, dan merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan
jumlah yang cukup besar (hampir 20% dari jumlah penduduk). Remaja
merupakan calon pemimpin dan pengerak pembangunan di masa depan. Menurut
menteri kesehatan masa didalam masa remaja terjadi apa yang dinamakan growth
spurt atau pertumbuhan cepat, juga pubertas. Pada fase tersebut, terjadi
pertumbuhan fisik disertai perkembangan mental-kognitif, psikis, juga terjadi
proses tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi seksualitas.Menkes
mengatakan bahwa masa remaja seringkali dianggap sebagai periode hidup yang
paling sehat. Padahal, pertumbuhan fisik pada remaja tidak selalu disertai dengan
kematangan kemampuan berpikir dan emosional. Selain itu, di masa remaja juga
terjadi proses pengenalan jati diri.
Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut menteri RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-8 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus
Penduduk tahun 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk.
Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari
jum;ah penduduk dunia (WHO 2014).
Remaja merupakan proses seseorang mengalami perkembangan semua
aspek dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan masa kanak-kanak
menjadi dewasa sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas merupakan
masa dimana remaja mengalami kematangan seksual dan organ reproduksi yang
sudah mulai berfungsi. Masa pematangan fisik pada remaja wanita ditandai
dengan mulainya haid, sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan
mengalami mimpi basah (Sarwono, 2011).
Remaja memiliki artian yang sangat luas dari segi fisik, psikologi, dan
sosial. Secara psikologis remaja adalah usia seseorang yang memasuki proses
menuju usia dewasa. Masa remaja merupakan masa dimana remaja tidak merasa
bahwa dirinya tidak seperti anak-anak lagi dan merasa bahwa dirinya sudah
sejajar dengan orang lain di sekitarnya walaupun orang tersebut lebih tua
(Hurlock, 2011).
The American Academy of Child and Adolescent Psychiatry tahun 2008
membuat pengelompokan remaja menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :
1. Remaja awal, dengan rentang usia antara 11-13 tahun
2. Remaja pertengahan, dengan rentang usia antara 14-18 tahun
3. Remaja akhir, dengan rentang usia antara 19-24 tahun
Setiap tahapan usia di atas memiliki karakteristik masing-masing, mulai dari
perkembangan fisik, kogitif dan sosial-emosional.

C. Evidance Based Terkait Pada Masa Remaja


1. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
secara utuh, yang tidak semata – mata bebas dari penyakit atau kecatatan,
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya. Tujuan progam kesehatan reproduksi remaja adalah membantu
remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut sehingga memiliki sikap
dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan
masalah reproduksi. Upaya yang dapat dilakukan dapat melalui advokasi,
promosi, KIE, konseling dan pelayananan kepada remaja yang memiliki
permasalahan khusus serta pemberian dukungan pada kegiatan remaja yang
bersifat positif.
Istilah reproduksi berasal dari kata re- yang artinya kembali dan kata
produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi, reproduksi berarti
suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidup. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat
tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia. Kesehatan reprosuksi
remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak
semata – mata berarti bebas penyakit atau bebas kecatatan, tetapi juga sehat
secara mental serta sosial budaya.
Tujuan umum kesehatan reproduksi remaja adalah mewujudkan keluarga
berkualitas melalui peningkatan pengetahuan, kesadaran, sikap, perilaku
remaja dan orang tua agar peduli, bertanggung jawab dalam kehidupan
berkeluarga, serta pemberian pelayanan kepada remaja yang memiliki
permasalahan khusus.
Tujuan Umum Program kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai
berikut :
1. Menurunkan AKI dan AKB
2. Mencegah KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan)
3. Mencegah komplikasi selama kehamilan
4. Mencegah kematuan bayi dalam kandungan, prematuritas, BBLR
5. Mencegah kelainan bawaan pada bayi
6. Mencegah infeksi neonatal
7. Mencegah stunting dan KEK
8. Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
9. Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
10. Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovaskuler
dikemudian hari

