Dosen:
Disusun Oleh:
Dewi Asiah
04419614036
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan diperlukan
persiapan fisik dan mental untuk melaksanakannya.
Jika pasangan tidak dapat menyesuaikan diri pada masa perkawinan, maka akan
muncul gangguan-gangguan psikologis yang dapat merusak perkawinan. Salah satunya
terjadi berbagai gangguan psikologis yang mungkin dialami wanita ketika menjalankan
perkawinan, diantaranya sebagai berikut ini.
1
Dari gangguan diatas akan muncul perilaku-perilaku yang mungkin dilakukan oleh
wanita ketika menjalankan perkawinan, yaitu sebagai berikut.
a) “Keran Bocor”
Istilah “Keran Bocor” mengacu pada perilaku wanita yang sesekali berkeluh kesah
kepada sahabat atau orang terdekat memang perlu. Namun, usahakan menahan diri
untuk tidak terlalu banyak menceritakan keburukan pasangan kepada orang lain.
Sebaiknya, usahakan untuk berkata yang baik-baik tentang pasangan kepada orang
lain.
b) Sindrom “Malangnya diriku”
Sindrom ini terjadi ketika wanita memendam perasaan buruknya dengan
menjelekkan pasangan kepada orang lain.
c) Bertengkar karena hal-hal sepele
Contoh pertengkaran karena hal sepele, yaitu pertengkaran karena masalah
barang-barang milik pasangan yang berserakan atau menumpuk tak karuan, dll.
d) Hubungan yang semakin jauh
Kedua belah pihak terlalu sibuk dengan pekerjaan, anak-anak, dan kepentingan
sendiri-sendiri, tanpa sadar waktu untuk berbicara pun tidak ada.
Menurut Whiteman, Verghese, dan Petersen (1996) ada beberapa hal yang harus
dipahami pasangan agar mereka dapat mengelola hubungan mereka dengan baik,
bahkan ketika mereka mengalami stres.
2
Ada beberapa cara mengatasi gangguan psikologis tersebut menurut yulia (2002),
yaitu sebagai berikut.
a. Menghadapi kenyataan
Suami isteri perlu menghadapi kenyataan hidup dari semua yang terungkap dan
tersingkap.
b. Latar belakang suasana yang baik
Untuk menciptakan suasana yang baik, dilator belakangi oleh pikiran-pikiran,
perbuatna dan tindakan yang penuh kasih sayang.
c. Penyesuaian timbal balik
Perlu usaha terus menerus dengan saling memerhatikan, saling mengungkapkan
cinta dengan tulus, menunjukan pengertian, penghargaan, dan saling memberi
dukungan dan semangat.
d. Komunikasi yang baik
Dengan membina dan memelihara komunikasi di dalam keluarga dan dengan
masyarakat di luar keluarga.
Sumber:
Chairy, Liche Seniati. (2016). Jurnal Psikologi perkawinan. Depok: Kursus Persiapan
Perkawinan (KPP) Paroki Santo Paulus.