Tujuan khusus program kesehatan repoduksi remaja adalah sebagai


berikut :

1. Seluruh lapisan masyarakat mendapatkan informasi tentang KRR.


Sasaran tujuan ini ialah peningkatan cakupan penyebaran informasi
KRR melalui media masa.
2. Seluruh remaja di sekolah mendapatkan informasi tentang KRR.
Sasaran tujuan ini ialah peningkatan cakupan penyebaran informasi
KRR di sekolah umum, SLTP, SMU, Pesantren dll.
3. Seluruh remaja dan keluarga yang menjadi anggota kelompok
masyarakat mendapat informasi tentang KRR. Sasaran tujuan ini
ialah peningkatan cakupan remaja dan orang tua yang memperoleh
informasi KRR melalui kelompok remaja dan orang tua, seperti
karang taruna, remaja masjid, perusahaan, remaja gereja, PKK,
pramuka , pengajian, dan arisan.
4. Seluruh remaja di perusahaan tempat kerja mendapatkan informasi
tentang KRR. Sasaran tujuan ini ialah peningkatan cakupan remaja
yang memperoleh informasi dan layanan KRR melalui perusahan di
tempat mereka bekerja.
5. Seluruh remaja yang membutuhkan konseling serta pelayanan khusus
dapat dilayani. Sasaran tujuan ini ialah peningkatan jumlah dan
pemanfaatana pusat konseling dan pelayanan khusus bagi remaja.
6. Seluruh masyarakat mengerti dan mendukung pelaksanaan program
KRR. Sasarannya ialah peningkatan komitmen bagi politisi. Toga,
toma, serta LSM dalam pelaksanaan KRR.
Menururt Indonesian Pediatric Society Program kesehatan reproduksi
remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir ini karena beberapa
alasan: Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan y
reproduksi remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua
infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja. Demikian pula halnya dengan kejadian
IMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia
15-29.3. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun
menurun, jumlah kelahiran pada remaja meningkat karena pendidikan seksual
atau kesehatan reproduksi serta pelayanan yang dibutuhkan. Bila pengetahuan
mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada pasangan usia subur yang
sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal serupa terjadi pada populasi
remaja. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku
yang sehat pada tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada
program kesehatan reproduksi remaja akan bermanfaat selama hidupnya.
Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi
dunia berusia di bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.

Menanggapi hal itu, maka Konferensi Internasinal Kependudukan dan


Pembangunan di Kairo tahun 1994 menyarankan bahwa respon masyarakat
terhadap kebutuhan kesehatan reproduksi remaja haruslah berdasarkan informasi
yang membantu mereka menjadi dewasa yang dibutuhkan untuk membuat
keputusan yang bertanggung jawab.

2. Keadaan yang Berpengaruh Buruk Terhadap Kesehatan Remaja


a. Masala Gizi, Meliputi
1) Anemia
Anemia sagat berpengaruh tehadap kesehatan reproduksi terutama pada
wanita. Kondisi ini akan sangat berbahaya ketika hamil dan melahirkan.
Hal tersebut dapat menyebabkan BBLR (berat bayi kurang dari 2.500
gram). Disamping itu anemia juga dapat mengakibatkan kematian ibu
maupun bayi pada waktu proses persalinan.
2) Kekurangan zat gizi lainnya, seperti kekurangan vitamin, mineral, atau
protein, dan sebagainya yang mengakibatkan berbagai jenis penyakit dan
berujung pada gangguan kesehatan reproduksi.
3) Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, mengakibatkan panggul
sempit dan berisiko melahirkan BBLR.
4) Penyakit lain, akibat infeksi atau yang berkaitan dengan keturunanan,
sangat mungkin berpengaruh pada kesehatan reproduksi.
a. Masalah Pendidikan, meliputi
1. Buta huruf
Buta huruf mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap
informasi yang dibutuhkan dan mungkin kurang mampu mengambil
keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya.
2. Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu
memenuhi kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga dan hal ini akan
berpengaruh buruk terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya.
b. Masalah lingkungan dan pekerjaan antara lain :
1. Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesejahteraan
remaja yang bekerja akan mengganggu kesehatan remaja.
2. Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan merusak
kesehatan fisik mental dan emosi remaja.
c. Masalah seks dan seksualitas antara lain :
1. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah
seksualitas misalnya mitos yang tidak benar
2. Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan
dengan seksualitas
3. penyalahgunaan ketergantungan NAPZA yang mengarah ke penularan
HIV atau AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas
masalah ini semakin mengkhawatirkan dewasa ini
4. penyalahgunaan seksual
5. kehamilan remaja
6. kehamilan pranikah atau diluar ikatan pernikahan
d. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Ketidakmatangan secara fisik dan mental
2. Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
3. Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri remaja
4. Risiko bertambah untuk melakukan aborsi yang tidak aman.
Berbagai keadaan tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi dengan cara
memberi pengetahuan dasar mengenai kesehatan reproduksi pada remaja

2.3.3 Pelayanan Remaja yang Direkomendasikan

a. Konseling , informasi dan pelayanan Keluarga Berencana (KB)


b. Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman,
pelayanan bayi baru lahir/neonatal)
c. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual
(PMS), termasuk pencegahan kemandulan
d. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
e. Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kesehatan reproduksi

Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang


benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang berhubungan.
Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah
laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

2.4 Definisi Pranikah dan Konseling Pranikah


Pranikah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebelum menikah, jadi
artinya masa dimana beberapa waktu sebelum menikah. Pranikah adalah masa
sebelum adanya perjanjian antara laki-laki dan perempuan, tujuannya untuk bersuami
istri dengan resmi berdasarkan undang-undang perkawinan agama maupun
pemerintah. Sedangkah Konseling pranikah menurut kementrain kesehatan adalah
nasehat yang diberikan kepada pasangan sebelum menikah, menyangkut masalah
medis, psikologis, seksual, dan sosial. Konseling Pranikah dimaksudkan untuk
membantu pasangan calon pengantin untuk menganalisis kemungkinan masalah dan
tentangan yang akan muncul dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka
kecakapan untuk memecahkan masalah.
Konseling/pendidikan pranikah pada umumnya diikuti oleh pasangan yang
hendak menikah dan tidak memiliki masalah berarti dalam hubungan mereka, jadi
tidak harus pasangan yang memiliki masalah serius dalam hubungan mereka
(Stahmann, Senediak dalam Murray & Murray, Jr., 2009).
Konseling pranikah merupakan ajang untuk mendorong pasangan yang
bermaksud
menjalin ikatan pernikahan agar memusatkan perhatian pada masalah proses
perkembangan interrelasi yang baik dan secara berlanjut merawat relasi yang baik
tersebut dengan hasil interrelasi yang memuaskan bagi kedua belah pihak sampai
akhir hayat, melalui serangkaian konsultasi sosiologis kepada orang yang lebih
dewasa serta melakukan konsultasi medis kepada tenaga medis. Sehingga keputusan
untuk menikah dibuat setelah melalui pertimbangan yang matang dan komprehensif.

D. Evidance Based Terkait Masa Pranikah

Dalam menlaksanakan profesinya bidan memiliki peran sebagai pelaksana,


pengelola, pendidik, dan peniliti, sebagai peran dan fungsi sebagai pelaksana
memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan
mereka sebagai klien, mencakup:
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa
pranikah.
b. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar.
c. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien.
d. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana.
e. Mengevaluasi hasil tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien.
f. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien.
g. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
Mengingat manfaat dan pentingnya konseling pranikah untuk keutuhan dan
kebahagiaan pernikahan, dalam penelitian ini peneliti mencoba merancang suatu
program konseling pranikah bagi pasangan yang sudah berencana menikah yang
bertujuan untuk:
1. Memberikan pengetahuan mengenai kehidupan pernikahan,
2. Meningkatkan kesepakatan pasangan mengenai isu-isu penting dalam
pernikahan, dan
3. Mengenal pasangan lebih dalam sebagai bagian dari keluarga besarnya.

Dua hal pertama dari tiga tujuan program konseling pranikah yang peneliti
susun tersebut merupakan tujuan yang umum dari konseling pranikah,
sedangkan tujuan ketiga berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat
Indonesia bahwa sistem keluarga inti di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh sistem di keluarga besarnya.
Tak dapat dipungkiri dalam sistem keluarga Indonesia, keluarga besar turut
mempengaruhi nilai-nilai dan motivasi untuk melakukan suatu tindakan dalam
diri individu. Dalam memilih pasangan hidup misalnya, keluarga besar turut
ambil bagian dalam rembuk keluarga untuk mempertimbangkan calon pasangan
anak/cucu/keponakan dengan melihat asal usul, pendidikan, dan
kebiasaankebiasaan/nilai-nilai yang ada pada diri dan keluarga calon pasangan.
Jika dianggap sesuai dengan keluarga mereka, barulah calon pasangan diterima,
jika tidak maka tidak sedikit orangtua yang campur tangan agar anaknya
memutuskan hubungan dengan calonnya. Pada akhirnya, nilai-nilai yang ada
dalam keluarga besar setelah seseorang menikah akan mempengaruhi
hubungannya dengan pasangan hidupnya, misalnya dalam menentukan peran
suami/isteri dalam rumah tangga dan pola pengasuhan anak. Ketika dua
individu yang berasal dari keluarga dengan nilainilai dan kebiasaan-kebiasaan
yang bertolak belakang menikah, dapat diprediksi akan timbul konflik jika
keduanya tidak dapat saling memahami dan menerima perbedaan tersebut
(Landis; DeGenova, 2008). Oleh karena itu, pasangan yang akan menikah perlu
mengetahui kebiasaan-kebiasaan dan nilainilai yang ada dalam keluarga besar
pasangannya dan memahami bagaimana hal tersebut mempengaruhi pasangan.

Konseling pranikah memiliki topik, waktu (durasi), dan metode pelaksanaan


yang sangat beragam. Dari berbagai penelitian mengenai efektivitas program
konseling/pendidikan pranikah dan topik yang dianggap paling bermanfaat
dalam konseling pranikah topik yang dianggap paling bermanfaat dalam
konseling pranikah ialah komunikasi, resolusi konflik, keuangan, pengasuhan
anak, hubungan dengan orangtua/mertua, peran dan tanggung jawab dalam
rumah tangga, seksualitas, keluarga asal pasangan, agama, waktu luang/rekreasi,
dan komitmen.

2.4.1 Kriteria Konseling Pranikah


Bimbingan dan konseling pranikah dapat disusun dengan memenuhi beberapa
kriteria (Hawkins, Carroll, Doherty, & Willoughby, 2009) yaitu:
1. Dimensi Konten
a. Relational Skills (Keterampilan Hubungan). Keterampilan yang perlu
ada pada pasangan sebagai keterampilan dalam mencapai visi
perkawinan.
b. Awareness, Knowledge, and Attitudes (Kesadaran, Pengetahuan, dan
Sikap). Keterampilan hubungan yang baik membutuhkan kesadaran,
pengetahuan, dan sikap dari setiap pasangan, sepeti elemen kesiapan
mental dan etika, harapan yang realistis, kemauan untuk membuat
pengorbanan pribadi yang signifikan.
c. Motivation/Virtues (Motivasi dan Kebajikan). Karakter dan motivasi
yang diberikan individu terhadap hubungan sangat penting untuk
memahami pernikahan yang sehat, begitupun dengan kebajikan, seperti
kemurahan hati, keadilan, dan kesetiaan.
2. Dimensi II Identitas
a. Low Level (Tingkat Rendah). Internsitas tingkat rendah merupakan upaya
kampanye melalui pamflet kepada pasangan pranikah, dapat melalui pesan
media yang kreatif untuk mengajarkan prinsip dasar perkawinan sehat.
b. Moderate Level (Tingkat Sedang). Intensitas tingkat sedang memberi
kerangka ruang lingkup kurikulum dalam pendidikan pernikahan.
Menghadirkan peserta, adanya waktu yang ditentukan bersama untuk
memabahas konten dalam pendidikan pernikahan.
c. High Level (Tingkat Tinggi). Intensitas tingkat tinggi sangat penting untuk
strategi pendidikan pernikahan yang komprehensif, eksplorasi mendalam
terhadap topik yang lebih lengkap, dan memungkinkan individu dan
pasangan untuk mengeksplorasi masalah pribadi pada tingkat yang lebih
dalam dengan fasilitator terlatih.
Di perguruan tinggi dapat dilaksanakan dengan intensitas moderate level
dengan asumsi bahwa sebagai bentuk persiapan maka kerangka konten
yang dibahas tidak begitu mendalam, namun cukup mengakomodir konten
dalam pembahasan perkawinan.
3. Dimensi III Dimensi
a. Instruction. Metode insruksi atau pengajaran perlu menyesuaikan dan
menyajikan konten kurikuler agar sesuai dengan pengalaman hidup peserta
dengan sangat efektif, disisi lain instruktur atau pelatih yang memberikan
program pendidikan pernikahan harus terbiasa dengan isu-isu tertentu yang
dihadapi peserta.
b. Learning style (Gaya Belajar). Metode yang disesuaikan dengan beragam
gaya belajar, seperti presentasi informasi didaktik, menunjukkan contoh
(misalnya, dalam video), diskusi interaktif, dan permainan peran. Individu
dan pasangan terdidik terbiasa dengan pendekatan kognitif dan didaktik
yang khas dari pendidikan tinggi mungkin lebih menyukai metode
pembelajaran eksperimental yang lebih aktif. Program BK pranikah di
perguruan tinggi dapat dirancang dengan serangkaian kurikuler/konten
yang disesuaikan dengan gaya belajar di perguruang tinggi.
4. Dimensi IV Target
Target untuk pendidikan perkawinan yaitu untuk memenuhi kebutuhan semua
kelompok ras, etnis, dan sosial ekonomi. Target ini perlu dipenuhi untuk
menjaga kecemburuan sosial diantara setiap individu yang memiliki keinginan
mendapat perndidikan perkawinan.
5. Dimensi V Delivery (Penyampaian)
Penyampaian pendidikan pernikahan dapat disampaiakan oleh specialist
marriage education (spesialis pendidikan pernikahan) yaitu konselor atau
psikolog di perguruan tinggi yang dapat diakses melalui pusat layanan
bimbingna dan konseling di perguruan tinggi yang tersedia di masingmasing
lembaga universitas negeri maupun swasta. Secara keseuluruhan program yang
dirancang disesuaikan dengan individu yang berada pada masa dewasa awal
khususnya mahasiswa yang berada pada perguruan tinggi, minimal meliputi.
a. Individu memperhatikan latarbelakang keluarga masing-masing
pasangan. Pasangan pranikah perlu memperhatikan keadaan
latarbelakang keluarga pasangan (Gardner, Busby, & Brimhall, 2009).
b. Mengeksplorasi suatu hubungan melibatkan dua individu, dan
karakteristik keduanya mempengaruhi sifat hubungan komitmen
terhadap pernikahan untuk mengikuti program pendidikan pernikahan
(Blair & Cordova, 2009). Selain itu faktor keadaan individu yang
mengalami gangguan stress, kecemasan, emosional dan semacamnya
mempengaruhi perkawinan pada masa dewasa. Sehingga peningkatan
kecemasan setiap hari dan ketidaksejahteraan fisik secara tidak
langsung menurunkan kepuasan hubungan perkawinan (Falconier,
Nussbeck, Bodenmann, Schneider, & Bradbury, 2015) peru dibekali
bagi mahasiswa sebagai indivud pada dewasa awal.
c. Interaksi positif pasangan memungkinkan untuk mengekplorasi
ekspektasi individu terhadap pernikahan (Heafner et al., 2016)
meningkatkan seluruh dimensi mental, emosional, fisik, dan spiritual
(Roberts, Booth, & Beach, 2016) dan memberi rasa aman dan
kepuasaan individu terhadap hubungan (Salvatore, Kuo, Steele,
Simpson, & Collins, 2011).

Persiapan pernikahan akan memberi dampak terhadap individu yang menjalani


hubungan dengan pasangan yang berfokus pada komitmen dan harapan hubungan
yang realistis. Bimbingan dan konseling pranikah merupakan upaya membantu
individu maupun pasangan dalam merencanakan dan mempersiapkan segala
sesuatu yang dianggap penting dalam hal pernikahan/perkawinan berbasis sumber
daya pasangan untuk memiliki berbagai keterampilan dan mengembangkan visi
kehidupan pernikahan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Evidence-based merupakan suatu pendekatan medik yang didasarkan pada


bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Praktik yang
berdasarkan bukti penelitian adalah penggunaan secara sistematis, ilmiah, dan
eksplisit dari bukti terbaik mutakhir dalam membuat keputusan tentang asuhan bagi
pasien secara individual.
Konseling pranikah juga dikenal dengan program persiapan pernikahan,
konseling edukatif pranikah dan terapi pranikah. Konseling pranikah diberikan oleh
psikolog dan konseling pernikahan. Sehingga keputusan untuk menikah dibuat
setelah melalui pertimbangan yang matang dan komprehensif. Konseling
pernikahan akan membekali pasangan dengan kesadaran akan masalah potensial
yang dapat terjadi setelah menikah, dan informasi serta sumber daya untuk secara
efektif mencegah atau mengatasi masalah-masalah tersebut hingga pada akhirnya
dapat menurunkan tingkat kebahagiaan dalam pernikahan dan perceraian.
Dalam pelaksanaan asuhan pranikah, membutuhkan waktu yang tak sedikit,
durasi serta meteri yang disampaikan berfokus pada persiapan fisik, psikis dan
mental. Selain itu asuhan ini akan berkesinambungan dengan pemberian suhan
prakonsepsi bagi calon pengantin. Diharapkan persiapan pernikahan akan memberi
dampak terhadap individu yang menjalani hubungan dengan pasangan yang
berfokus pada komitmen dan harapan hubungan yang realistis. Bimbingan dan
konseling pranikah merupakan upaya membantu individu maupun pasangan dalam
merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu yang dianggap penting dalam
kehidupan pascamenikah yang terkait dengan kesehatan fisik keluarga maupun
mempersiapkan kehamilan yang sehat dan persalinan yang aman.

B. Saran
Bagi tenaga kesehatan terutama bidan, diharapkan mampu untuk
memberikan konseling terhadap remaja yang hendak menikah untuk memberikan
bimbingan atau asuhan pranikah. Dengan tujuan persiapan pernikahan akan
memberi dampak terhadap individu yang menjalani hubungan dengan pasangan
yang berfokus pada komitmen dan harapan hubungan yang realistis,serta
menurunkan angka perceraian.
Bagi remaja, diharapkan mampu untuk mempersiapkan pernikahannya
secara baik dengan memperhatikan juga kesehatan fisik, psikologis, mental serta
kesehatan reproduksi terkait persiapan untuk memiliki keturunan.

Anda mungkin juga menyukai